Luka | 15

16.7K 2.3K 244
                                    


17 tahun lalu ....

Wanita itu melangkah di halaman rumah yang cukup luas. Rasanya aneh ketika kembali berkunjung ke rumah itu setelah sembilan bulan lalu tak mengungjunginya. Ia berdecak ketika tangan bayi mungil bermata bening di gendongannya itu meraih-raih rambutnya yang terurai ke dada dengan sesekali menariknya, membuat wanita itu menarik rambutnya kemudian ditepis ke belakang.

Hana. Wanita cantik itu mengetuk pintu, mengalihkan wajah ketika bayi di lengannya mengeluarkan suara yang tak jelas layaknya bayi. Merasa tak ada jawaban, ia mengetuk pintu lagi, kali ini lebih keras hingga beberapa detik kemudian seseorang membuka pintu itu.

"Hana?" Pria itu tergagap kecil, tak menyangka akan bertemu perempuan ini lagi. Ia kira Hana sudah terlalu membencinya hingga tak mau lagi bertemu barang sedikit pun.

Jef, nama pria tinggi itu, ia menurunkan pandangan melihat bayi di tangan Hana.

"Adiknya Raken?" tanya Jef ragu.

Hana mendengus, tersenyum masam memandangi pria di depannya. "Raken nggak pernah punya adik," kata wanita itu dalam.

"Lalu?"

"Ini anak kamu."

Jef terdiam lama, terpaku mendengar suara itu. Jef sangat ingat dengan kejadian beberapa bulan lalu di rumah ini, di mana ia terbangun di pagi hari dengan Hana di atas tempat tidur yang sama untuk pertama kalinya. Dan untuk pertama kalinya pula, sebuah malam terasa begitu panjang bagi keduanya.

Jef sadar, dirinya sebenarnya tak pernah ikhlas ketika Hana dijodohkan dengan Efan, sementara ia yang telah menemani Hana dari jaman SMA hingga kuliah. Namun Jef mencoba menerima semuanya, ia ikhlas ketika wanita itu menikah dengan Efan, bahkan ia juga datang ke hari pernikahannya. Jef melihat Hana menitikkan air mata ketika ia mengucapkan selamat untuknya, dari itu Jef tahu kalau pernikahan mereka hanya karena sebuah perjodohan.

Beberapa bulan kemudian Jef kembali bertemu Hana di rumah sakit ketika ia ingin mengecek kesehatannya, karena akhir-akhir itu dadanya sering terasa sakit. Hana sendiran di sana, karena Efan sibuk dengan proyek di luar kota. Perut wanita itu membesar, menandakan ia sedang mengandung anak pertamanya. Ah, sebenarnya Jef sakit melihat itu. Mereka agak canggung, namun Jef selalu membuka suara mengisi hening itu. Sampai seterusnya, komunikasi keduanya tetap berjalan via chat. Hana juga sesekali menghubunginya di telepon, menanyai kabar atau seputar pekerjaan Jef.

Hingga keduanya semakin dekat, bahkan setelah Arsen lahir, mereka mulai sering bertemu diam-diam. Jef sebenarnya tak mau ini berlanjut, ia ingin menghentikan semuanya sebelum terlalu jauh, namun Hana seakan menikmati ini semua, wanita itu juga tak jarang membawa putra pertamanya bertemu Jef. Meski Jef juga tak bisa berbohong kalau ia senang bisa kembali dengan gadis yang dulu ia sukai, tapi Jef selalu tau batas, ia selalu menolak ajakan Hana untuk mengunjungi rumahnya. Selama ini mereka selalu bertemu di kafe atau di kantor Jef ketika ia lembur di sana.

Sampai di suatu malam, Hana datang ke rumahnya secara tiba-tiba. Hana yang sedang lelah karena mengurusi Raken yang saat itu masih berumur tiga bulan, dengan Jef yang lelah karena urusan pekerjaan di kantor yang tak pernah ada habisnya. Seorang laki-laki dan perempuan yang sama-sama jengah dengan hidup masing-masing berada dalam satu atap yang sama.

Lalu hal itu terjadi begitu saja.

"Kenapa kamu nggak pernah bilang?" tanya Jef.

"Gimana aku mau kasih tau kamu? Aku sakit, Mas, sembilan bulan anak ini di dalam perutku bikin aku capek, aku depresi selama itu! Aku selalu gagal setiap aku mau gugurkan dia. Belum lagi Mas Efan dan ibunya yang nggak pernah ngerti kalau anak ini hadir juga bukan aku yang mau!" balas Hana emosi, membuat bayi di tangannya bergerak tak nyaman. "Kamu tau siapa yang temani aku saat melahirkan anak ini? Nggak ada. Aku sendirian, Mas. Mas Efan bahkan udah jijik sama aku. Untungnya dia masih mikirin gimana nasib Raken kalau aku sama dia cerai."

Another LukaOnde histórias criam vida. Descubra agora