Fromob 21

4 0 0
                                    

Bia sampai di dekat lokasi. Ia menunggu Eza di sebuah warteg.
Bia berbincang-bincang dengan pemilik warung itu. Tentu saja ia memesan makan dan minum terlebih dahulu. Suasana jalanan itu sepi. Tak banyak yang berlalu lalang. Mungkin karena ini belum memasuki waktu pulang kerja. Jika sudah daerah sini pasti sangat ramai.

"Bu, mau tanya. Apakah di sekitar sini pernah terjadi kecelakaan besar?" tanya Bia saat ibu warung itu meletakkan pesanannya.

"Pernah, tapi udah lama sih. Sekitar 3 sampai 4 tahun lalu."

'Kenapa redaksi bersikukuh menelusuri berita lama? Aneh!'

"Sebesar apa kecelakaan itu, Bu?"

"Kecelakaan itu bisa tergolong kecelakaan beruntun, Nak. Kejadiannya tepat jam sibuk. Sekitar jam istirahat makan siang kantor."

"Apa ibu tahu penyebab kecelakaan itu?"

"Ibu gak tahu jelasnya, sih. Tapi kata warga yang melihat kecelakaan itu penyebabnya adalah seorang mahasiswa yang katanya menghindari seekor kucing."

"Hanya seekor kucing?"

"Iya, Nak. Mahasiswa itu membanting stirnya ke arah sebuah mobil pick up dari depan. Sopir pick up itu pun oleng. Karena ditabrak dari depan dengan keras."

"Terus bu mengapa terjadi kecelakaan beruntun?"

"Itu karena di belakang mobil mahasiswa ada 3 mobil yang hendak menuruni turunan 27. Saat keadaan jalan masih kotor akibat tabrakan pick up dan mahasiswa itu. Ada sebuah mobil yang kelihatannya buru-buru. Dan terjadi kecelakaan selanjutnya pada mobil itu dan 2 mobil selanjutnya."

"Apakah kasusnya sudah selesai, Bu?"

"Gak tahu juga, nak. Soalnya saat kecelakaan itu beritanya gak ada di televisi baik nasional maupun lokal. Padahal dalam kecelakaan itu beberapa korbannya adalah keluarga pengusaha terkenal. Ibu tinggal dulu ya, Nak. Mau bikinin pesenan selanjutnya."

"Iya, Bu. Maaf sudah mengganggu dan terima kasih atas beritanya."

"Sama-sama, Nak." Ibu warung itu kembali ke belakang menyiapkan pesanan berikutnya. Bia makan sambil sibuk memikirkan semua perkataan ibu warung tadi.

"Bagaimana mungkin kecelakaan beruntun itu tidak ditayangkan di televisi?"

"Mungkin ini penyebab bos tertarik mengusut kembali berita lama ini."

Bia bermonolog. Mengungkapkan spekulasinya sendiri.

Drrrt...

Sebuah pesan masuk di ponsel Bia.

Eza
Dimana?
Udah sampe?
Kok nggak ngabarin?

Bia sampai lupa memberitahu Eza kalau dia sudah sampai.

Udah kok. Di warteg, sekitar 15 meter sebelum turunan 27. Lagi makan.

Oke gue udah deket.
Lo di sana aja.
Jangan kemana-mana
(Read)

Bia hanya membacanya. Ia melanjutkan makannya dengan pikiran bercabang mengenai berita kali ini. Bia sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia tak sadar kalau Eza sudah sampai di warteg.

"Maaf, Dek. Boleh saya duduk di sini sama kamu?" ucap Eza sambil melambaikan tangannya tepat di depan wajah Bia.

"Siapa sih?! Duduk ya tinggal duduk gak usah izin! Ganggu orang aja." Bia masih tidak sadar, ya sahabat! Harap maklum.

"Sopan salah lancang salah. Emang ya kalau cowok itu serba salah." Eza duduk tepat di depan Bia.

"Oh lo, yok pergi. Gue udah kenyang dan ya ... jangan lupa bayarin makanan sama minumannya, ya! Gak ada tapi-tapi!" Bia keluar menuju motornya. Sungguh apes emang nasib Eza. Baru sampai langsung dipalak preman cewek.

Frobly-MoblyWhere stories live. Discover now