Epilog

10 1 0
                                    

Seperti yang sudah Bia rencanakan sebelumnya kini mereka, Radev, Bia, Maya, Rita dan Ade (bapaknya Radev kalo kalian udah lupa, hanya ada di fromob 1 dan fromob 5). Jangan heran bagaimana cara Bia mengumpulkan satu keluarga yang hampir pecah ini! Ia punya kemampuan khusus di bidang mempengaruhi orang. Keahliannya jangan diragukan lagi. Mungkin keahliannya ini melebihi skill admin lambe dower (nama akun samaran) di instagram.

Semuanya telah berkumpul. Ada Radev yang sedang sedang mencoba berekspresi datar padahal dia sudah takut sampai ke ubun-ubun. Ada Maya dan Ade yang duduk berdampingan dengan wajah datar juga. Entah apa yang ada di pikiran mereka sebenarnya. Ada Bia yang sedang menatap satu per satu wajah keluarga Radev. Dan terakhir ada Rita yang tampak bingung dengan apa yang terjadi saat ini. Rita mendekatkan badannya ke tubuh Bia.

"Ini ada apa sih, Bi? Kok mukanya pada tegang semua? Katanya tadi kamu mau ajak mama ketemu tetangga lama, mana tetangganya? Kita salah meja ya, Bi?" Rita membisikkan semua pertanyaan itu tepat di telinga Bia. Jujur Bia merasa geli karena tingkah mamanya ini dan juga telinganya gatal mendengar semua pertanyaan itu.

"Ma, perkenalkan mereka tetangga lama kita. Lama banget, mungkin mereka udah lupa sama kita. Dan itu yang ada di samping, mama udah tahukan dia siapa?"

"Ya, mama tahu itu Radev. Kan belakangan ini dia tinggal serumah sama kita." Maya dan Ade kaget dengan yang didengarnya. Mereka pikir Radev tinggal di salah satu di antara mereka.

"Kenapa kalian kaget? Ngomong-ngomong kalian siapanya Radev, ya?" Maya dan Ade hanya diam. Bia tersenyum miring pada Maya.

"Mereka berdua orang tua Radev, tante. Tapi ya gitu, orang tua yang tidak bertanggung jawab." Radev mengucapkan kalimat itu dengan santai. Ia tak peduli tentang image keduanya di depan Rita. Rita hanya melongo.

"Tapi... Kenapa kalian nggak tinggal serumah? Orang tua macam apa kalian ini?" Skak mat.

"Cukup, Ma. Bia nyuruh kalian ke sini buat ngebicarain tentang masa lalu kita. Yang mungkin mama atau tante dan om lupakan. Oke, Ma ini Radev atau juga Angga. Mama kenal kan Angga? Tetangga kita pas Bia belum sekolah dan Angga ini selalu panggil Bia dengan sebutan 'Riri'."

"Angga? Emm coba mama ingat bentar..." Rita berpikir sejenak " oh ... ya mama ingat. Angga yang gendut dulu itukan? Yang sering kamu pukulin." Mulut Rita ini memang terlampau jujur.

"Iya, Ma. Sekarang mama udah inget, aku harap tante dan om juga inget. Kita kumpul bukan hanya buat inget hubungan tetangga lama itu. Di sini tante Maya akan cerita tentang apa yang sebenarnya terjadi saat kecelakaan papa dan abangnya Radev, Satya di turunan 27 beberapa tahun lalu. Tante harus jujur. Mungkin dengan ini keluarga tante akan baik lagi dan tante juga nggak merasa bersalah lagi." Maya mengangguk. Ia rasa ini waktu yang tepat untuk menyelesaikan semuanya.

Maya menceritakan semua yang terjadi sama persis seperti ia bercerita pada Bia kemarin. Tak ada yang ditutup-tutupi.

Awalnya Rita terkejut saat ia tahu bahwa penyebab suaminya meninggal dulu adalah wanita di depannya ini. Namun kemudian ia merasa iba atas apa yang terjadi setelah kecelakaan itu.

"Jadi begitu ceritanya, Bu. Saya minta maaf atas kecerobohan saya ini. Kalau saja saya tidak tiba-tiba menelpon Satya saat ia mengemudi semuanya pasti tak berakhir seperti ini saya menyesal sekali."

"Jujur saya juga kecewa dengan ibu. Mungkin juga saya akan marah atau menuntut ibu. Tapi mendengar apa yang terjadi dengan ibu setelahnya saya merasa iba. Saya sekeluarga juga merasakan depresi yang sama, Bu. Makanya saya sempat tak ingat dengan ibu sekeluarga. Saya sangat menghargai kejujuran ibu tadi."

"Jadi apa yang akan ibu lakukan sekarang? Ibu boleh membenci saya bahkan menuntut semua kesalahan saya, saya ikhlas, Bu."

"Tidak banyak yang saya inginkan. Saya harap ibu dan keluarga bisa akur lagi. Perbaiki hubungan antar keluarga ini, Bu. Itu sudah cukup bagi saya."

"Terima kasih atas pengertian ibu. Kami pasti akan memperbaiki hubungan keluarga ini. Dan mulai minggu depan mami gak usah kerja lagi. Cukup papi aja yang kerja. Mami di rumah sambil merawat Radev," ucap Ade akhirnya setelah dari tadi ia hanya menyimak saja. Maya menatapnya bingung.

"Bagaimana tentang surat itu? Bukankah sidangnya besok?"

"Perceraian itu batal. Kita akan jadi suami istri selamanya."

Bia dan Rita tersenyum bahagia melihat keluarga ini kembali bersatu. Sungguh pemandangan yang indah.

"Em tante nggak bakal ngusir aku dari rumah tante, kan?" tanya Radev merusak suasana bahagia ini. Bia menginjak kaki Radev. Radev meringis kesakitan sambil menatap bingung Bia.

"Apa-apaan sih?! Ngerusak suasana aja sih, Dev!"

"Hahahahaha... Kalian pas banget. Cocok kalo dijodohin"

"Apa!" Radev dan Bia menoleh pada Ade. Mereka tak terima atas apa yang diucapkan satu-satunya bapak yang ada di meja ini.

"Canda kali, nggak usah baper. Atau kalian emang mau dijodohin? Hemm?" goda Ade lagi.

"Nggak!"

***

Beberapa bulan kemudian...

"RADEV LO SAMA BONYOK LO DIUNDANG MAKAN MALEM SAMA MAMA SEKARANG! CEPET KE SINI ATAU SEMUA MAKANANNYA GUE HABISIN!" teriak Bia dari jendela kamarnya.

"IYA BENTAR!" sahut Radev dari kamarnya juga.

Mereka sudah tidak tinggal serumah, tapi sebelahan. Ya, seminggu setelah pertemuan itu Ade dan Maya memilih membeli rumah kosong di sebelah rumah Rita. Sederhana memang tapi kehangatan keluarga itu sangat terasa. Dan sering kali mereka makan malam bersama secara bergantian, karena Bia terlalu malas untuk turun dan mengetuk pintu rumah Radev ia selalu mengundang Radev dari jendela kamarnya. Seperti tadi, ia lebih memilih berteriak pada Radev. Lagi pula kamar mereka bersebelahan hanya beda rumah saja.

Awalnya Bia sering dimarahi oleh Rita karena tidak sopan mengundang orang untuk makan malam dengan teriak seperti itu. Namun karena Bia keras kepala lama kelamaan Rita capek sendiri memarahi Bia yang terus saja begitu.

Sekarang kehidupan mereka sangat akur. Tak adalagi saling usir-mengusir dan mengabaikan. Kedamaian telah tercipta di keluarga Radev.

TAMAT.

Frobly-MoblyWhere stories live. Discover now