V

1.5K 162 8
                                    

_________________________

Desire
__________________________

"Jinyoung - ah, kau bisa pulang sendirikan? Aku lupa harus ketempat kekasihku." Ujar Jackson pada suapan terakhirnya. Ia sempat melonjak saat melihat notif diponselnya.

"Ah- iya hyung. Aku Bisa kok."

Jackson bergerak dengan cepat menaruh piringnya di bak cuci piring. Menenggak air mineral dan mengambil semua peralatannya.

"Hyung bisa aku pinjam satu mobilmu? Mobilku di kantor."

Mark melempar kunci mobilnya kearah Jackson yang langsung di tangkapnya dengan sempurna.

"Jinyoung - ah jangan lupa dicuci semua, Mark hyung tak ada pembantu, dia tak akan bisa membersihkannya. Aku duluan." Jackson melesat cepat, keluar dari rumah Mark setelah mengoceh.

Jinyoung tak sadar terkekeh lalu membungkam mulut saat melihat Mark hanya diam tak berekpresi.

"Masih ada kendaraan?" Tanya Mark, saat mulutnya masih tak henti menyuap beberapa lauk yang tersisa di meja.

Jinyoung menoleh kearah jam dinding yang membuat ia sedikit menyeringit.

"Naik taksi mungkin pak." Jawab Jinyoung, ia tak menyangka sekarang sudah hampir jam 11 malam. Sedikit canggung, Jinyoung merapihkan piring-piring kotor itu dari meja makan, agak ragu memang, karena Mark masih duduk dengan santai mengunyah makanan yang tersisa.

"Tinggal aja," Jinyoung tersentak dan menghentikan geraknya. Ia terdiam saat melihat Mark justru meningalkan meja makan, dan kembali dengan kunci mobilnya yang lain.

"Ayo saya antar."

Seperti mendengar sebuah dentuman yang cukup kencang, membuat hati Jinyoung mencelus bahkan napasnya terjeda.

"Tidak pak, tidak usah. Udah malam." Tolak Jinyoung dengan halus, ia mencoba mengatur pernapasannya agar tak terlihat gugup.

"Justru karena sudah malam." Jawab Mark yang kembali menyuap lauk itu, lalu beranjak keluar rumahnya.

"Saya tunggu di mobil." Ujarnya lagi sedikit berteriak, sebelum sosoknya menghilang dari ruangan.

Jinyoung menghela napas, memukul-mukul dadanya yang dengan lancang berdegup tak karuan. Tak ingin membiarkan Mark menunggu lama, Jinyoung pun segera menyusulnya.

Saat di mobil, begitu hening Mark menyetir. Hal itu jelas membuat Jinyoung mengantuk. Ia sudah menguap untuk kesekian kalinya. Namun Jinyoung masih tetap berusaha menahan rasa kantuknya dengan menatap kearah luar jendela.

"Tidur saja." Jinyoung berjinjit mendegar suara bariton itu. Tersenyum canggung, sambil mengaruk lehernya yang tak gatal. "Gak pak, nanti kelewat." Jawab Jinyoung gugup, namun kembali menguap.

"Masih jauhkan? Nanti saya bangunin kalau udah deket perumahannya."

Jinyoung mengangguk pelan, lalu bersandar dan terlelap karena ia benar-benar sudah tidak bisa menahan rasa lelah dan kantuknya.

Saat menggeliat bangun, ia tersentak mendapati mobil ini yang berhenti di pinggir jalan. Ia menoleh kearah Mark yang juga tertidur pulas di kursi kemudinya.

Jinyoung panik, namun merasa tak enak membangunkan boss nya itu.

"P-pak." Panggil Jinyoung ragu, namun suara itu langsung menyadarkan Mark.

"Rumahmu masih jauh?" Tanya Mark dengan suaranya yang sedikit parau. Ia sedikit menggeliat dan memukul-mukul bahunya.

"Maaf pak, tinggal dikit lagi. Maafkan saya pak." Mark tak menggubris justru kembali mengemudikan mobilnya.

Desire [MarkJin]Where stories live. Discover now