XX

1.4K 124 7
                                    

Warn...

Warn aja, takut saya khilap gak sadar ngetik kesana. Hahaha

Yang penting udah di warn biar siap mental.

_________________________

Desire

_________________________

Jinyoung menyeringit heran didalam mobil, pasalnya jalanan yang dituju bukan arah kerumahnya.

"Kita mau kemana Youngjae?"

"Apa kau percaya padaku?" Jinyoung hanya menjawab dengan anggukan.

"Aku berharap ini jalan yang baik untukmu." Jinyoung membungkam, hatinya sedikit nyeri melihat arah jalan yang sangat ia hapal, jalan menuju rumah Mark.

Jinyoung termangu memandang ibunya yang bersenda gurau dengan Mark di sofa, tepat pukul 8 malam Youngjae dan Jinyoung sampai di rumah Mark. Jackson sudah terlebih dahulu pulang mengantar Sana.

"Eomma," panggil Jinyoung lirih.

"Jie, sudah pulang. Sini sayang." Jinyoung berusaha sekuat tenaga menahan air matanya. Menghampiri ibunya disamping sosok yang kini menatapnya begitu intens. Youngjae mengiringi langkah Jinyoung dan dengan ramah menyapa ibunya itu.

"saya Youngjae ibu, temannya Jinyoung." ujar Youngjae memperkenalkan diri.

"syukurlah, kini Jie memiliki banyak teman. Jie selama ini sibuk ngurus ibu, jadi dia gak punya teman sama sekali."

Youngjae hanya tersenyum mendengar ucapan ibunya Jinyoung.

"Jie, rumah nak Mark besar ya. Eomma pasti betah tinggal disini."

"maksud eomma?"

"Park Jinyoung, aku ingin bicara denganmu sebentar, bisa? Dikamarmu saja." Mark melirik keatas mengisyaratkannya. Jinyoung hanya mengangguk pelan lalu beranjak kelantai atas.

"Saya tinggal sebentar ya, bu." pamit Mark yang langsung menyusul Jinyoung.

"hyung, kenapa kau membawa ibuku kerumahmu?" tanya Jinyoung saat Mark baru saja menutup pintu kamar.

"Kamu sakit apa? Kenapa tiba-tiba keluar gitu aja dari kantor?" tanya Mark yang Justru tak menjawab pertanyaan Jinyoung.

"Hyung..." Jinyoung sedikit menghela napasnya, tak kuasa lagi manahan air mata melihat sosok yang kini berada dekat dihadapannya.

"Jie," Mark menjeda ucapannya, menangkup wajah Jinyoung dan menghapus air matanya. "apa aku yang selalu bikin kamu sakit, hm?" Jinyoung menggelengkan kepalanya dan semakin terisak.

"Jangan buat aku terus berharap padamu hyung, sikapmu, membuat aku tidak bisa menghilangkan perasaanku, aku menyukaimu hyung. Sangat menyukaimu." ujar Jinyoung, Mark pun langsung menariknya dalam pelukan.

"tinggalah bersamaku, Jie. Aku tak bisa tanpamu. Aku....  Juga sangat mencintaimu." tutur Mark yang sedikit menghentikan tangis Jinyoung. Matanya terbelalak, seolah tak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Maksudmu apa hyung?" tanya Jinyoung bingung, Mark mengecup singkat bibir pulm Jinyoung. "Jangan pernah tinggalkan aku." ujar Mark dengan senyum.

"tapi, kau dan Mina sshi?"

"hm?"

"Diruang kerjamu, kalian berdua..." Jinyoung menundukan wajahnya yang hampir kembali menangis.

"Kau melihatnya?" Jinyoung tak menjawab, jusrtu kembali terisak.

"hey dengar, itu semua diluar dari bayanganmu. Mina memang memulainya tapi kami tidak melakukan hal lebih." Jinyoung masih menundukan wajahnya, membuat Mark mendengus dengan putus asa.

Desire [MarkJin]Where stories live. Discover now