VIII

1.5K 168 12
                                    

_________________________

Desire
__________________________

"Mengantar makanan lagi Jinyoung sshi?" Jinyoung mengagguk gugup.

"Iya, Mina sshi."

"Kau buka jasa Catering kah? Apa aku juga boleh memesan?" Jinyoung tersenyum canggung, ia bingung harus menjawab apa. Namun Mina sedikit terkekeh melihat wajah Jinyoung yang memerah padam.

"Tidak-tidak, saya hanya bercanda. Silahkan masuk Jinyoung sshi." Ujar Mina, Jinyoung pun membungkuk lalu menghela napas sebelum mengetuk pintu ruangan Mark. Entah kenapa, hari ini ia merasa jauh lebih gugup untuk melihat wajah rupawan boss nya itu.

"Masuk." Suara itu membuat jangtungnya menyerinyit. Mencoba bersikap tenang, ia pun masuk.

"Siang pak..." Ia membungkuk memberi salam, sedikit mematung saat melihat Jackson yang juga ada disana. "...hyung." Tambahnya.

"Taro saja dimeja,  saya ada meeting 5 menit lagi." Ujar Mark tanpa menoleh sedikitpun kearah Jinyoung. Jackson hanya memperhatikan mereka dalam diam.

"Iya pak." Jinyoung menaruh bekal itu dimeja. Dan berjalan perlahan menuju pintu.

"Saya pamit dulu." Ujar Jinyoung yang hanya dibalas dengan anggukan. "Ah! Iya ini pak kunci mobilnya." Jinyoung berbalik, merogoh saku celananya.

"Pegang dulu." Jawab Mark cepat lalu merapihkan mejanya,  membawa beberapa dokumen yang lansung ia serahkan ke Jackson.

"Ayo." Ajak Mark pada Jackson, melewati Jinyoung yang masih mematung.

Jackson meremat pundak Jinyoung sebelum ninggalkan ruangan. "Jangan lupa makan, sudah siang." Jackson sedikit berteriak sebelum menutup pintu.

"Iya." Jawab Jinyoung pelan, meski tak akan di dengar Jackson yang sudah hilang dari ruangan. Jinyoung berusaha menelen silvanya. Apa dia berbuat salah? Pikirnya. Sikap Mark terlampau dingin.

Atau dia mengingat kejadian semalam.

Dia mungkin, jijik.

Simpul Jinyoung kalut. Ia berjalan sedikit gontai keluar ruangan, Mina tak ditempat. Mungkin ikut Mark, atau sedang istirahat makan. Selintas Jinyoung berguman dalam pikirnya.

Ia kembali duduk dimejanya, membuka kotak bekal yang ia masak sendiri. Memakannya dengan tak selera. Pikirannya tak tenang, ia harus meminta maaf kepada Mark atas kejadian semalam.

"Kau makan sendiri Jinyoung sshi?" Jinyoung sedikit terpelenjat dikursinya, suara itu sontak membuatnya tersedak dan batuk-batuk.

"Kau baik-baik saja?" Sana, yang bertanya padanya tampak panik menepuk punggung Jinyoung dan memberikannya air mineral.

Jinyoung mengangguk, sambil meminum air yang diberikan Sana, rekan kerjanya.

"Maaf Jinyoung sshi, aku tidak bermaksud mengejutkanmu." Sana tampak canggung melihat Jinyoung yang masih terbatuk-batuk.

"Tidak apa-apa,  saya yang salah karena melamun." Jinyoung berusaha membuat Sana tak merasa bersalah. Namun hal itu membuat Sana terkekeh lalu duduk di mejanya yang bertempat disebelah Jinyoung.

"Kau tidak makan?" Tanya Jinyoung, Sana hanya menunjukan satu buah apel seolah menandakan 'ini makan siangnya.'

"Kau tidak lapar? Hanya memakan satu buah apel?" Jinyoung sedikit menyerinyit, kadang tak mengerti dengan wanita. Mengapa terlalu terobsesi menurunkan berat badan, padahal tubuh mereka sudah terlihat sangat kurus.

Desire [MarkJin]Where stories live. Discover now