XVII

1.2K 136 4
                                    

_________________________

Desire
__________________________

Yugyeom dan Jinyoung menatap miris kearah Sana yang tak henti meneguk soju sambil mengoceh tak jelas, tanpa mereka bertanya pun semua sudah di ceritakan Sana secara detail masalahnya.

"kenapa pak Jackson harus menjalin hubungan dengan seorang pria." tutur Sana kembali, masih dengan isakannya. "usahaku merawat diri agar tetap cantik seolah sia-sia hueeeeee (╥﹏╥)."

"Sana sshi..." Jinyoung mencoba menenangkan Sana yang menangis cukup kencang, membuat pengunjung menoleh kearahnya. Yugyeom hanya bisa memalingkan wajahnya karena malu.

"aku harus apa nyoungie, aku terlalu dalam menyukai sepupumu itu. Kenapa dia tega (╥﹏╥)."

"Jinyoung, kita bawa pulang saja. Aku malu." ujar Yugyeom berbisik, Jinyoung hanya tersenyum canggung lalu mengiyakan. Setelah Yugyeom membayar semua, mereka pun beranjak meninggalkan kedai kecil itu.

"Kau tau rumah Sana?" Jinyoung menggeleng dengan cepat. Yugyeom memijit keningnya yang terasa berdenyut pusing.

"bawa kerumahku saja." usul Jinyoung.

"apa! Tidak tidak, nanti yang ada orang akan berfikiran macam-macam."

"lalu mau kita bawa kemana? Kasian Sana sshi."

"hotel?"

"jangan, masa hotel!"

"hmm yaudah rumahku saja, tapi... Kau ikut. Mau kan?" Yugyeom sedikit ragu bertanya, ujung matanya melirik kearah Jinyoung yang duduk disebelah kursi kemudinya, wajah Jinyoung tampak begitu cemas dengan keadaan Sana. "aku tinggal sendiri dirumah, tidak enak kalau hanya membawanya. Nanti wanita gila itu akan menganggapku aneh-aneh." lanjutnya berdalih.

Jinyoung terkekeh pelan, lalu mengangguk.

*

"Jack, apa kupecat saja Sana dan Yugyeom?"

Jackson hampir memuncratkan bir kaleng yang baru saja ia tenggak, saat mendengar penuturan Mark.

"Hyung kau gila? Kenapa tiba-tiba memecat mereka! Mereka berdua karyawan terbaikku."

"aku... Hanya tidak suka saja melihat mereka."

Mereka yang terlalu dekat dengan Jinyoung.

Mark berguman dalam hatinya dan kembali menenggak bir kalengnya.

"mereka berdua itu karyawan terbaikku hyung, kau jangan aneh-aneh. Cukup Jinyoung dan dirimu yang membuatku pusing. Jangan ditambah-tambah." Mark melirik sengit kearah Jackson. Ia menghela napas, lalu menyandarkan tubuhnya di punggung sofa.

Ia pun merasa, emosi dan tindakannya tak bisa ia kendalikan akhir-akhir ini. Bahkan Mark lebih sering bertindak semuanya tanpa pikir panjang.

"apa aku butuh liburan?" celetuk Mark tiba-tiba. Jackson hanya menoleh heran kesosok pria yang usianya hampir kepala 3 itu.

"Karyawan lain sering berkata seperti itu kan? Mungkin aku kurang liburan." lanjut Mark.

"kau terlalu banyak kurangnya hyung, apa lagi saat ini. Kau kurang waras." Mark melempar bantal kecil dari sofa yang langsung melesat kekepala Jackson.

"aku benar, kenapa kau marah." Jackson terkekeh, saat melihat wajah masam Mark yang lebih kearah ngambek.

"ya, dan yang bikin aku tidak waras itu sepupumu."

"Mau aku panggilkan youngjae, mungkin kau bisa konsultasi dengannya."

"setelah itu aku akan di suntikan potassium oleh Jaebum."

Desire [MarkJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang