XIV

1.4K 153 21
                                    

Warning!
Ada adegan.

_________________________

Desire
__________________________

Pagi ini Jinyoung memilih berangkat menaiki bus dan datang sedikit lebih siang dari biasanya. Pelayan di rumah Mark sudah menyiapkan sarapan untuknya, tak enak bila ia menolak untuk tak makan. Pelayan di rumah Mark sudah cukup tua, bahkan seperti seumuran dengan ibunya. 

Jinyoung  meraih ponsel dari tasnya, menghela napas sejenak lalu memilih kontak untuk ia telpon.

"hallo, eomma..."

"Jie, kamu sehat sayang?"

"Sehat eomma. Eomma gimana?"

"eomma juga sehat dirumah, kamu gak usah khawatir. kamu kerja yang rajin ya"

"eomma... Maaf ya, Jie baru bisa pulang nanti malam."

"iya Jie, gak apa-apa kok. Eomma disni juga gak sen-"

"eomma, eomma Jie tutup dulu ya, Jie udah mau sampai. Nanti siang Jie telpon lagi."

Jinyoung lekas menutup telponnya dan turun di halte pemberhentian dekat kantornya. Ia berjalan kaki menuju gedung kantornya yang memang tak begitu jauh. Namun langkahnya terhenti saat ingin memasuki gedung, menangkap sosok Mark dan Mina yang baru saja keluar dari mobil di parkiran. Jinyoung melangkah mundur bahkan bersembunyi disebuah tanaman dekat pintu masuk, memastikan mereka berdua masuk terlebih dahulu. 

Ada perasaan sesak yang hampir naik kelehernya, membuatnya terasa seperti tercekik. Wajahnya memanas menahan air mata yang hampir membendung di pelupuk matanya.

"Jinyoung sshi, kau tidak masuk?" Jinyoung sedikit terpelenjat saat seseorang menyapanya dari belakang.

"ah Sana sshi, ini tadi ada batu di sepatu saya." ujar Jinyoung menghindar, ia pun melepas sepatu untuk meyakinkan alibinya itu.

"apa kau sakit? Wajahmu terlihat pucat?" tatapan Sana kini terlihat lebih menelisik. 

"ah- ti-tidak Sana sshi."

"ayo masuk." ajak Sana yang tanpa aba-aba merangkul tangannya masuk ke gedung. Jinyoung yang bingung segara kembali memakai sepatunya itu dengan cepat.

Sana menggunakan kartu aksesnya untuk masuk namun Jinyoung terlihat panik karena tak menemukan kartu aksesnya di dalam tas.

"kenapa?"

"sepertinya kartu akses ku ketinggalan Sana Sshi." Sana hanya menggeleng, dan menggunakan kartu aksesnya untuk Jinyoung.

"ayo," Sana kembali merangkul Jinyoung yang hanya bisa terdiam meski sesungguhnya tak nyaman.

"Jinyoungie!" panggil Yugyeom dari belakang mereka. Ia sedikit berlari menghampiri, wajahnya terlihat masam melihat Sana yang merangkul tangan Jinyoung.

"kau apa-apaan sih, rangkul-rangkul anak orang sembarang dikantor." ketusnya. Jinyoung ingin melepaskan secara perlahan namun semakin di tarik Sana menuju lift.

"Biarin, Jinyoung kan calon saudaraku juga." ujarnya menekan tombol lift menahan pintunya yang hampir tertutup.

"kau masih saja mengharap pak Jackson," cibir Yugyeom, namun langsung membungkam seketika.

"Pagi pak, Mina sshi." sapa Sana yang melihat Mark dan Mina di dalam lift. Ia pun langsung melepas rangkulan tangannya saat mata Mark terlihat sinis menatapnya.

"Pagi pak," sapa Yugyeom kemudian. Jinyoung hanya membungkukan badannya sebelum masuk.

"Sana sshi, kalian berpacaran?" ledek Mina, wajahnya tanpak menahan senyum melihat tingkah gugup Sana. 

Desire [MarkJin]Where stories live. Discover now