IX

1.5K 157 33
                                    

_________________________

Desire
__________________________

"Kamu punya nomer saya kan? Kenapa semalam gak ngehubungi saya dulu kalau mau kerumah." Jinyoung terus merunduk sambil menyuap makanannya. Jinyoung yang tak diizikan pulang oleh Mark sebelum ia datang, pun memasakan makan siang untuk berdua.

"Maaf pak." Lagi-lagi kata itu yang keluar dari bibir pulm Jinyoung. Mark melonggarkan kerah kemejanya, namun tangannya tak henti menyuap makanan dari piringnya. Suasana pun kembali hening.

"Obatnya, jangan lupa di minum." Lanjut Mark yang hanya diberi anggukan. Jinyoung pun bergegas merapihkan barangnya setelah makan siang. Mark memainkan ponselnya, menunggu Jinyoung di sofa, dan pandangannya pun beralih saat Jinyoung sudah berdiri didekatnya.

"Ayo." Ujarnya beranjak dari sofa, namun langkahnya berhenti tepat didepan pintu, mengutak atik kunci rumahnya yang menggunakan sidik jari. Jinyoung hanya memperhatikannya dari belakang.

"Jarimu."

"Hah?" Jinyoung yang tak langsung memberikannya membuat Mark sedikit gemas menarik tangan Jinyoung dan mendaftarkan sidik jarinya untuk bisa mengakses dirinya masuk kerumah Mark.

"Buat apa pak?"

"Kalo dateng gak usah nunggu didepan,  langsung masuk aja."

Jinyoung menyeringit heran, tangannya yang belum dilepas Mark terus ditarik menuju mobil.

"Gak sopan dong pak, saya langsung aja kerumah orang." Ujar Jinyoung yang baru memahami maksud Mark setelah mereka meninggalkan rumah.

"Makanya telpon saya, kamu jadi sakit begini karena saya telat pulang." Jinyoung terdiam sejenak mendengar ucapan Mark. Mark yang justru jadi merasa bersalah karena kecerobohan Jinyoung.

"Bukan salah bapak, salah saya gak kasih kabar." Jinyoung sedikit meredam ucapannya. Wajahnya merunduk, ia mengerucutkan bibir pulmnya itu.

"Kamu bisa gak sih, gak bikin saya pusing?"

"Maaf pak."

Ingin menangis, itulah yang Jinyoung rasakan saat ini. Kata-kata Mark barusan benar-benar menyentakkan hatinya.

"Senin gak usah masuk, kamu istirahat total dulu aja." Ujar Mark sebelum Jinyoung turun dari mobilnya.

"Iya pak, terima kasih udah anterin saya. Sekali lagi saya minta maaf udah repotin bapak terus." Lirih Jinyoung.

"Hm." Jawab Mark singkat, langsung meninggalkan rumah Jinyoung. Jinyoung hanya bisa menatap nanar kearah mobil Mark yang lalu menghilang dari pandangannya.

"Jie..."

"Eomma." Jinyoung menghampiri ibunya yang duduk menonton tv di sofa.

"Kamu sakit sayang? Boss kamu nelpon eomma semalam."

"Asma Jie kambuh eomma." Jinyoung duduk disofa, menyandarkan kepala pada bahu ibunya.

"Udah makan sayang?" Tanya ibu Jinyoung yang mengusap lembut surai hitam milik anaknya. Jinyoung hanya mengangguk lalu memejamkan mata.

"Boss kamu baik ya. Dia mau rawat kamu sayang." Jinyoung tersenyum pait. Terlebih mengingat kata-kata Mark di mobil tadi.

"Dia memang sangat baik eomma." Jinyoung tak sadar meneteskan air mata dengan kata-katanya sendiri.

***

"Arrrghh." Mark menggerang jengkel didalam mobilnya. Melajukan dengan tak begitu stabil sampai kerumahnya.
Ia sedikit membanting tubuhnya ditempat tidur,  Mengusap kasar wajahnya.

Desire [MarkJin]Where stories live. Discover now