XII

1.5K 159 12
                                    

_________________________

Desire
__________________________

Mark duduk, menyesapi secangkir teh siang ini di meja kerjanya. Wajahnya terlihat lebih fresh dengan senyum yang terus teruntai dibibirnya. Jackson yang ada di ruangannya menatap dengan tatapan yang menelisik, pikirannya masih berkelut dengan tugas yang diberikan oleh Mark.

"Hyung, kau tak berniat membawa Jinyoung kerumahmu kan? Maksudku, tinggal bersamamu." tanya Jackson heran.

"kalau iya?"

"hyung, kau gila? Kau menyuruhku menyewakan pembantu untuk ibunya Jinyoung bahkan memberikannya uang dengan jumlah yang cukup banyak. Kau membeli Jinyoung dari ibunya dengan itu semua?" ujar Jackson dengan nada khasnya yang meledak-ledak.

Mark menghela napas, jujur ia malas menanggapinya.

"aku hanya memintamu mengawasi ibunya. Tidak usah ikut campur dengan urusanku yang lain."

"hyung, aku hanya ingin menahanmu dari tindakan gila ini?"

"KAU TAU, JINYOUNG DAPAT LUKA ITU DARI SIAPA? IBUNYA! AKU HANYA INGIN MELINDUNGI JINYOUNG, KAU ANGGAP AKU GILA?" Jackson terdiam melihat amarah Mark yang bahkan membanting cangkir tehnya. Jackson tak menyangka Mark bisa semarah itu dengannya.

*

Jinyoung mengerejap membuka matanya, melirik kearah balkon yang jelas sudah terlihat sangat terang. "astaga, jam berapa ini!" ia kalap dan sontak bangun, namun kembali meringis merasakan cukup sakit dibawah sana dan disaat itu pula ia menyadari tubuhnya yang hanya di baluti oleh selimut.

Jinyoung terdiam, mencoba meraba ingatannya semalam. Kejadian yang ia anggap hanya sekedar mimpi, namun nyata dihadapannya kini.

"bodoh, Park Jinyoung! Apa yang kau lakukan. Kenapa kau memanfaatkan Mark hyung yang mabuk untuk memuaskan hasratmu. Ah gila. Ini benar-benar gila!" Jinyoung memukuli kepalanya sendiri. Meruntuki kebodohan yang diperbuatnya semalam.

"apa yang harus aku lakukan sekarang." Jinyoung meringis kembali diatas tempat tidur. Ia duduk sambil memeluk lututnya. Mark pasti akan langsung memecatnya saat ini.

Jinyoung melonjak saat mendengar suara ponselnya berdering diatas nakas lalu menyambarnya dengan cepat saat melihat nama kontak yang tertera dilayarnya.

"Hallo Mark hyung? Maafkan saya hyung saya-"

"kamu udah makan belum?"

"belum hyung."

"baru bangun ya?"

"i-iya."

"yaudah mandi dulu, habis itu makan ya. Saya sudah sewa pembantu lagi untuk urus rumah. Saya juga sudah suruh pembantu itu masak buat kamu."

"i-iya hyung."

"tunggu saya pulang ya."

"iya."

Mark memutuskan sambungan telponnya. Jinyoung pun terdiam, menggarung lehernya yang tak gatal.

"Mark hyung masih mabuk kah?" pikirnya. Lekas kekamar mandi untuk membersihkan diri.

*

Waktu menunjukan pukul 5 sore, dan tepat pada waktu itu sebuah alarm diruang kerja Mark berdering. Membuyarkan sosok Mark yang sedang fokus berkutat dengan kerjaannya. Ia segera merapihkan dokumen-dokumen itu lalu mendial nomer extensi dari telpon di mejanya.

"Mina keruangan saya." ujarnya yang langsung menutup sambungan. Tak ada hitungan menit, Mina, sekertaris Mark langsung masuk keruangannya.

"iya pak?"

Desire [MarkJin]Where stories live. Discover now