XVIII

1.3K 137 21
                                    

_________________________

Desire
__________________________

Mark tak sadar, mengelus punggung Mina yang masih melumat bibirnya. Mina sedikit melengguh, bahkan bisa merasakan milik Mark yang mengeras dibawah sana.

Mark menggigit pelan bibir Mina lalu mendorong tubuhnya membuat ia hampir terjatuh.

"Jangan seperti ini." ujar Mark dengan suaranya yang terdengar cukup berat. Mina menundukan wajahnya yang memerah.

"oppa tak mengingikannya? Eonni meninggal sudah cukup lama... Kenapa oppa menahannya?" ujar Mina membuat Mark berdehem pelan. "aku bisa membantumu melepaskannya oppa, jangan ditahan. Aku tau kau juga ingin..." lanjut Mina dengan matanya yang menatap Mark cukup intens.

"Mina..." Mark menggelengakan kepalanya membuat Mina meneteskan air mata, ia turun dengan perlahan dari pangkuan Mark.

Mina menunduk dan menangis dihadapan Mark, saat Mark hanya bisa memijit kepalanya yang terasa cukup pusing. Ia merangkul Mina dan membawanya duduk di sofa.

"Sudah jangan menangis." ujar Mark lembut dengan mengusap rambut Mina mencoba menenangkannya.

"Aku... menyukaimu oppa, aku tak apa meski oppa tak menyukaiku juga. Kau bisa menggunakan tubuhku bila kau ingin..."

"sssstt Mina, dengar-" Mark menghela napas sebelum melanjutkan ucapannya. "aku menganggapmu sudah seperti adikku. Aku tidak mungkin melakukan hal segila itu padamu." tutur Mark yang membuat Mina semakin terisak. "aku menyayangimu seperti keluargaku, karena memang kita sudah tinggal bersama sejak kecil. Jadi aku harap kau bisa memahaminya, dan hanya menganggapku sebagai kakakmu. Tak lebih." tegas Mark. Entah Mina akan tersinggung atau tidak dengan ucapannya, ia benar-benar tak bisa merangakai kata yang tepat.

Mark menyandarkan tubuhnya di punggung sofa saat Mina yang masih terisak menangis.

*

Jackson menoleh kearah meja kerja Jinyoung yang terlihat kosong, sudah hampir dua jam dan Jinyoung belum kembali.

"Yugyeom ah, Jinyoung belum kembali?" tanya Jackson penasaran.

"Bukannya anda menyuruhnya tadi pak?"

"Hanya menyerahkan dokumen, tapi sudah hampir dua jam ia belum kembali." ujar Jackson sedikit cemas.

"Mark hyung tidak berbuat gila lagi kan dengannya?" guman Jackson yang terdengar jelas ditelinga Yugyeom.

"apa mau saya susul pak?" tawar Yugyeom, wajahnya tampak cemas.

"tidak usah, biar saya saja." Jackson langsung beranjak meninggalkan ruangan, Jackson tidak mungkin menyuruh Yugyeom menyusul karena ia takut menemukan Jinyoung dengan keadaan tidak baik di ruangan Mark.

Yugyeom hanya menghela napas melihat kepergian Jackson yang melangkahkan kakinya dengan cukup cepat. Jackson benar-benar takut Mark melakukan tindakan gila ke sepupunya itu.

"hyung, apa Jin-" Jackson menghetikan ucapannya saat melihat Mark dan Mina yang duduk di sofa. Mina masih menangis meski tak seisak tadi.

"Besok aku gembok pintu biar kau tak sembarangan langsung masuk." ketus Mark.

"Jinyoung tidak kemari?" tanya Jackson, seolah menghiraukan Mina.

"Jinyoung?" Mark menyeringit heran.

"ya sudah lanjutkan." ujar Jackson yang lalu keluar dari ruangan Mark. Matanya sedikit menelisik kearah meja Mina, melihat dokumen yang tadi di pegang Jinyoung ada disana.

Desire [MarkJin]Where stories live. Discover now