17

4.6K 316 10
                                    

Jungkook pulang ke rumahnya namun tak mendapati ada ayah maupun jiminnya. Para maid juga sudah tertidur karena sekarang sudah lewat tengah malam.

Ia memutuskan masuk ke dalam kamar dan mengistirahatkan tubuhnya. Rencana besar sudah menanti untuk esok hari.

"Lari saja terus.. Hanya itu yang bisa appa lakukan kan.. "

****

"Aahh sshh ahhh.. Pelanhh taehh"

Jimin meremat seprei dengan frustasi. Jemari panjang itu mulai keluar masuk di lubangnya membuat kaki mungilnya gemetaran

"Arrgg taehh.. Sshh ahh ahh"

Semakin lama permainan jari taehyung semakin cepat membuat jimin mengejang kenikmatan, nafasnya mulai memburu dan desahannya terdengar kencang.

"Sshh taehh shhih sudahh ahh pelanhh sshh"

Jimin meremat tangan taehyung namun langsung ditepis oleh sang dominan.

"Ini akibat nya kalau kamu melanggar janjimu sendiri.. "

Jimin memandang taehyung dengan matanya yang sayu. Keringat telah membanjiri tubuhnya padahal baru jari taehyung yang masuk.

"Ahh kan ibu yang tanya..bukan aku.. "

Taehyung langsung menarik tangannya sedang jimin kembali menatap sebal kearahnya. Baru saja ia akan kembali mengomel tapi taehyung lebih dulu menyatukan tubuh mereka.

"Aahkk taehhh nghhh aargghhh"

Lelehan bening keluar dari sudut matanya, entah sudah yang ke berapa kali taehyung memasuki tubuhnya tapi rasa sakit itu seperti pertama kali dimasuki

Dada jimin naik turun berusaha menetralkan debaran jantung dan nafasnya. Taehyung belum memulai pergerakannya karena merasa kasihan melihat jimin.

Ia mulai mencium ranum tebal itu dengan lembut agar rasa sakit nya berkurang. Tak butuh waktu yang lama, jimin pun hanyut bahkan mulai menggoyangkan pinggulnya dari bawah.

Taehyung keluar masuk dengan pelan, miliknya serasa dipijit dengan sangat nikmat dibawah sana. Ia terus menggeram dengan suara beratnya membuat tubuh jimin merinding.

"Taehh lebih cepathh nghhh"

"Iya sayang.."

Taehyung mulai mempercepat temponya membuat tubuh si mungil menggelinjang kenikmatan. Titiknya berhasil ditumbuk berulang kali membuatnya menggigit bahu taehyung sebagai pelampiasan.

Taehyung menggeram kala keduanya mencapai puncak bersamaan. Jimin sudah sangat lelah ia bahkan tidak mampu membuka matanya. Taehyung yang melihat jadi tidak enak hati. Ia pun mencabut penisnya dan menarik selimut untuk keduanya.

"Aku mencintaimu sayang.. "

Jimin hanya mengangguk lemah seraya memeluk taehyung. Taehyung tersenyum kemudian mengelus-elus kepala jimin

"Tae... Kenapa sih kamu selalu marah jika ada yang membahas orang tuaku.. "
Dari sorot matanya memancar tanda tanya dan rasa penasaran yang besar.

"Taeee.. "

Jimin menggoyangkan tubuh taehyung yang hanya diam menatap matanya.
Sungguh lama-lama dia yang jadi kesal.

"Aku mencintaimu.. "

"Ck!! "

Sudahlah jimin capek dengan taehyung yang selalu mengalihkan pembicaraan, ia pun memilih untuk tidur membelakangi taehyung.

"Sayang kamu marah padaku? "

"Taehyung sshi menyebalkan! Aku kan cuma ingin tahu.. Semua orang didunia ini punya orang tua kenapa cuman aku yang tidak!! "

Dapat taehyung dengar jika jiminnya mulai terisak. Hatinya merasa sangat bersalah sudah tega membiarkan jimin tinggal dalam kebohongan.

"Baiklah sayang.."

Taehyung memeluk tubuh polos itu dari belakang dan berusaha menenangkan nya.

"Aku kenal orang tuamu.. "

Kali ini taehyung terpaksa harus berbohong lagi demi keegoisannya

"Kalung yang kamu pakai itu adalah pemberian dari ayahmu untuk ibumu.. Karena nenekmu yang jahat dengan tega memisahkan ibumu dari ayahmu dan membiarkan ibumu itu sendirian.. "

Tangisan jimin semakin menjadi-jadi seraya menggigit bibir nya hingga terluka. Ia memutar tubuhnya menghadap taehyung dan memeluknya erat.

"Hikss.. Kenapa ibu malah membuangku dipanti asuhan.. "

"Dia tidak membuangmu.. Dia sangat mencintaimu.. Sayang sekali dia tidak berumur panjang untuk bisa membesarkan mu.. "

"La-lalu.. Hiks.. Dimanaa ayahku.. Hiks.. Kenapa dia tidak menjemputku.. Kenapa dia tidak kembali untukku.. Hiks.. "

Taehyung memejamkan matanya erat, air matanya kembali mengalir dan hatinya semakin sesak mendengar penuturan jimin. Jika saja dia tau dari dulu putranya masih hidup sudah pasti taehyung akan menjemputnya.

"Maaf tapi aku tidak tau dimana dia.. "

Taehyung berusaha menghapus air mata jimin yang terus mengalir hingga matanya bengkak.

"Bagaimana tae sshi tau cerita kekuargaku? "

"Ibumu adalah temanku.. "

"Sungguh? "

Taehyung hanya mampu menganggukkan kepalanya. Satu kebohongan lagi telah ia tanamkan di otak jimin. Namja manis itu tentu percaya saja dengan semua perkataan taehyung tanpa menyimpan curiga sedikitpun.

"Sshh jangan menangis lagi sayang.. Aku tidak akan meninggalkan mu seperti yang lain.. "

Jimin menganggukan kepala ditengah deraian airmatanya dan memeluk taehyung erat-erat.

"Gomawo tae sshi.. Jangan tinggalkan aku.."

Taehyung mengangguk dan mencium bibir jimin. Sekali lagi jimin merasakan sesuatu yang berbeda dari ciuman taehyung. Rasanya sama seperti saat mereka di hotel waktu itu.

Wajah manis itu kemudian tersenyum ditengah matanya yang berkaca-kaca seraya membelai pipi taehyung.

"Aku berharap semoga tae sshi dan aku berumur panjang karena aku ingin hidup bersama tae sshi untuk waktu yang sangat lama.."

Taehyung tersenyum dan kembali mencium jimin. Tanpa nafsu dan sangat lembut.

"Maaf nee.. Aku tidak bilang karena aku tidak mau kamu sedih dan terus memikirkan nya.. "

Jimin mengangguk polos dan mengecup pucuk hidung lelaki itu.

"Terimakasih tae sshi.. "

"Kali ini berjanjilah sungguh-sungguh untuk tidak pernah membahas tentang ini lagi jimin.. "

Namja mungil itu mengangguk pelan seraya menatap mata taehyung dalam-dalam.

Taehyung merengkuh jimin dalam pelukannya erat. Semalaman ia terjaga dan tidak bisa tidur. Rasa bersalah itu bagaimana cara melenyapkan nya.

Sekali lagi driinya menatap wajah manis jimin yang tengah terlelap dan menyibakan surai yang menutupi matanya.

'Maafkan aku sayang.. '

The Truth UntoldWhere stories live. Discover now