Part 7

18.7K 2.8K 795
                                    



Siapa yang lagu Dynamite auto keputer terus dalam pikiran setiap hari? wkwkwkwkwkw

Siapa yang lagu Dynamite auto keputer terus dalam pikiran setiap hari? wkwkwkwkwkw

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Voter keberapa nih?





            Sejujurnya, Yungi sendiri masih terngiang-ngiang tentang penuturan Eunjo beberapa hari lalu. Bahkan, ia sempat berpikir untuk mencari tahu secara langsung dan membuat Eunjo menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi mengenai kedatangan Henlee malam itu. Tetapi, saat Yungi melihat Eunjo nampak tidak terganggu sama sekali, dan bersikap dingin, menyebalkan, dan merepotkan seperti biasa, ia mengubur jauh-jauh keinginannya untuk bertanya langsung.

Sinar matahari sudah cukup tinggi ketika Yungi melirik jarum jam pada pergelengan tangannya. Berlindung di bawah kanopi roda empatnya dengan alunan driving music yang terputar otomatis dari radio. Sepertinya, salah satu grup Idol terkemuka baru saja melakukan comebacknya, Yungi mendengar lagu menyenangkan ini diputar di mana-mana.

            Sedangkan Eunjo, masih melakukan peregangan pelan pada pergelangan tangannya yang semakin membaik. Tentu hal itu juga kabar baik bagi Yungi karena ia tidak perlu repot-repot untuk mengurus Nenek sihir yang satu ini. Percayalah, nyaris dua minggu ini Yungi merasa semakin tua saja saking lelahnya mengurusi Eunjo.

"Kemungkinan, aku sedang ada diskusi hari ini," kata Yungi kemudian saat mobilnya baru saja melewati belokan jalan,  "Jadi tidak bisa menjemputmu."

Eunjo yang sejak tadi menunduk, lantas mendongak tipis, "Baguslah," timpalnya dengan enteng, "Aku bisa pulang ke rumahku sendiri kalau begitu."

Meskipun Eunjo terlihat tidak tertarik, tetapi Yungi tahu jika sang istri diam-diam mengembuskan napas panjang di sana. Barangkali merasa lega, atau entah ia baru saja memikirkan hal apa. Yungi lalu melirik sekilas dan Eunjo sudah memilih memainkan ponselnya kembali.

"Tidak." Yungi berujar dengan cukup tegas saat keheningan seakan menyergap keduanya tanpa sungkan. Tentu saja Yungi bisa menebak ekspresi apa yang sang istri sematkan pada wajahnya, karena Eunjo sangat membenci kata 'tidak' darinya. "Aku tidak setuju jika kau tidak pulang ke apartemenku."

Seperti prediksi, Eunjo sudah menoleh ke arah Yungi yang memutar kemudi dengan santai sebelum bertanya dengan intonasi cukup menuntut penjelasan di sana, "Apa maksudmu?"

Kedai kopi Eunjo sudah terlihat sejarak dua ratus meter di depan saat Yungi berkata, "Aku sudah menyuruh manejer kedaimu untuk mengantarmu pulang ke apartemenku," katanya bersamaan roda empat itu semakin dekat lalu berhenti tepat di depan kedai—Yungi menoleh, "Nanti pesanlah makan malam terlebih dulu."

Eunjo malah menatap sangsi dengan cukup menyebalkan, "Dengarkan aku Kakek tua posesif," ejeknya, "Memangnya kau siapa jadi mengaturku seperti ini?"

"Suamimu," tohok Yungi terang-terangan.

Tatapan mereka bak memiliki sengatan listrik yang saling memancar seperti sinar laser untuk saling mengeritingkan rambut. Seharusnya, penuturan Yungi yang lembut seperti itu bisa mendatangkan sengatan rasa senang dan kehangatan pada perasaan. Sayangnya, Yungi memang yakin jika sang istri ini spesies manusia yang berbeda, ditambah ia juga tidak terlalu pintar untuk mengutarakan maksud baiknya.

Snowdrop ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang