Part 15

26K 2.8K 1.3K
                                    




Halooh! Musim hujan hati-hati ya kalian semua.
Btw, maaf, ya ada salah nama untuk ayahnya Eunjo. Astaga, short memory termku ini memang payah sekali 😅😅 Nama ayahnya di novel Lacuna Jihun—tapi aku salah tulis di part kemarin Jihyun. Maafkan kekhilafan ini, Hyung! Hehehe. Tapi di part ini sudah aku benarkan menjadi nama sesungguhnya seperti di novel Lacuna, ya.

Part ini mengandung adegan dewasa, dimohon untuk penyikapan secara bijak, ya 😊😊read with own proceed

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Part ini mengandung adegan dewasa, dimohon untuk penyikapan secara bijak, ya 😊😊
read with own proceed

Iya, iya, yang udah legal nyengirnya ditahan dulu napa, seneng amat sama emotnya. Tabur sini pasukan bulannya.🌚🌚🌚🌚🌚

Voter ke berapa ini, Hyung?













"Lima, waktumu habis."

"Aku di bathub!" jawab Eunjo cepat ketika Yungi sudah melingkarkan tangan pada pergelangan tangannya, ia lalu melepaskan cengkraman sang suami, dan mengambil napas untuk menenangkan dirinya sendiri, "Jadi tolong nyalakan air hangatku dan aku akan mengambilkan handuk. Terdengar adil, bukan?"

"Hoo, kukira kau akan memilih shower," kata Yungi dengan sunggingan senyum tanpa arti di sana, "Kenapa? Kemampuan wanita nakalmu sudah turun level, ya?"

Mendengar hal itu, Eunjo segera menyilangkan tangannya angkuh dengan mata menyipit, "Oh, apa kau berharap melihatku tanpa busana dengan pemandangan penuh?" tantangnya tidak mau kalah.

Tidak perlu diragukan lagi, Eunjo dan Yungi itu memang sangat pintar jika saling melempar argunen seperti ini. Yungi terdiam untuk beberapa saat, "Ya, memang apa salahnya?" katanya sembari mengacak rambut belakangnya, dan melenggak ke dalam kamar mandi dengan santai, seolah tidak peduli sama sekali dengan kondisi keangkuhan Eunjo yang tengah runtuh.

Eunjo mengembuskan napas keras, bibirnya sudah mencebik ke arah pintu lalu mengumpat. Bahkan ia terang-terangan menghentakkan kakinya kesal ketika mengambil handuk tambahan di lemari. Dia berhenti sejenak di depan cermin. Astaga, kenapa ia dirundung rasa campur aduk seperti ini? Eunjo mendesah frustasi. Bisa-bisanya acara mandi tidak penting ini malah berakhir semakin tidak masuk akal saja—sialnya tidak main-main.

"Jo, sudah siap," seru Yungi dan suaranya terdengar memantul di dalam dinding keramik.

"Ya, sebentar," timpal Eunjo tidak kalah lantang. Ah, ya sudah persetan. Eunjo pada akhirnya memilih tidak peduli. Ia melepaskan perhiasan yang menempel pada kedua telinga, kalung berlian kecil dan cincin yang melingkar pada jari manisnya. Ia berjalan dengan santai lalu masuk ke dalam kamar mandi. Sedangkan Yungi terlihat berdiri di depan wastafel bercermin—masih mengenakan kaos polosnya. Kedua mata mereka bertemu sesaat sebelum akhirnya saling mengalihkan muka.

Aduh, bahkan dinding kamar mandi saja bingung harus bagaimana menggambarkan suasana mereka. Eunjo itu ingin membawa dirinya biasa saja, bahkan ia sudah berusaha membangunkan sisi-sisi wanita nakalnya ketika ia membuka kemeja lalu menjatuhkannya ke atas lantai begitu saja.

Snowdrop ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang