Episode 3 - Luka

398 92 81
                                    


Sejak acara Festival Film Busan berlangsung, Sejeong sama sekali tidak fokus dan pikirannya dipenuhi dengan laki-laki misterius yang ditemuinya setelah ledakan yang terjadi di lumbung padi. Kejadian di rumah sakit juga cukup aneh baginya. Sampai-sampai ia harus disadarkan oleh rekan sesama aktris yang duduk di sebelahnya, ketika namanya disebut sebagai pemenang aktris pendamping wanita terbaik.

Sejeong terlonjak kaget lalu tersenyum canggung, berjalan menuju panggung megah diiringi suara tepuk tangan meriah, sorak sorai dan seruan namanya. Ia menerima piala penghargaan beserta sebuket bunga cantik, hampir menangis ketika mengatakan ucapan terima kasih terhadap beberapa orang yang ikut andil dalam kemenangannya.

Setelah acara selesai Sejeong terburu-buru menyuruh Seungwoo menuju mobil van-nya. Seungwoo segera mengekor di belakang seraya kesusahan membawa beberapa setelan baju. Tentu saja agar tidak terlalu mencolok berada di tempat umum, tepatnya rumah sakit dengan berpakaian gaun maka Sejeong sudah menggantinya dengan kemeja putih polos dan celana jeans hitam.

"Apa yang sangat kau khawatirkan darinya? Dia tidak tahu bahkan tak ingat siapa yang telah menabraknya," tanya Seungwoo bersikukuh selagi menaruh asal pakaiannya di bagasi mobil.

"Bukankah Oppa mengatakan sebagai walinya, dia akan mengetahui namamu dan meminta uang ganti rugi!" Sejeong sudah duduk menyilangkan kakinya, "Kau yang telah menabraknya, apa kau tidak merasa bersalah?!"

Seungwoo berdehem malu. "Namun aku tidak sepenuhnya salah,"

"Aku merasa ada yang aneh tentangnya," kata Sejeong mencoba menelisik sesuatu yang dirasa janggal.

Saat itu seorang wanita berlari mendekati mobil dengan satu tangan mengangkat gaun hitam yang panjangnya hampir menyapu jalan. Kaki jenjangnya terlihat sedikit oleng ketika high heels setinggi 10cm menginjak undakan kecil.

"Im Seola-sshi, jangan lari kau bisa tersandung!" seru wanita yang mengekor di belakangnya, ia juga khawatir barang sponsor rusak dan harus mengganti rugi.

Seola tidak memperdulikan peringatan manager-nya, ia bergegas menepis tangan Seungwoo, menghentikan Seungwoo dari menutup pintu mobil kemudian menatap Sejeong yang terduduk di dalamnya. "Apa tadi kau tidak melihatku melambaikan tangan ke arahmu?" tanya Seola dengan napas memburu.

Seakan baru teringat sesuatu, Sejeong segera menyesalinya, "Aakh, Seola Eonni."

Sesama manager, Seungwoo menyapa wanita yang segera memegang gaun berjuntai milik Seola agar tak terinjak sembari membalas sapaan seniornya itu. Dari pandangan keduanya tampak tidak saling mengenal.

"Dia manager baruku," Tanpa ditanya Seola berbicara membenarkan dugaan Seungwoo pada wanita yang baru dilihatnya itu.

"Kau datang terlambat?" Seola kembali bertanya pada Sejeong.

"Yeah," kata Sejeong lambat-lambat, ia meneruskan, "Bagaimana ini, aku tidak bisa berbicara lama denganmu."

"Kenapa? Apa yang lebih penting dariku?" Tangan Seola terlipat di dada, matanya menyipit.

"Diriku sendiri." singkat Sejeong sembari menunjuk wajahnya. "Aku tidak bisa menceritakannya sekarang, aku sedang terburu-buru." tambahnya menyuruh Seungwoo untuk menutup pintu.

Seola tak terima sehingga berniat untuk menghalanginya. "Bahkan kau tidak menyapaku dan sekarang kau akan pergi tanpa mengucapkan selamat padaku." keluh Seola menahan pintu dari dorongan Seungwoo.

"Singkirkan tanganmu, kau bisa terjepit!" kata Sejeong dengan malas menjelaskan, "Dengar, ini menyangkut karirku jadi aku akan mengatakannya nanti saja, sampai bertemu di Seoul!" selagi Seungwoo memegangi Seola, Sejeong menutup pintunya.

Like A Mirror WallWhere stories live. Discover now