Episode 12 - Kau

252 65 54
                                    

'Ada sesuatu yang kau sembunyikan, dan aku berhak tahu.'
.
.
.


Jalanan cukup lenggang di siang hari. Tidak ada hambatan bagi mobil yang dikemudikan dengan kecepatan sedang oleh Seungwoo. Di dalamnya musik terdengar cukup keras.

Lagu debut yang mengawali karir Sejeong bersama grupnya tengah diputar di radio, di mana saat itu lagu ber-genre metropop tengah populer dan mendapatkan banyak penghargaan. Hari ini cukup melelahkan dengan jadwal yang cukup padat, sehingga Sejeong menggunakan waktu di perjalanan untuk tidur.

"Aku tidak bisa berpura-pura tidur lagi!" keluhnya membuka penutup mata bergambar mata pororo.

Otomatis tangan Seungwoo mengecilkan volume musik yang dianggapnya bisa menjadi lagu penghantar tidur, tapi jelas tidak.

"Tadi pagi aku bertemu dengan pemuda dari Busan, kau ingat lelaki yang kita bawa ke rumah sakit itu dan pergi mengambil syalku," kata Sejeong tak bisa menahannya lagi, "Dia adalah tetanggaku, ya ampun dunia ini begitu kecil!" ia menambahkan dengan takjub.

Gerak mobil tersendat. Seungwoo sempat mengerem laju mobil sejenak sebelum akhirnya dapat mengatasi keterkejutannya, ada gurat kekhawatiran di wajahnya. "Lalu bagaimana apa dia akan melaporkan kita ke kantor polisi atas dugaan tabrak lari atau meminta ganti rugi?" cerocosnya hampir kehilangan napas.

"Tidak keduanya, dia mengembalikan syalku dan aku yakin dia adalah penggemar beratku!" Sejeong meneruskan dengan penuh percaya diri, "Wajahnya tak dapat menyembunyikan rasa senangnya saat bertemu denganku, menjengkelkan sekali!"

"Dia fansmu?!" tanya Seungwoo menekan klakson ketika mobil di depannya masih terdiam, sedang lampu jalan sudah berubah hijau.

"Aku rasa begitu ... dia bahkan telah sembarangan menyulam namanya di dekat namaku, merusak syalku!"

Seungwoo tidak peduli dengan nasib syal Sejeong, "Dia bilang sesuatu tentang ledakan lumbung padi?"

Sejeong bereaksi dengan memajukan tubuhnya ke kursi kemudi. "Hmm, kau percaya tidak kalau dia juga seorang saksi yang kebetulan lewat."

"Eoh, benarkah, tapi firasatku mengatakan bukan," pikir Seungwoo.

"Terserah dengan firasatmu itu, aku tidak mau ambil pusing." Sejeong menarik kembali tubuhnya untuk bersandar. "Katanya dia akan bersaksi, jadi kita tidak harus memberi kesaksian, dia juga berjanji tidak akan menyebut nama kita. Aku sudah lelah bekerja, tidak ada lagi tenaga untuk pergi ke kantor polisi."

Sejeong tampak lega setelah mengatakannya pada Seungwoo, sekarang sedikit bebannya berkurang dan sudah merasa mengantuk. "Aku akan tidur, bangunkan aku jika sudah sampai di lokasi syuting," tambahnya memakai kembali penutup mata pororonya.

ΘΘΘ

Sebenarnya Chanyeol tidak ingin keluar dari butik dengan kembali menggunakan pakaian serba hitam, tapi warna itu serasa sudah menyatu dengannya dan lagi-lagi ia gagal untuk merubah gaya berpakaian agar tidak terlalu mencolok

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sebenarnya Chanyeol tidak ingin keluar dari butik dengan kembali menggunakan pakaian serba hitam, tapi warna itu serasa sudah menyatu dengannya dan lagi-lagi ia gagal untuk merubah gaya berpakaian agar tidak terlalu mencolok. Untuk pertama kali, ia menjejakkan kakinya lagi di Seoul setelah 16 tahun lalu seorang laki-laki paruh baya yang kemudian ia panggil ayah, mengajaknya tinggal di Busan. Masa lalu yang tak begitu diingatnya setelah meninggalkan panti asuhan dan menjadi anak patuh dari seorang profesor ternama.

Like A Mirror WallWhere stories live. Discover now