Prologue

611 159 261
                                    

Hari ini, detik ini. Tepat lima tahun dari kepergianmu. Kau tahu, aku tidak pernah merasa bosan hanya untuk sekedar menapakkan kaki di tempat ini. Semoga kau bisa melihat ketulusanku untukmu.

'Ku elus nisanmu. Sungguh aku rindu mengelus puncak kepalamu sampai membuatmu tertidur pulas. Wajah tenang ketika kau menutup mata seolah tengah aku lihat saat ini. Menimbulkan senyuman manis yang terasa amat pedih.

Aku kembali untuk menaburkan bunga. Semilir angin menerpa setiap inci wajahku, bersamaan dengan air yang lolos begitu saja. Sial! Selalu saja seperti ini. Aku benar-benar minta maaf. Aku tidak bisa menepati janjiku.

"Saat aku pergi, jangan pernah menangis karena aku. Ingat, air matamu terlalu berharga jika harus menitik karena ulahku. Kau boleh mengunjungiku, tapi tidak dengan air mata itu. Kau bisa berjanji?"

"Aku tidak bisa. Maaf, aku tidak ingin kehilanganmu."

"Ayolah Fey. Berjanji padaku."

"Baiklah. Tapi aku tidak yakin aku bisa menepatinya."

Bodoh! Sungguh bodoh sekali aku ini. Berani-beraninya menerima perjanjian itu. Hanya menambah dosa karena sampai sekarang aku tidak bisa menepatinya. Kau sungguh bodoh, Nada.

Aku menolehkan kepala dan mendapatinya tersenyum hangat padaku. Senyuman yang nyaris sepertimu dikala nyawa masih melekat pada raga sempurna itu. Seseorang yang lebih seperti cetakan kedua dari dirimu yang sesungguhnya.

"Hei, satu minggu lagi aku akan menikah. Kuharap kau bisa datang untuk melihatku. Janji kau akan datang?"

"...."

"Kau diam, berarti kau janji. Jangan seperti pecundang ini yang hanya bisa mengingkari janji."

"Fey," panggilnya namun tidak aku hiraukan. Ya, dia Radikha Antares. Lelaki yang akan menjadi suamiku dalam satu minggu ini.

Cup

Tidak peduli jika bibirku akan kotor dengan tanah pada nisanmu itu. Kuanggap nisanmu adalah kepalamu yang selalu ku kecup dikala aku merasa takut.

Nadara Rafeyfa Azzura D.

Best Part [ COMPLETED ] Where stories live. Discover now