Prolog: Once Upon A Time

5.7K 418 28
                                    

Di suatu malam gelap yang disertai angin kencang, Yun Shen Buzhi Chu tampak tak seterang biasanya. Sang bayu menyapu lentera kayu di pelataran hingga beberapa darinya padam, menandakan badai akan segera singgah, siap untuk memorakporandakan ceruk awan yang semula tenang. Sebagian lilin yang sengaja dinyalakan di dalam ruangan juga nyaris utuh karena apinya menghilang beberapa saat lalu.

Jendela kayu sudah ditutupnya sempurna, menyisakan celah-celah kecil yang masih bisa di lewati embusan tak kasat mata itu. Lan WeiLian kembali terduduk di atas dipan menatap lembut dua pasang kepingan indah para malaikat mungil di hadapannya. Yang satu punya sorot mata keemasan sementara yang satu lainnya memiliki kepingan keperakan sehingga membuat dua lukisan itu serupa tapi tak sama.

Lan WeiLian menjatuhkan senyum terlembutnya seraya mengusap surai hitam kedua malaikat itu. Lalu, dipandangnya 2 pasang manik mata yang menyorot padanya, penuh kasih. "Diē akan kembali sebentar lagi dengan kakek ayah dan kakek paman. Kalian tidur dengan Ibu ya malam ini, bagaimana?" tanya Lan WeiLian pada kedua buah hatinya.

Kakek ayah dan kakek paman yang dimaksud Lan WeiLian adalah Lan WangJi dan Lan XiChen. Ayah dan pamannya itu sedang pergi berburu malam dengan suaminya jadilah ia sekarang hanya sendiri di dalam kamar.

"A-Niang, A-Niang Hua takut ... hiks~" Salah satu malaikat kecil dengan sorot mata keemasan satu itu sudah menangis karena beberapa suara gemerisik ranting dan gemuruh langit yang tiba-tiba terdengar saat angin kencang bertiup.

"Hua jangan menangis, lihat itu kakakmu yang pemberani. Dia diam saja 'kan? Kenapa Huahua penakut?"

Namun, Lan LianHua tidak mendengarkan sang ibu dan malah makin terisak. Kemudian, malaikat mungil lain dengan sorot mata peraknya menoleh ke arah malaikat satunya yang masih terisak dan mengusap kasar manik emasnya. "Hua tidak usah takut. Gēgē dan A-Niang akan melindungi Hua," ucapnya. Lan LiWei mengangkat dan merentangkan kedua tangannya ke arah sang adik. Lalu dengan perlahan, tubuh itu mendekap hangat Lan LianHua sembari telapak tangannya menepuk pelan punggung sang adik. Membuat sang ibu yang melihatnya sangat terkejut dan takjub melihat pemandangan tak terduga yang tengah berlangsung itu.

Malaikat mungilnya yang baru berusia 5 tahun itu membuat hatinya melembut. Saat tidak ada siapapun yang mengajarinya sesuatu seperti menenangkan orang lain yang harusnya belum bisa dilakukan anak seusianya, tapi Lan LiWei tiba-tiba melakukannya tanpa di suruh.

Lan WeiLian lantas mengembangkan senyum bahagianya dan merebahkan kedua malaikat mungil itu ke alas dipan.

"Sudah ya? Hua jangan menangis lagi. A-Niang ceritakan sebuah dongeng lagi bagaimana?"

Lan LianHua menatap sang ibu dengan kepingannya yang sedikit memerah dan sembab. Malaikat mungil itu mengangguk kecil seraya beralih memeluk perut sang ibu sementara Lan LiWei masih sangat anteng di paling pojok sisi dipan yang menghimpit dinding kayu.

"Jadi apa dongeng yang kalian ingin dengar malam ini wahai Tuan Muda Tampan dan Tuan Putri Cantik ibu, heum?"

"Naga Putih dan Rubah Merah!" sahut keduanya dengan semangat, membuat Lan WeiLian tertawa ringan.

"Putih dan merah lagi? Hmm, baiklah tapi kali ini kita buat Tuan Naga dan Tuan Rubah-nya jadi Gēgē Tampan Putih dan Tuan Kelinci Abu-Abu, bagaimana?"

Keduanya pun mengangguk setuju. Namun, saat Lan WeiLian akan mulai bercerita, tiba-tiba seseorang menerobos masuk melalui daun pintu yang sudah dibuka menampakan Lan JingYi dengan hanfu putihnya yang basah kuyup. Lelaki itu tersenyum sementara Lan WeiLian hanya bisa membalas dengan tatapan malas. Kedua malaikat mungilnya juga sudah bangkit dan merangkak turun dari atas dipan membuat Lan WeiLian memekik tertahan, "Wei, Hua, kembali! Jangan peluk-ah, Ya Dewa ...."

Lan LiWei dan Lan LianHua sudah berada di gendongan Lan Jingyi, membuat Lan WeiLian memberingsut, "Gēgē, hanfumu basah kenapa tidak ganti pakaian dulu baru menggendong mereka? Nanti mereka bisa demam karena pakaiannya ikut basah -ya ampun."

Lan Jingyi malah berakhir cengengesan tanpa merasa bersalah sedikitpun. "Bagaimana bisa aku ganti pakaianku saat mereka sudah tiba-tiba berlari seperti itu ke arah ayahnya? Nanti kalau mereka menangis malam-malam begini bagaimana? Takutnya mengganggu yang lain kan tidak enak."

Lan WeiLian hanya mengangguk pasrah dan beralih mengambil si kembar dari gendongan suaminya. "Lain kali ganti dulu, mereka juga pasti mengerti dan tidak akan menangis, iya, kan Wei? Hua?"

Lan Jingyi mencubit lembut pipi sang istri sebelum berlalu, "Maafkan aku. Kalau begitu Diē ganti pakaian dulu ya anak-anak. Tunggu ayahmu ini berubah menjadi malaikat bersayap, haha!"

"Malaikat bersayap apanya?! Gēgē terbang dengan pedang saja tidak bisa sehalus Yuan-, apalagi dengan sayap! Bisa-bisa kau menabrak gunung dan terguling hingga lembah."

Seolah mengerti apa yang dibicarakan sang ibu, si kembar ikut tertawa kecil dan menatap sang ayah-merasa lucu.

"Heh? kalian tidak sopan ya menertawakan ayah."

Lan WeiLian yang sudah sangat kesal karena Lan JingYi yang tidak kunjung pergi itu akhirnya menendang pelan bokong sang suami hingga si empunya mengaduh, "Akh! Kenapa menendangku!" pekik Lan JingYi, padahal kenyataannya tendangan itu tidak berasa apapun pada lelaki itu. Lan WeiLian tahu suaminya itu hanya bercanda. "Ishhh! Gēgē bersihkan badanmu sana!"

"Baik sayang, baik ... Gēgē pergi! Aiyooo kenapa kau sangat imut kalau marah begitu, eum?"

Lan WeiLian menggeleng pelan-selesai dengan tingkah Lan JingYi yang tidak ada habisnya-lalu mengusir sang suami dari kamarnya cepat-cepat agar lelaki itu beranjak membersihkan diri.

"Jangan kemari kalau belum bersih—ah, iya! Bawakan aku air minum dari dapur ya, juga susu mereka!" pekik Lan WeiLian pada Lan JingYi yang hampir menutup daun pintu.

Setelah terdengar jawaban 'ya' dari sang suami samar-samar, Lan WeiLian beralih mengganti pakaian si kembar yang ikut basah dan sekarang mereka bertiga kembali terbaring di atas dipan.

"Jadi sampai mana kita tadi? Ah, belum mulai ya? Haha, kalau begitu ibu mulai ya ceritanya?"

Lan LiWei dan Lan LianHua sudah menatap menunggu sampai saat sang ibu kembali melanjutkan, "Di atas pegunungan yang diselimuti salju nan lebat, hiduplah seorang laki-laki berparas tampan yang kesepian. Namun suatu ketika, lelaki itu menemukan seekor kelinci abu-abu yang terluka di bawah semak belukar di atas gunung tempat ia tinggal ...."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
A Little Pieces Of Heart - WangXian [忘羡] ✓✓Where stories live. Discover now