Kata Dery

145 37 2
                                    

Kata-kata Dery di kantin cukup membuatku kepikiran selama satu hari penuh. Bahkan pada saat kuliah Botani Tumbuhan Tinggi, matkul yang susah itu sama sekali tidak mempengaruhiku untuk melupakan kalimat yang keluar dari mulut cowok sialan yang untungnya ganteng itu.

Apa katanya, gue suka ngelakuinnya sama lo. Tai kucing.

Sadar gak sih tadi dia ngomong apa? Kayaknya yang tadi Dery minum itu bukan es teh deh tapi amer.

"Ki, Kinara! Heh!" Raras tiba-tiba menyenggolku dengan lengannya.

Aku menoleh mendapati dirinya yang sedang menatapku.

"Lo mikirin apaan sih? Denger gak kita harus cari kelompok buat tugas BTT?"

"Hmm, ngikut lo aja."

Setelah itu, aku sama Raras mencari kelompok kami untuk tugas BTT, survey tanaman paku-pakuan ke beberapa air terjun. Kayaknya aku butuh pengalihan sebentar. Bisa-bisa stres duluan mikirin kata-kata Dery.

Kelas terakhir ku berakhir pukul setengah 5 sore.

Aku dan Raras keluar dari kelas dan berjalan di lorong gedung jurusan Biologi menuju parkiran. Hari ini aku menebeng dengan cewek di sebelahku ini, berhubung kemarin Raras menginap di kosanku karena harus menyelesaikan tugas kami.

Dari kejauhan aku sudah melihat dua manusia yang diberkati Tuhan dengan tampang rupawan namun minus kelakuan, Dery dan Juan. Keduanya lagi ngobrol yang sepertinya merupakan hal lucu, karena dari sini aku bisa mendengar suara tawa mereka yang bergema di lorong. Dan itu membuat mereka menjadi pusat perhatian, khususnya cewek-cewek yang sudah curi-curi pandang ke arah mereka.

"Gue pulang duluan ya, bye," ucapku saat melewati mereka yang sedang menyender di pilar bangunan.

Aku bahkan langsung menyeret Raras yang baru saja akan menyapa mereka.

"Mau kemana sih? Kosan lo gak lari."

Seperti dugaanku, gak semudah itu kabur dari mereka. Dery bahkan sudah merangkulku dengan lengannya dan Juan berjalan di sebelahnya. Jadi lah, kami berempat jalan beriringan.

"Pulang sama gue aja, sih. Gak kasian apa lo sama Raras nganter lo bolak-balik, gak di ganti lagi bensinnya," kata Dery lagi.

"Bacot ah, gue sama Raras mau nugas. Udah lo berdua sana-sana balik atau kemana kek, ngintilin gue mulu!"

"Waaah...Ras, lo apain temen gue sampe mau nugas sehabis pulang kuliah? Setau gue Kinara nugas kalo inget, kalo nggak inget dia pasti skip kelas." Kali ini Juan pun buka suara disusul suara tawanya yang mengejek.

Dery udah ngakak gak jelas disebelahku terus tos-an sama Juan.

Aku memberikan pelototan kearah Juan. Anjing bener emang punya temen.

"Udah ah, jangan nyusulin gue ke kosan. Awas aja sampe ke kosan ya, gue gak mau ngomong sama kalian seminggu. Ayok Ras!"

Aku langsung melepaskan rangkulan Dery di bahuku dan menarik Raras menuju mobilnya.

Aku gak bisa gini terus. Kata-kata Dery di kantin bahkan kembali terngiang setelah melihat Dery dan merangkulku, shit. Dan ini harus segera diselesaikan, mungkin dengan menjaga jarak dengan Dery gelenyar aneh ini akan menghilang dengan sendirinya. Ini pasti cuma bawaan PMS, iya, ini pasti bawaan hormon.

Sebenernya apa sih yang lo pikirin, Ki?

Ini gara-gara seminggu lalu. Dery seperti biasa akan random pergi ke salah satu kosan diantara kami bertiga setelah acara minum-minumnya. Dan, minggu lalu dia memilih ke kosanku pada jam 12 malam dengan wajah teler dan bau alkohol yang udah biasa aku lihat.

Seperti biasanya juga, pasti aku akan membereskan kekacauan yang dia lakukan. Mengganti bajunya, memberikan minum, dan menyuruhnya tidur setelah dia benar-benar bersih. Ini hal biasa yang sering aku lakukan pada Dery maupun Juan ketika mereka datang dalam keadaan mabuk, karena biasanya jika kita bertiga minum, hanya aku yang masih sober dan masih sempat mengurusi mereka.

"Ki?" Panggil Dery setengah sadar.

Dery udah tiduran di atas kasurku, satu lengannya menutupi matanya sedangkan lengan lainnya hanya dibiarkan terlentang di sisi kasurku yang kosong.

"Apa? Pusing?" Tanyaku sambil berdiri di sebelahnya.

"Tidur..."

Kata Dery dengan suara super pelan. Bahkan aku harus mendekatkan telingaku ke arahnya.

Pikirku saat itu, tumben-tumbenan Dery masih bisa ngomong dalam keadaan mabuk berat. Biasanya ketika aku sudah mengganti bajunya dan memberikan dia minum, Dery akan langsung tidur setelah merebahkan badannya. Dan ini aneh ketika dia masih sempat-sempatnya berbicara denganku.

Setelah itu, suara Dery tak terdengar lagi setelah dia menggumamkan kata tidur.

Aku mematikan lampu kamar dan bersiap untuk ikut tidur juga. Untungnya kasurku lumayan besar untuk di tempati 2 orang bahkan 3 orang masih cukup. Mungkin itu menjadi salah satu alasan kenapa antara Dery dan Juan sering sekali menginap di kosanku, karena di kosan mereka hanya memiliki single bed. Aku melipat lengan Dery yang dia luruskan ke sisi kasurku yang kosong. Setelah itu, aku merebahkan badanku di sebelahnya.

Tiba-tiba, Dery menarikku mendekat kearahnya. Badannya sudah miring kearahku, lengan kirinya yang aku lipat tadi dia masukan kebelakang leherku sedangkan lengan kanannya memeluku di pinggang. Deru napasnya menggelitik kulit leherku karena Dery menarikku sangat dekat dengannya dan meletakkan dagunya di bahu kananku. Shit.

"Der..." panggilku tercekat. Terlalu kaget dengan tindakan Dery yang sungguh tiba-tiba.

Dery gak pernah melakukan tindakan ini saat dia mabuk atau menginap di kosanku. Tidak pernah sama sekali. Maka dari itu aku kaget setengah mati ketika Dery melakukannya sekarang.

"Der... lepasin."

Bahkan Dery masih menutup matanya. Aku hanya bisa menatap langit-langit kamar kosanku dengan tubuh menegang setiap kali napasnya menerpa kulit leherku dan degupan yang sangat kencang ketika tangan Dery yang berada di atas perutku meraba masuk kedalam kaosku dan bersentuhan langsung dengan kulitku.

Usapan tangan Dery di atas perutku memberikan sensasi mulas sekaligus membuatku merinding karena telapak tangannya dingin ketika bertemu dengan kulitku yang hangat.

"Der, lo jangan macem-macem," peringatku padanya, lalu memberanikan diri untuk menoleh kearahnya.

Jarak diantara kami hanya beberapa sentimeter ketika aku menolehkan kepalaku dan mendapati wajahnya yang ganteng itu walaupun matanya masih tertutup.

Aku tau dia belum tidur karena tangannya diatas perutku masih bergerak mengusap-usap kulit perutku.

"Ki... kalo gue bilang sayang sama lo... lebih dari temen, lo marah gak?"

Dery mengucapkan kalimat itu dengan sangat pelan, untungnya posisi kami sudah dekat jadi aku mendengarnya dengan sangat jelas. Setelah itu tangannya berhenti mengusap dan aku bisa mendengar deru napasnya dengan teratur.

"Good night," bisiknya.

Dan meninggalkanku dengan berbagai hal yang berkecamuk di pikiran.

Dery sialan.

---

Terimakasih untuk kalian yang mau baca ini, big thanks to you a lot!

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian bisa dalam vote atau komen, biar aku semangat hehe

Gara-Gara DeryWhere stories live. Discover now