Pilih Dery?

93 32 0
                                    

"Nah, akhirnya ketemu...Eh, Ki, jangan kabur lo!!"

Aku melangkahkan kakiku dengan cepat keluar dari gedung jurusan. Persetan dengan Dery yang ternyata menungguku di depan kelas. Padahal, aku kira cowok itu sedang sibuk-sibuknya karena fakultasku akan mengadakan acara HUT sehingga tidak ada waktu untuk mencariku lagi.

"Ki! Ya ampun, lo cepet banget jalannyaaa."

Dery berhasil menjangkauku dengan menarik pergelangan tanganku. Lalu, aku berhenti berjalan di pinggiran koridor, gak mau membuat drama dan menjadikan tontonan anak-anak yang lewat.

"Dari mana aja lo? Gue cariin ke kosan gak ada, nanya ke Raras katanya lo ada masalah sama gue ama Juan, masalah apaan coba?! Sini ngomong sama gue, gue ada salah apa sama lo?!"

Aku menggigit bibir bawahku, enggan melihat langsung ke pemilik suara yang saat ini tidak dapat dikatakan baik-baik saja. Saat ini, aku memilih untuk menatap lantai koridor dibandingkan wajah Dery yang ganteng itu.

"Jawab!" Sentaknya di depanku.

Dari suaranya aku tahu Dery sedang marah dan itu membuat nyaliku semakin menciut untuk melihatnya. Aku berdiri dengan gelisah di hadapannya saat ini. Samar-samar aku dengar beberapa orang yang melewati kami mulai menerka apa yang terjadi denganku dan Dery, karena cowok satu ini mulai meninggikan suaranya sehingga menimbulkan perhatian.

"Der.." cicitku pelan masih enggan melihatnya. "Jangan di sini plis, gue malu."

Dery menghembuskan napasnya, seperti orang yang sedang menahan emosinya.

"Ikut gue."

Mau tak mau akhirnya aku diseret Dery menuju parkiran dimana mobilnya berada.

Saat udah di dalam mobil Dery, ia tak segera melajukan mobilnya keluar dari parkiran fakultas. Oke, berarti itu tandanya Dery mau ngomong di dalam mobil sekarang juga. Aku masih enggan untuk melihatnya, jadi aku arahkan pandanganku ke luar jendela dimana banyak mahasiswa yang mulai mengendarai kendaraannya keluar dari parkiran.

"Ngomong sekarang, kenapa lo tiba-tiba ngehindarin gue." Kali ini Dery ngomong dengan lebih lembut dari yang di koridor tadi.

Aku tau dari tadi dia terus melihatku yang sedang membuang padangan keluar jendela.

"Ki.." panggilnya, setelah aku masih tetap bungkam.

Shit rasanya mau nangis aja.

"Kalo lo merasa terbebani sama perasaan gue sama Juan, gue minta maaf. Gue cuma mau lo tau perasaan gue ke elo, gue juga mau bermain fair sama Juan. Dan, plis jangan ngilang kayak gini lagi Ki, lo gak tau kacaunya gue kayak gimana pas ke kosan nyariin elo tapi lo gak ada, gue telpon gak lo angkat, nyari ke kafe yang sering lo datengin gak ada, nanya Raras juga katanya lo marah sama gue. Hari ini aja gue rela skip kelas buat nungguin lo, biar lo gak ngehindar lagi."

Aku memejamkan mata sebentar lalu memberanikan diri menoleh untuk menatap Dery di sebelahku. Tatapannya langsung bertemu dengan mataku, yang aku yakini saat ini mataku sedang berkaca-kaca.

"Kenapa harus gue, sih? Kenapa juga harus gue yang stres sendirian? Kepala gue rasanya mau pecah mikirin ini, tau gak? Kalian yang punya perasaan itu, tapi kenapa gue yang ngerasain beban untuk gak nyakitin kalian berdua? Kalian mikir gak sih sampe kesana? Kalian mikir gak kalo semisal gue milih salah satu dari kalian, salah satunya pasti akan menjauh dan gak mau ketemu sama gue, mikir gak? Dan gue gak mau itu, gue gak mau nyakitin hati kalian berdua...gue bingung, Der. Gue gak tau harus gimana..makanya gue milih ngehindarin kalian berdua dengan pemikiran bahwa kalian akan menghilangkan perasaan itu sendirinya karena gak ketemu sama gue.."

Lolos juga air mata yang aku tahan-tahan agar tak keluar. Aku menangis dalam hening. Hanya mengeluarkan air mata yang rasanya sudah ku tahan dari semenjak kabur ke kontrakan Eca.

Dery menarikku mendekatinya lalu mendekapku begitu melihat aku menangis. Tangannya terulur kebelakang punggungku dan mengusapnya lembut.

"Jadwal lo kan sekarang? Makanya melow gini.." tanyanya lembut mengenai jadwal bulananku.

Bukannya berhenti setelah diperlakukan begitu, tangisku yang awalnya hanyan isakan pelan berubah menjadi tangisan keras hingga membuat bahuku naik turun.

"Udah-udah, jangan nangis dong... di pukul Juan nih gue nanti," ucap Dery menenangkanku.

"Kalian berdua nye-nyebelin sih.. pusing ta-tau gak..o-otak gue gak mampu mikir.." ucapku sambil gagap  sesenggukan.

Dery tertawa masih sambil memelukku. Pelukannya mengerat dengan usapan telapak tangannya yang bergerak konstan mengusap di punggungku.

"Iya, maaf."

"Tapi, Ki...semisal lo gak milih gue, gue gak bakal jauhin lo, ya mungkin gue butuh waktu untuk ngehilangin perasaan gue ke elo, tapi gue pasti bakal balik lagi."

Mendengar Dery ngomong seperti itu padaku, rasanya aku ingin menjadi egois. Aku ingin membalas perasaan Dery namun disaat bersamaan pula aku tidak ingin menghancurkan persahabatan kami dan juga membuat Juan sakit hati atas pilihanku.

Kenapa semua ini terasa sulit sih?

---

Karakter Kinara disini tuh labil gitu guys, masih belum bisa menentukan pilihannya. Ya bayangin aja cewek yang sahabatan sama 2 cowok selama 7 tahun lebih dan belum pernah pacaran sama sekali. Sekalinya ada yang suka sama dia malah kedua sahabatnya sendiri. Gimana gak bingung? Kayak.... what should she do? Kinara gak pernah punya pengalaman disukai sama cowok, gak tau gimana cara nolak dengan sangat halus tanpa menyakiti perasaan cowok itu, dan gak tau gimana caranya untuk mempertahankan kedua sahabatnya untuk berada disisinya semisal Kinara milih salah satunya. She don't know...but gue udah punya ending sendiri wkakaka (ketawa jahat)

Oke see you in the next chapter!

Gara-Gara DeryDonde viven las historias. Descúbrelo ahora