Pilih Yang Mana?

96 33 2
                                    

Seminggu penuh setelah kejadian Juan mampir ke kosanku, aku menghindar dari Dery maupun Juan. Semaksimal mungkin aku tidak menunjukan diri dihadapan mereka. Thanks juga untuk beberapa tugas yang mengharuskanku banyak menghabiskan waktu di kosan teman. Bahkan saat aku berada di kelas yang sama dengan Raras, aku sudah memberitahunya kalau aku dan dua cowok itu sedang ada masalah, kalau-kalau Dery dan Juan mencari informasi keberadaanku lewat Raras.

Aku kabur dari kosanku dan sengaja menginap di kosan Teresa--panggil aja Eca--karena kalau di kosan Raras, mereka pasti gampang menemukanku.

Eca ini salah satu teman nongkrongku. Anak fakultas sebelah, fakultas Ekonomi. Dulu kenal Eca gara-gara aku sama dia satu kelompok pada saat pengenalan kampus tingkat universitas dan nyambung begitu saja sampai saat ini.

"Ca, menurut lo, gue mesti gimana?"

Saat ini aku dan Eca sedang ada dikamarnya. Berbeda denganku yang lebih memilih tinggal di kamar kosan, Eca mengajak beberapa temannya untuk menyewa rumah untuk ditempati bersama.

Aku akhirnya menceritakan kejadian yang menimpaku padanya beberapa menit lalu setelah menyembunyikan alasannya mengapa aku berakhir di kontrakannya seminggu lalu. Eca masih saja bergeming beberapa detik setelah pertanyaanku terlontar sambil menatap layar laptopnya dengan kening berkerut. Entah apa yang kerjakannya disana.

"Yang lo rasain gimana emang? Dengerin kata Juan, lo harus milih pake hati lo. Pilih siapa yang emang buat lo berdebar waktu lo bareng mereka. Jangan tanya gue lah, gue mana tau isi hati lo, neng!"

Setelah berkata demikian, ia kembali berkutat dengan laptopnya.

Aku menghela napas pajang. Padahal yang salah itu mereka, kenapa bisa suka sama aku, tapi aku yang pusing sendiri.

"Masalahnya, pas mereka berdua confess ke gue, bodohnya gue malah deg-degan jadi gak tau gue suka sama siapa juga atau malah gak suka sama  keduanya." Aku menjambak rambutku frustasi.

"Lo deg-degan pas mereka confess???"

Kali ini Eca meletakan laptopnya disampingnya, seakan-akan tertarik dengan fakta yang baru aku lontarkan.

Aku mengangguk singkat.

"Gak mungkin kan lo suka sama dua-duanya?"

Aku berpikir. Masa sih aku suka sama dua-duanya? Bahkan memikirkan kata suka sama mereka aja aku gak pernah. Sama sekali. Aku terlalu nyaman di dekat mereka sebagai bro-sist. Teman nongkrong, teman belajar, teman ngomongin orang, teman segalanya yang kulakukan saat masa SMP sampai sekarang. Selalu ada mereka di hal pertama yang kulakukan semasa itu. Dan memikirkan aku akan suka sama mereka, rasanya kayak... aneh.

"Gak tau..."

Eca berdecak.

"Lo tuh kenapa jadi uring-uringan gini sih? Kalo suka ya pilih, kalo gak suka ya bilang ke mereka! Lo gak mikir apa ni sekarang mereka kalang kabut nyariin lo kemana? Lo pasti ngehindar, kan? Makanya kabur kesini."

Eca terlalu mirip denganku. Mungkin itu mengapa kita bisa berteman baik sampai sekarang. Biasanya aku yang akan berkata demikian kepada teman-temanku jika dilanda gundah gulana begini, tapi saat ini malah aku yang diberikan petuah seperti itu.

"Gak tau, ah!"

"Pikirin baik-baik, Ki. Gue tau lo pasti mikirnya kalo lo milih salah satu dari mereka yang satunya lagi menjauh, kan? Lo takut kehilangan dua-duanya?"

Aku menggeleng pelan.

"Gak tau gue..."

"Ck, apasih yang lo tau? Ditanya suka dua-duanya apa nggak, jawabnya gak tau, di suruh milih antara Dery ama Juan jawabnya gak tau juga, sekarang ditanya takut kehilangan dua-duanya, gak tau juga??! Kesel deh gue lama-lama sama lo, Ki. Pulang sana!"

Mendengar perkataan Eca membuatku ingin menangis. Mataku berkaca-kaca melihat Eca dihadapanku, matanya yang saat ini menatapku dengan tatapan frustasinya. Frustasi punya temen tolol kayak gini kali ya.

"Malah nangis... gini nih cewek yang luarnya doang strong dalemnya fragile banget. Dikasi omongan dikit mewek, udah ah jangan nangis gue kan gak bisa nelpon pawang lo sekarang, apa lo mau nih gue telpon si Dery biar kesini??"

"Jangaaan! Ketauan dong gue.." jawabku cepat. Melupakan bahwa tadi aku hampir menangis.

"Ya terus, lo maunya gimana? Ngehindarin mereka mau sampe kapan? Gak mungkin kan lo nginep disini sampe semester depan? Lagian juga ya, Ki, menurut gue lo pilih salah satu juga mereka gak bakal adu bacok, mereka pasti ngehargain semua keputusan lo. Ya, mungkin bakal ada pihak yang kecewa tapi kan kalian temenan udah dari lama, masa cuma karna hal gini doang tali pertemanan kalian putus?"

Aku memikirkan perkataan Eca. Kata-katanya terus berputar di otakku mencari kebenaran dari omongannya. Tapi ada satu hal yang harus aku pastikan sekarang.

Perasaaanku terhadap mereka.

---

#HappyNationalBoyfriend
#NationalBoyfriendDay

Kalian tim Dery apa tim Juan?

Gara-Gara DeryOnde histórias criam vida. Descubra agora