°18°

428 53 30
                                    

"Bagaimana kondisimu?"

"Apa?" Hansol yang baru saja keluar dari kamar mandi itu tersentak kaget saat Jisoo tiba-tiba ada di depannya.

Tangan Jisoo terlipat di dadanya mencoba mengulang kembali pertanyaan ke Hansol.

"Bagaimana keadaanmu?"

"Apa maksud Noona?"

"Kau tak butuh obat?"

"Oh tidak, aku baik-baik saja." kata Hansol gugup.

"Katakan yang sebenarnya."

"Tentang apa? Kubilang aku baik-baik saja. Jangan khawatir, naikan uang sakuku saja."

Dengan cepat Jisoo mendorong Hansol kembali masuk ke dalam kamar mandi.

"Noona apa yang kau lakukan?" Teriak Hansol dari dalam kamar mandi. Jisoo sengaja mengunci kamar mandi dari luar, dia juga mematikan lampu kamar mandinya. "Noona ini tidak lucu! Noona! Noona!" Hansol sudah heboh dia menggedor-gedor pintu sambil berteriak.

Tapi Jisoo kekeh, dia hanya ingin mengetes lagi apa trauma Hansol muncul kembali. Dengan berat hati dia harus melakukan ini pada Hansol.

Teriakan masih terdengar di dalam kamar mandi. Tapi lambat laun teriakan itu menghilang berganti dengan isakan tangis. Saat itu juga Jisoo membuka pintu melihat Hansol berjongkok di sana menangis dan menyembunyikan wajahnya di lututnya.

Jisoo memeluk Hansol, mengelus lembut kepala Hansol sambil ikut menangis. "Maafkan Noona."

Setelahnya keluarga mereka tengah menyidang Hansol di ruang tengah rumahnya. Seperti biasa Hansol ada di depan Jisoo, Seungcheol dan Mingyu. Ketiga kakaknya kompak melihat Hansol tanpa berbicara. "Aku baik-baik saja." katanya memecah keheningan.

"Aku baik-baik saja selama aku tinggal di tempat yang terang."

"Kau belum sembuh. Ayo kedokter." putus Jisoo.

"Maafkan Hyung, ini salah Hyung." tambah Seungcheol merasa tak memperhatikan adiknya.

"Ini salahku." Mingyu ikut menyalahkan dirinya.

"Tidak, ini salahku. Maafkan Noona, Hansol."

Hansol merubah ekspresi wajahnya dari yang santai dengan senyum di bibir menjadi muram. "Sial! Aku tidak memberitahu kalian karena tau kalian akan seperti ini!" teriak Hansol lalu beranjak pergi dari sana.

"Mau kemana?!"

"Keluar!" Hansol berteriak sebelum membanting pintu dan keluar rumah.

Membuat ketiga kakaknya saling berpandangan dan menghela nafas bersamaan. "Gyu, suruh dia kembali ke dokter yang biasa dia temui. Dia lebih mendengarkan mu dari pada aku dan Jisoo."

Mingyu hanya mengangguk.

"Dia bersikap seolah tidak punya Kakak. Dia menyebut dirinya sudah dewasa dan tidak ingin Jisoo khawatir."

Mereka terdiam sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Jisoo beranjak dari sana. Tapi baru dua langkah dia teringat sesuatu. "Omong-omong, di hari kecelakaan Eomma dan Appa. Apa aku tidak ada di rumah?" kedua kakaknya sontak menegakkan badannya. "Kurasa aku pergi untuk menemui seseorang. Tapi aku tidak ingat."

"Kenapa kau bertanya?" tanya Mingyu.

"Aku hanya ingin memastikan." Mingyu dan Seungcheol saling bertukar pandang lalu kembali melihat Jisoo.

"Kau ingat sesuatu?" Seungcheol memastikan keraguannya.

"Tidak. Ah sudahlah Oppa tak usah di pikirkan." kata Jisoo sebelum dia kembali ke dalam kamarnya.

I Hate Pretty Boy ✔ (Seoksoo)Where stories live. Discover now