°20°

444 50 44
                                    



"Apa yang Noona lakukan saat ada waktu luang?"
Tanya Seokmin yang sedang duduk santai di kursi empuk di dalam ruang kerja Jeonghan.

Karena tidak ada kerjaan Seokmin berkunjung ke perusahaan.

Jeonghan yang sibuk membaca tumpukan kertas berkas di mejanya hanya mendelik menatap Seokmin malas.

"Noona?!"

Tidak ada reaksi dari Jeonghan.

"Jawab aku!"

"Apa?" kali ini Jeonghan menatap Seokmin. "Ku dengar kau di pecat dari kerjaanmu! Bodoh!" omel Jeonghan dengan tangannya melempar beberapa kertas ke arah Seokmin. "Kau akan bekerja di perusahaan kan? Itu laporan untuk kuartal terakhir. Baca itu!"

"Untuk apa? Kakak tau apa yang ku lakukan."

Seokmin benar-benar membuat Jeonghan naik darah. "Kau melakukan itu sekarang? Bagaimana kau bisa punya waktu luang saat mengerjakan pekerjaanmu? Kau pasti terlalu bersantai. Ku kira saat kau bilang tak mau uang kakak kau akan bekerja lebih serius."

"Maksudku, ah itu juga aku kerjakan. Aku bekerja keras Noona. Aku hanya bertanya saat kau merasa sepi apa yang kau lakukan bukan masalah pekerjaan!"

Jeonghan kembali mengurusi berkasnya. "Siapa wanita yang waktu itu di kantor polisi?"

"Wanita yang kusuka." jawab singkat Seokmin.

"Keluarga mana? Nama?"

"Putri tunggal keluarga Choi di antara banyak putra."

"Pekerjaan?" Jeonghan menatap Seokmin kembali. Dilihat Seokmin ragu untuk menjawab. "Noona mungkin bisa melakukannya, tapi kau tidak. Noona bisa memilih siapapun yang Noona mau untuk menjadi pendamping, tapi kau tidak."

"Apa maksud Noona?"

Ekspresi keduanya terlihat semakin serius. "Bisakah kau memperkenalkannya kepada Ibu dan Nenek sekarang juga?"

"Tentu saja bisa." Seokmin tanpa ragu menjawab.

"Kau sangat egois. Kau punya apa? Kau sudah membuktikan dirimu terkait pekerjaanmu? Kau mandiri secara faninsial? Dia bisa terluka jika kau gegabah. Jangan remehkan ibu. Jika menyangkut anak-anaknya dia lebih kuat dari siapapun. Terutama jika menyangkut dirimu."

Kepala Seokmin menunduk. Dia teringat sesuatu bahwa usahanya yang dia rintis masih terlalu dini untuk di bilang berhasil. Bahkan dia belum menceritakan semua itu kepada ibu dan neneknya.

"Turuti Nenek kerja di perusahaan dan setelah usahamu berhasil tunjukkan pada mereka kau bisa tanpa perusahaan. Dan saat itu tunjukan siapa wanita itu pada mereka."

"Noona."

"Berhenti merengek kau sangat jelek."

"Noona, aku akan mendukungmu dengan siapapun pilihan Noona nanti. Jadi tolong lakukan hal yang sama padaku."

Jeonghan tersenyum dia beranjak dari duduknya mendekati Seokmin. "Pasti." katanya sambil memeluk tubuh Seokmin.





~~~



Sepertinya sebelum Seokmin memberi tahu ibunya tentang Jisoo dan pekerjaan yang dia lakukan sembunyi-sembunyi ternyata Ibunya sudah tau. Berdasarkan dulu sang ibu pernah memasuki ruang kerja Seokmin. Di sana juga dia menemukan gambar wajah Jisoo yang pernah Seokmin buat.

Siang itu Ibu Seokmin menunggu seseorang di sebuah cafe. Tak lama orang yang di tunggu datang.

"Ada apa Bibi ingin menemuiku?" Chan yang baru saja datang sudah duduk di depan Ibu Seokmin.

I Hate Pretty Boy ✔ (Seoksoo)Where stories live. Discover now