°24°

450 52 6
                                    

Jisoo berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Tangannya memegang ponsel entah menunggu apa di ponselnya.

"Ah benar juga dia kehilangan ponselnya." tersadar saat dia ingin mengirim pesan pada Seokmin pagi itu.

Dengan cepat Jisoo pergi ke kantor polisi untuk mengambilkan ponsel Seokmin yang Jisoo yakin belum Seokmin ambil.

Benar ponsel itu masih ada di kantor polisi. Setelah meyakinkan polisi kalau dia pacar Seokmin barulah Jisoo berhasil membawa pulang ponsel itu.

Sekarang di sini Jisoo. Berdiri di depan rumah Seokmin. Menekan bel pada rumah itu.

"Seokmin aku membawa ponselmu." katanya saat layar interkom aktif menandakan Seokmin ada di dalam dan milihatnya.

"Jangan memanggilku Jisoo!" balas Seokmin dari dalam rumahnya. "Tinggalkan saja di depan aku akan mengambilnya."

"Lee Seokmin."

"Jangan lagi memanggilku, aku tidak pantas kau panggil Jisoo."

Layar interkom mati. Seokmin terdiam dia kembali menyalahkan dirinya sendiri.

"Lee Seokmin."

Panggilan itu membuat Seokmin kaget pasalnya ada Jisoo yang sudah berada di dalam rumahnya tengah berdiri tepat di sampingnya. "Jisoo? Bagaimana bisa kau masuk? Apa tanganku dengan bodoh membuka kuncinya?"

"Yak!" itu suara Soonyoung yang baru saja masuk. "Kenapa kau tidak membiarkannya masuk?" ternyata Soonyoung yang mengetahui pasword rumah Seokmin yang membuka pintu untuk Jisoo.

"Dasar sialan!" dengan cepat Seokmin menjambak rambut Soonyoung dengan brutal membuat keduanya keluar rumah dengan saling menjambak. Dan Jisoo hanya duduk di dalam menunggu pertengkaran itu selesai.

Pertengkaran selesai. Soonyoung keluar rumah Seokmin dengan rambut mencuat kemana-mana. Tangannya merogoh ponsel di sakunya menghubungi seseorang yang pasti kalian tau itu siapa. "Jihoon-ah.... aku baru saja dijambak Seokmin." rengeknya. Dasar bucin.

Kembali lagi di dalam rumah Seokmin. Jisoo dan Seokmin duduk saling berhadapan.

"Tatap aku." kata Jisoo lembut.

"Bicaralah. Kau kesini untuk berbicara padaku kan." Seokmin tanpa sedikitpun memandang Jisoo.

"Maafkan aku karena bersikap egois.  Maafkan aku karena aku hanya memikirkan diriku sendiri."

"Kenapa mau tidak memberitahu ku?"

"Aku takut." Jisoo menjeda kalimatnya. "Aku takut kau akan bersikap seperti ini."

Dengan dingin Seokmin menatap Jisoo. "Bayangkan betapa takutnya aku. Aku takut kau meninggalkanku. Setelah kau meninggalkanku, bayangkan betapa takutnya aku?" ketakutan Seokmin saat Jisoo benar-benar ingin mengakhiri hubungan dengannya.

"Maafkan aku." kata Jisoo lagi.

"Tapi yang lebih menakutkan adalah saat aku mengetahui semuanya. Kali ini aku yang harus mengatakan ini." Seokmin mengambil nafas sebentar. "Kau harus meninggalkanku."

"Seokmin, itu semua bukan karena dirimu."

"Kau yakin? Satu persenpun tidak karena diriku? Jika kau yakin, maka kau tidak akan mencampakkanku." Seokmin bangkit dari duduknya. "Pergilah Jisoo." katanya.

Apa yang bisa Jisoo perbuat? Tidak ada, Jisoo menuruti Seokmin dia pergi dari sana. Berjalan pelan menyusuri jalan.

"Untung hari ini tidak hujan." Chan yang tiba-tiba saja datang berjalan menyamakan langkahnya dengan Jisoo. "Kau mau kerumahnya atau perjalanan pulang dari rumahnya?"

I Hate Pretty Boy ✔ (Seoksoo)Where stories live. Discover now