Sesat

6 1 0
                                    

Di bawah rintik hujan,
Aku melihat bayangan seseorang yang sedang menunduk.
Tidak tahu siapa dan sedang apa.

Namun aku tebak.
Ia sedang berdoa.
Tetapi, berdoa pada siapa?

Pada langit? Pada hujan yang turun?
Atau pada angin?
Apakah mereka salah satu pengikut sekte?

Dengan beraninya aku mendekatinya.
Perlahan, mencoba untuk berjalan tanpa mengeluarkan suara.
Saat ku dekati seorang perempuan muda sedang memuja suatu batu.

Dalam hati aku tertawa,
"Untuk apa dia berdoa pada batu? "
Semakin aku tertawa, semakin aku merasa bahwa akulah yang paling benar.

"Kamu sesat! " Ujar ku padanya.
"Kamu yang sesat. Tuhanku ada, aku bisa melihatnya. Lantas? Dimana Tuhanmu? "
Dengan kebingungan aku mencari jawaban.

Lalu terbersit satu jawaban.
"Kamu kedinginan? "
"Iya. Sedari tadi aku berdoa di sini. Meminta sesuatu padanya. Karena kata ketua kami, Tuhan akan menjawab semua pertanyaan ku saat hujan turun."

Aku pun tersenyum.
"Darimana aku tahu kamu kedinginan? "
Perempuan itu sedikit kesal dengan perkataan ku."
"Tubuhku kebasahan. Sudah pasti aku kedinginan."

Aku tersenyum kembali.
"Siapa yang membuat kamu kedinginan?"
"Angin. Angin besar ini yang membuat aku kedinginan. Mengapa kamu bertanya aneh? "
"Itulah jawaban dimana Tuhanku. Ia ada namun tak terlihat. Dia bisa membuatku sembuh tanpa terlihat. Dan dia hanya bisa terasa jika kamu mendekatinya. Jika kamu tidak mendekatinya, maka dia pun tak akan kamu rasakan. Dan satu lagi, Tuhanku tak pernah mempersulit ku. Ia tak pernah menyuruhku berdoa di tengah hujan. Bahkan Tuhanku pun mendengar doaku walau dalam hati."

Perempuan itu terdiam.
"Berdirilah. Jauhi Tuhanmu itu dia hanyalah batu yang diciptakan Tuhanku."

"Meminta ampun lah pada Tuhan yang menciptakan batu itu. Selama ini kamu meninggalkannya, dia lebih bermurah hati dibandingkan ketua sekte mu itu."

#AKSARASEMESTAWhere stories live. Discover now