Chapter 5

3.4K 552 12
                                    

Karin mengatakan bahwa aku adalah gadis biasa, dan ya aku mengakuinya. Aku hanya gadis biasa yang memang harus tahu diri untuk bergaul dengan beberapa orang yang berbeda denganmu. Aku seharusnya juga lebih bisa menjaga batasan ku dalam memilih teman karena bisa saja membuatku terjebak dalam situasi rumit dan membuatku tidak nyaman.

Aku berusaha untuk tidak peduli dan ingin mengikuti arus hidup tentang orang-orang yang ditakdirkan menjadi teman atau orang terdekatku. Aku tidak ingin menjauh dan terus berteman seperti kebanyakan orang tanpa peduli dengan status satu sama lain, tapi kau tahu? Sangat sulit bagiku untuk tidak peduli dengan perkataan Karin.

Mungkin kalian juga berfikir bahwa orang biasa sepertiku tidak mempersiapkan masa depan dan lebih memilih diam mengikuti arus kehidupan, tapi tidak. Urusan masa depan, aku tidak bisa tidak peduli.

Aku memliki cita-cita yang sangat besar dan aku selalu berusaha agar itu terwujud.

Aku ingin menjadi dokter bedah seperti nenekku. Senju Tsunade, dia adalah dokter yang bekerja di rumah sakit terkenal di Tokyo. Alasan kenapa orang tua ku selalu mengajakku ke Tokyo karena memang kami akan mengunjungi nenekku dan aku selalu senang diam disana.

Aku akan membantu nenekku, mengunjungi pasien dan berbicara dengan mereka. Mengabiskan waktu yang lama tanpa peduli dengan kehidupan biasa ku, mempelajari banyak hal dari dokter-dokter lain dan membantu mereka.

Aku senang dengan itu semua, sangat.

Nenekku mungkin sudah berumur, tali dia tidak setua itu. Tenaganya bahkan bisa membuat pintu kayu hancur, aku pernah melihatnya secara langsung dan aku tidak akan pernah berani untuk membuatnya marah.

"Sakura kau lapar?" Aku yang sedang memandangi pemandangan malam dari jendela kereta, menoleh ketika ibuku bertanya.

"Terima kasih ibu." Aku mengambil satu onigiri lalu kembali melihat pemandangan malam.

Kami dalam perjalanan pulang sekarang, dan waktu sudah menunjukan pukul 8 malam. Aku mungkin akan terlambat ke sekolah besok.

"Kau belum membuka kadomu?"

"Belum, aku akan membukanya dirumah nanti."
.

.

.
Aku benar benar terlambat, bukan main bahkan aku mungkin melewatkan jam pelajaran pertama.

Aku berlari sekencang yang aku bisa, menyelusuri lorong sekolah yang sudah sepi.

BRUK!

Sial. Aku menabrak seseorang ketika akan berbelok.

"Kau tak apa?" Aku meringis lalu menerima uluran tangan seseorang yang aku tabrak.

"Oh, Sabaku- san?" Ucapku ketika melihat wajahnya, pria itu tampak terkejut ketika aku mengetahui namanya.

"Kau tahu aku?" Aku tersenyum canggung sambil menggaruk leher belakangku.

"Tentu saja."

Sabaku Gaara, banyak yang bilang bahwa pria itu adalah Sasuke ke dua. Dia siswa kelas sempurna yang pandai dalam segala hal dan memiliki banyak penggemar, banyak yang membanding-bandingkan dia dan Sasuke dalam segala hal. Tapi menurutku, Sasuke lebih baik.

Eh tunggu, apa?

"Sepertinya aku juga mengenalmu." Aku mengerutkan kening ketika dia mencoba mengingat-ingat sesuatu.

"Oh ya?" Entah kenapa aku senang ketika dikenali oleh siswa kelas sempurna yang satu ini.

"Ah! Kau gadis yang terkena bola basket waktu itu kan?"

ORDINARY✅Where stories live. Discover now