Chapter 17

2.4K 415 38
                                    

Aku tersentak ketika melihat Sasuke yang sedang mengambil minuman di Vending machine. Kakiku secara otomatis langsung berhenti beberapa langkah darinya, tubuhku terasa kaku hanya dengan melihat punggungnya saja.

Dia akhirnya berbalik dan dia terkejut. Benar-benar terkejut dengan keberadaan ku.

Kami sama sama diam, tidak melangkah maju ataupun mundur selama beberapa menit. Memandangi wajah satu sama lain dengan tatapan yang berbeda. Tapi pada akhirnya aku memberanikan diri, aku berjalan menghampirinya dan bisa aku lihat tubuhnya langsung menegang.

"Kau terasa asing, Sasuke." Ucapku ketika sudah berdiri tepat didepannya.

Tidak ada tatapan seperti dulu, wajahnya datar dan matanya sangat tajam. Benar-benar berbeda dan lebih buruk sebelum kami mengenal satu sama lain.

"Kalau kau merasa begitu, itu bagus." Setelah sekian lama aku tidak mendengar suaranya, kata-kata yang keluar dari bibirnya justru membuatku mengepalkan tanganku tanpa sadar.

Hatiku terasa hampa saat dia berjalan melewati ku begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun, tapi sebelum dia melangkah lebih jauh, aku dengan cepat menahan pergelangan tangannya yang membuat dia tersentak.

"Aku tidak akan meminta penjelasan apapun tentang apa yang sekarang terjadi pada kita. Sudah kubilang dari awal bahwa aku akan menunggu. Tapi," aku meneguk ludah ku susah payah ketika suaraku seolah-olah tidak bisa keluar. Tenggorokan ku tiba-tiba sakit dan dadaku terasa sesak.

"Tapi Sasuke, bisa kau beritahu aku? Kita ini, sekarang apa?" Ucapku lirih dengan harapan bahwa dia akan menggenggam tanganku erat lalu setelah itu memelukku.

Tapi aku benci kenyataan, dia dengan perlahan melepaskan tanganku dari pergelangan tangannya lalu menatapku datar.

"Menurutmu apa? Setelah semua yang terjadi? Kurasa kau cukup pintar untuk menyimpulkannya sendiri."

Setelah mengatakan kalimat yang menyakitkan itu, dia pergi. Pergi tanpa berbalik dan hilang di belokan.

Meninggalkan ku dengan tangan yang terurai lemas dan kaki yang seolah tidak bisa menahan tubuhku lagi. Aku lalu tanpa sabar mencengkram dadaku dan membiarkan air mata turun tanpa sadar yang aku biarkan begitu saja.
.

.

.

.
"Terima kasih." Aku membungkukkan badanku sebelum akhirnya keluar dari ruang guru lalu menutup pintu.

Aku baru selesai membayar uang bangunan dan mengurus beberapa administrasi termasuk surat pindah.

Aku akan keluar dari sekolah ini, sudah ku putuskan untuk merawat nenekku di Tokyo, aku tidak mungkin membiarkannya sendirian. Lagipula, jika aku berada di sana, semakin mudah jalanku untuk menjadi dokter.

Dan aku akan pergi malam ini.

Aku sudah menyerah berbicara dengan Sasuke setelah pertemuan terakhir kami dua hari yang lalu. Aku pasrah, dan akan menunggu seperti apa yang pernah aku katakan sebelumnya.

Aku akan menunggunya sampai dia membuatku kembali percaya dan yakin padanya. Terdengar naif, sangat naif tapi aku tidak peduli. Aku lelah, sungguh. Banyak berita tidak benar tentang hubungan kami, banyak orang yang mengejekku karena mereka berfikir bahwa aku hanya mainan bagi Sasuke, banyak juga kata-kata yang membuat dadaku sakit bukan main.

Padahal ini bukan salahku, Sasuke yang meninggalkanku tapi orang-orang mengatakan bahwa aku yang membuatnya pergi karena aku tidak perhatian padanya. Semua orang menyalahkan ku dan Sasuke hanya diam saja, tidak membenarkan atau menyangkal berita itu.

ORDINARY✅Where stories live. Discover now