Chapter 14

2.4K 445 71
                                    

Aku menguap tanpa peduli dengan tampang ku jika dilihat orang lain. Aku menoleh malas ke kanan dan ke kiri, melihat teman-teman ku yang nasibnya tidak jauh berbeda denganku.

Aku menghelakan nafas kasar lalu membenturkan kepala ke sebuah buku tebal di sampingku yang membuat aku mengumpat sekaligus meringis pelan.

Kelasku hari ini dalam keadaan yang sial. Guru sastra tiba-tiba tidak masuk kelas dan dia memberi kami tugas untuk membuat rangkuman buku filosofi bebas di perpustakaan. Kalian tahu? Ketika masuk perpustakaan saja mataku sudah sakit, jadi aku tanpa mau mencari buku dulu, memilih untuk merangkum yang ada di atas meja, dan sialnya rangkuman itu belum selesai. Guru sastra kami adalah orang yang perfeksionis, jadi harus teliti ketika membuat rangkuman, oleh karena itu akan membutuhkan waktu yang lumayan lama.

Aku melirik jam besar di dekat tangga yang menunjukan pukul 11 siang, waktu makan siang tinggal 30 menit lagi dan itu berarti aku harus menyelesaikan rangkuman ini.

"Aku akan pindah, mataku sakit melihat terlalu banyak buku." Aku bangkit dari tempat dudukku setelah pamit pada Ino dan Hinata, lalu berjalan menuju meja di pojok ruangan, yang membuatku bisa melihat pemandangan lapangan basket dari sana.

Sebenarnya aku tipikal orang yang suka membaca buku, tapi hanya buku-buku tertentu. Aku tidak terlalu suka membaca buku yang banyak apalagi membaca untuk pelajaran atau membuat rangkuman, ya tuhan pokoknya aku tidak tahan.

Aku dengan malas kembali membuka buku yang harus aku rangkum lalu sesekali melihat lapangan basket.

Dan mataku melihat kekasihku disana.

Dia itu, di cuaca yang dingin begini kenapa dia bermain basket di lapangan terbuka seperti itu?

Aku tanpa sadar tersenyum lalu menopang dagu sambil menatapnya, dia tertawa ketika Sai tidak berhasil mencetak poin dan aku ikut tertawa melihatnya. Sasuke benar-benar bisa membuat siapa saja menatapnya, itu daya tarik dan kelebihannya yang kalau boleh aku jujur tidak menyukainya karena itu bisa membuat gadis-gadis lain juga menatapnya.

Bisa aku lihat dia mengusap rambutnya lalu menjilat permukaan bibirnya yang kering. Sialan, dia memang tahu bagaimana cara untuk tebar pesona tanpa dia sadari sendiri.

Pandangan kami bertemu dan bola matanya bisa aku lihat melebar bersemangat, dia melambai-lambai kedua tangannya padaku yang membuat aku mendengus. Aku heran, dia bisa melihatku dari sana?

Aku mengerutkan kening ketika dia menggerakkan bibirnya, seperti mengatakan sesuatu padaku.

Buka jendelanya.

Itu yang dia katakan, dan aku pun menurut. Aku membuka jendela disamping ku dan aku mengigil ketika udara dingin masuk.

Aku dan dia tersenyum ketika kami saling melihat satu sama lain.

"Lihat sekelilingmu!" Aku mengerutkan kening ketika dia berteriak seperti itu, aku lalu menurut dan bingung dengan banyaknya orang yang mengelilingi lapangan basket.

"Sakura!" Aku kembali menoleh padanya ketika dia memanggilku, dia menyeringai sekaligus tertawa geli.

"Dengarkan aku baik-baik."

Aku terdiam tidak tahu harus merespon apa.

"HARUNO SAKURA! AKU MEMBENCIMU! KAU ADALAH KEKASIH TERBURUK YANG PERNAH AKU PUNYA!"

Aku memantung dan sorakan mulai terdengar di telingaku. Sorakan yang sangat besar yang belum pernah aku dengar dalam hidupku, seperti sorakan yang dinanti-nanti oleh orang-orang ini.

"KAU ITU TIDAK MEMBERI KEBAHAGIAN PADAKU! KAU ADALAH ORANG SOK DEWASA YANG MEMBOSANKAN! KAU PIKIR AKU MENJADIKAN MU KEKASIHKU KARENA AKU INGIN? JANGAN BERCANDA!"

ORDINARY✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang