OBSESSION - 6

1.7K 198 15
                                    

Ayo, absen dulu di kolom komentar yang nungguin couple ini?? ☝☝☝

Menemani hari minggu kalian yang mungkin mager, bangSat satu ini kembali lagi 😁

Maaf ya bukan maksud PHP, semalem kepencet aku belum selesai nulis jadi aku tarik lagi.....

Tetap ramaikan cerita ini, biar aku semangat nulisnya.... 🤭🤭😘

Selamat Membaca
🍃🍃🍃

“Itu—anu bun, dia—ih bunda itu rahasia adik donk” ucap Kira dengan gugup. Kira memutuskan akan menyimpan isi hatinya rapat-rapat jangan sampai ada yang tahu. Siapapun tidak boleh tahu apa yang dirasakan nya sekarang, termasuk bunda nya. Kira cuma tidak ingin bunda nya kepikiran dan bersedih, bila mengetahui dirinya mulai tertarik dengan kakak kandung nya sendiri.

“Ih adik sudah mulai main rahasia-rahasiaan ya sama bunda” ucap Arvena dengan nada merajuk. “Tapi oke, nanti juga bunda tahu”

Kira hanya terkekeh geli melihat kelakuan sang bunda. Dia sangat menyayangi wanita yang dia anggap telah melahirkan dan merawatnya itu. Setidaknya seperti itu lah apa yang ada dipikiran Kira. Karena sampai saat ini dirinya tidak tahu bahwa Arvena dan Kevin bukan orang tua kandungnya. Entah apa yang akan terjadi nanti kalau rahasia besar itu sampai diketahui oleh gadis berhati lembut itu.

Sampai saat ini pun Arvena tidak berniat memberi tahu sang putri bahwa dirinya tidak lahir dari rahimnya, karena buat Arvena, Kira adalah putrinya sampai kapanpun. Rasa sayangnya terhadap Kira tidak ada bedanya dengan rasa sayangnya terhadap Qilla.

🍃🍃🍃

Sementara di tempat lain, Tara sedang mengikuti langkah sang bos besar yang sedang berjalan menuju ruangannya. Saat ini mereka baru selesai meeting dengan klien diluar kantor sekaligus makan siang. Mereka memilih menaiki lift khusus direksi yang akan membawa mereka ke lantai 29 gedung perkantoran ini. Banyak mata para wanita yang memandang kedua laki-laki itu takjub, tapi hal itu sama sekali tidak mempengaruhi langkah mereka. Mereka sudah terbiasa menghadapi itu semua.

“Ar beneran lo baik-baik saja?” tanya Tara akhirnya ketika mereka berdua berasa di dalam lift.

“Seperti yang kamu lihat Tara, kalau aku sakit aku nggak akan berada disini” ucap Arshaka dengan nada tenang. Hari ini suasana hatinya sedang bagus, jadi keisengan dari temannya itu tidak akan membuat mood-nya turun.

“Maksud gue bukan begitu bambang. Lo sadar nggak sih seharian ini lo pamer gigi terus sama orang? Sejak kapan seorang Arshaka menjadi murah senyum begini? Ini benar-benar hari bersejarah selama gue kerja sama lo Ar. Hati-hati itu gigi kering bro" Ucap Tara sambil tertawa pelan. Sementara Arshaka hanya mendengus jengah.

"Tunggu, apa ada kejadian yang terlewat dari pengamatan gue?” tanya Tara lagi, kali ini dengan nada serius. Arshaka menatap sang sahabat yang merangkap asistennya itu dengan sebelah alis terangkat tinggi.

“Mau tahu?” Tara mengangguk semangat. Arshaka langsung mendekatkan mulutnya ke telinga Tara.

“Dasar kepo” bisiknya pelan di telinga Tara sebelum melenggang keluar dari dalam lift dengan santai, karena memang mereka sudah sampai di lantai yang dituju. Tidak di pedulikan lagi wajah Tara yang sudah keruh karena kesal.

“Anji—” Tara menghentikan umpatan nya kepada sang atasan yang sudah berada di ujung lidah, ketika sadar dimana dia berada saat ini. Temannya itu kalau bicara terkadang bisa membuat orang kesal dan benar-benar ingin menghajarnya.

Rajata Series 2 : OBSESSIONWhere stories live. Discover now