1. Pasir dan Senja

414 46 9
                                    

Vote, comment, share!

Matahari bersinar luar biasa terik pagi itu

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Matahari bersinar luar biasa terik pagi itu. Angin bertiup kencang, membuat pasir-pasir yang memenuhi gurun itu berterbangan. Langit terlihat biru, tanpa awan. Cuaca panas dan kemarau berkepanjangan memang menjadi hal umum di Kemet*.

Di pesisir sungai Nil yang berpasir, di Memphis, berlarilah seorang anak perempuan yang kira-kira berusia enam sampai tujuh tahun. Kulitnya sewarna perunggu, sedikit kusam terbakar matahari dan diterpa angin berpasir. Rambutnya hitam seperti sayap raven. Matanya besar, berwarna cokelat terang seperti kayu manis, dengan alis mata tebal berwarna hitam. Hidungnya mancung, dengan cuping yang kecil, dan sedikit meruncing di bagian puncak hidungnya. Tubuh kurusnya dibalut dengan kain linen yang kumal. Dia adalah Neferuti, seorang anak perempuan yang memiliki semangat tinggi.

Sembari berlari, di tangan kanannya terdapat dua ekor ikan segar. Wajahnnya terlihat senang, namun sumringah kala melirik 'Nar'—Catfish yang dia genggam.

Anak kecil itu teringat akan percakapan ibunya dulu,

"Nar adalah makanan yang paling sempurna. Sungai Nil dilindungi oleh Dewa Bastet yang Agung, sehingga makhluk hidup yang berada di sana membawa berkah. Mereka dapat menyembuhkan sakit-sakit ringan dan membuat kita tetap sehat," kata ibunya, yang kala itu sedang sakit-sakitan, sambil terbatuk. Kendati sakit, ibunya tetap menggendong seorang anak bayi, yang merupakan adik dari anak perempuan itu.

Kala itu, dia berhasil memancing Nar dari arus Nil yang deras. Dengan girang dan tanpa mengetahui nama ikan itu, dia membawanya pulang ke rumah.

"Apa yang akan kita lakukan dengan mereka, ibu?"

"Kita harus memasaknya. Walaupun membawa berkah, daging yang tidak dimasak adalah sumber penyakit," jawab ibunya.

Kemudian, mereka memasak bersama sambil tertawa.

Neferuti menerobos masuk ke dalam rumahnya setelah berlarian sangat lama. Rumahnya hanyalah petak kecil, yang dibangun dengan dinding pasir, batu, dan sedikit lumpur.

Ketika dia menyibak gorden yang menutupi pintu rumahnya, dia bisa melihat adik laki-lakinya yang berusia enam tahun, sedang duduk di tepi tempat tidur. Anak lelaki itu terbatuk, tangannya menutup mulutnya. Mata Neferuti menyipit ketika menyadari noda darah di telapak tangan anak lelaki itu.

"Nekht," panggil Neferuti, tangannya sedikit terkulai.

"Oh, Kakak!" katanya, buru-buru menyembunyikan tangannya dibalik punggung. Dia memasang sebuah senyum dengan bibir pucatnya. "Kakak sudah pulang?"

"Ya. Apa kau baik-baik saja?" tanya Neferuti, meletakkan ikannya di atas meja kayu kecil nan lapuk. "Kenapa kau menyembunyikan tanganmu?"

"Tidak apa-apa, ada semut jahat tadi," kilahnya, tidak ingin ditanya lebih lanjut.

The Rain on The GrassOù les histoires vivent. Découvrez maintenant