Bab I

241K 10.5K 271
                                    

Suara tangisan mama dipagi hari menyakitkan hatiku meski tante Sheila, adik mama mencoba menenangkan mama. Aku melirik papa yang gusar, raut marah, kecewa dan malu.

"Saya dan keluarga besar saya benar-benar minta maaf. Kami tidak bisa menjaga dan mendidik putri kami" papa bahkan menunduk tanpa memandang lawan bicaranya yang tanpa menyembunyikan amarah.

"Pak Randy, bukan permintaan maaf yang ingin kami dengar tapi pernikahan besok tidak mungkin dibatalkan. Keluarga besar kita bisa malu terutama pihak kami. Orang-orang akan berpikir macam-macam jika putra kami ditinggal kabur calon istrinya" aku bisa melihat Bu Elma berusaha menahan teriakan amarahnya.

"Sudah, ma. Kita juga harusnya sadar kalau pak Randy juga kepikiran dengan kaburnya Adela" tenang pak Jonan, suami bu Elma.

"Makasih atas perhatiannya pak. Tapi yang dikatakan bu Elma memang benar. Akan banyak gunjingan jika pernikahan ini batal. Saya sudah mengerahkan orang-orang untuk mencari putri saya"

Drrttttt.. Adela nelpon? Bagus, setelah membuat kekacauan baru sekarang ia menelponku. aku menjauh dari ruang tengah menuju halaman samping rumah.

"Kamu dimana sih?" Tanyaku tanpa basa basi begitu menerima panggilan. "Kamu tau gara-gara kamu kabur, semuanya berantakan!"

"Tenang dong Ad" disaat-saat begini kok bisa dia terdengar santai. "Aku sekarang lagi sama Gery. Bilang sama papa mama aku ga akan pernah mau nikah selain sama Gery!" Ya Tuhan, Gery si playboy itu?

"Kamu gila ya? Kalau niat kamu dari awal pengen nikah ama Gery kenapa kamu terima lamaran Keluarga pak Jonan?!"

"Adreana sayang, aku sengaja ngelakuin itu biar Gery cemburu dan ngajak aku nikah. Kalau seandainya dari awal Gery mendengar kabar aku menerima lamaran dan menahan aku nikah ama putra pak Jonan, pasti kejadiannya ga akan kayak gini" ucapnya dengan santai. Nih cewek benar-benar bikin aku emosi! Selalu saja ga pernah ngakuin kesalahan.

"Mending sekarang kamu tinggalin Gery! Gery ga baik! Dia cuman mainin kamu"

"Tau apa kamu soal Gery!" Kali ini Adela emosi hanya karena aku mengatakan sebenarnya tetang cowok brengsek itu. Padahal dulu saat kami di kampus yang sama bukan rahasia lagi kalau gery terkenal brengsek suka mainin perempuan dan sok preman.

"Del, pulang dong. Kasian mama nangis mulu dan papa juga kecewa banget. Kalau kamu pulang, aku jamin papa mama akan maafin kamu. Mereka sayang banget ama kamu" bujukku dengan nada halus karena aku tau Adela akan semakin memberontak kalau menggunakan emosi berhadapan dengannya.

"Aku akan pulang kalau pernikahan itu batal. Aku ga mau nanti mama papa malah ngebujuk aku nikah dengan cowok ga jelas!"

"Del!" Kali ini aku emosi. Ga seharusnya dia bicara seperti itu dengan anak pak Jonan! Bagaimana pun pak Jonan dan keluarganya keluarga terpandang.

"Udah Ad. Pokoknya bilang kata aku tadi ke mama papa. Dan kayak biasa, kamu harus beresin masalah yang udah kubikin ya? Toh imbalannya besar tuh. Kamu bisa dapat perhatian papa mama" ucapnya sambil tertawa seakan-akan mengejekku.

Tanpa sadar aku mencengram kuat hp di tanganku. Selalu seperti ini. Menyelesaikan semua masalah yang ia buat tapi ia selalu menjadi anak kesayangan papa mama. "Jangan menyesal dengan keputusan kamu" ucapku dengan nada dingin.

"Tenang aja. Aku ga akan pernah nyesal. See you my twin" salamnya sebelum memutuskan telepon.

"Ad, itu tadi dari Dela kan?" Aku terkejut karena mama dan tante Sheila di belakangku. "Jawab! Itu dari Dela kan?" Mama menggoncang tubuhku.

"Iya ma" jawabku pelan. Plakkkkk!!! Sengatan panas di pipiku membuatku terkejut. Aku menyentuh pipiku yang terasa sakit bahkan hatiku lebih sakit.

"Kenapa kamu ga kasih ke mama? Kamu ga mau kan Dela ditemuin?! Kamu pengen Dela bersalah dimata orang-orang kan? Jangan-jangan kamu lagi yang bikin Dela pergi. Ngaku!" Mama menggoncang tubuhku. Untungnya tante sheila menghentikan mama.

AdreanaWhere stories live. Discover now