chapter 42

1.4K 118 33
                                    

CHAPTER 42

KIMBERLY’S P.O.V

The days went by cold and bleak…

Memang saya menerima lawatan setiap hari… and I know I don’t have to beg Kurtis not to tell my parents or daddy Harren and Aunty Vivienne… saya tidak mau dorang susah hati and I know as parents dorang akan melakukan apa sekalipun untuk membebaskan saya…

But I want to go through a fair trial, a clean release… gila kah saya?

Ya, Kurtis and Hudson bilang saya gila… gila kerana cinta… dorang boleh saja mengatur rancangan untuk saya kabur dari the cell or even on my trial day... tapi saya enggan… I have London’s reputation to look after, itulah saya mau a clean release…

Because I want a future with London… I want to live my life with him… saya tau perkahwinan kami akan dipenuhi dengan liku-liku kehidupan… in that short period of months saya bersama London, walaupun his character is so ‘duh’, tapi itulah yang memberikan saya keyakinan yang cinta London adalah teguh dan setia…

Dan saya ingin berpegang kepada itu… 😔

“Puan..” the officer menyapa saya… 'Puan' lagi tu.. mematikan lamunan saya dalam cell yang sejuk… “ada pelawat…”

Haihhh, siapa lagi ni? London sudah melawat saya tadi pagi... saya diiringi dengan tangan bergari ke bilik soal siasat untuk menemui pelawat yang datang…

As the door opened and I stepped in quietly, saya nampak something yang mengejutkan… and quite disturbing actually…

Jelo sedang menampar tangan Kurtis yang sedang meraba paha dia…

“Kurtis.. stop it!” Jelo hissed… “next time I’m not gonna listen to your threats!”

“You can’t stop me, Angel.. Love…” Kurtis’s face was practically on Jelo’s neck!

“Kurt!” saya mengerutkan dahi…

“Kimmy!” Jelo menampar lagi tangan Kurtis dan lantas berdiri sambil memeluk saya..

Saya membalas pelukan Jelo..

“Jelo…” saya memerhati Jelo dari atas sampai bawah, dan bawah sampai atas lagi beberapa kali… “what are you wearing?”

Then Jelo menjeling ke arah Kurtis… apa-apa-an dorang ni?

“I didn’t like her wardrobe..” Kurtis shrugged…

Jelo berdengus… tapi dia tidak mengatakan apa-apa…

“so?” saya tanya Kurtis… saya tidak suka abang saya yang mafia, penjahat, kekadang macam syaitan bully bestfriend saya… 😠 “stop bullying Jelo..!”

Saya masih ingat lagi when we were teenagers, 14 or 15… Kurtis was 22 or 23 that time, he came back to KK after graduated from Politenico di Milano, a double degree and first class honours in biomedical and aerospace engineering… he’s smart.. the smartest but decided to use his brains for mafia activities instead… 🙄

so ya, dia memang suka mengusik Jelo.. he bullied Jelo alot, and as much as I tried to protect Jelo, last-last saya gagal juga…

And one day Jelo exploded… mungkin dia tidak tahan sudah Kurtis kuat bully dia… tiba-tiba Jelo berubah, dia kuat menangis and became depressed… then dia berubah lagi dahsyat.. berubah menjadi tomboy… pengkid…

Ada satu tahun saya tidak bercakap sama Kurtis pasal dia menyakitkan hati Jelo… tapi setakat itu saja saya tau…

Kurtis left and never came back… until after my A-levels kami semua pindah to Milan… Jelo sambung study overseas…

I'm a Sucker for PainWhere stories live. Discover now