//1//

7.4K 574 40
                                    

Hai! Kangen cerita ini gak?

Jangan lupa vote or comment untuk support cerita ini ya!

























































Apa yang terlintas di otak kalian ketika mendengar kata broken home?

Perpisahan kedua orang tua tentunya bukan sesuatu yang diharapkan, terutama jika keduanya saling mencintai. Namun, karena kesalahpahaman perceraian itu pun akhirnya terjadi sehingga harus memisahkan antara kakak dan adik di usia yang masih sangat muda.

"Biar aku yang bawa Jeno," kata Jefan.

Tyana menggeleng. "Nggak! Dia masih bayi dan butuh aku sebagai ibunya!"

"Dia gak butuh ibu kayak kamu! Jalang gak tahu diri!" hina Jefan.

"Aku bukan jalang, Jefan!" teriak Tyana, tidak terima.

"Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri kalau kalian hampir ciuman!"

"Dia ngelecehin aku! Kamu lebih percaya karyawan kamu itu daripada istrimu?" tanya Tyana dengan nada emosi.

"Kamu bukan Istriku lagi! Kita udah cerai. Hak asuh Jeno dan Mahesa udah jatuh ke tanganku. Masih untung aku biarin kamu bawa Mahesa!"

Tyana hanya bisa terisak, ia pun pergi ke kamar anaknya. Tyana menghapus air matanya agar tidak terlihat rapuh di hadapan kedua putranya. Mahesa sedang bermain, lalu Jeno yang masih bayi tertidur pulas di ranjang bayi. Tyana menggendongnya sebentar, menciumi pipi Jeno dengan penuh kasih sayang. "Maafin mama ...," ucapnya lirih.

Tyana meletakkan kembali Jeno ke tempat tidurnya dengan berat hati lalu menghampiri anak pertamanya.

"Mahesa sayang, ikut Mama, ya," ajak Tyana.

"Ke mana, Ma?" tanya Mahesa.

"Kamu sayang sama Mama, kan?"

"Iya," jawab Mahesa sambil mengangguk. "Tapi kita mau ke mana? Ayah ikut, kan?"

Tyana menggeleng. "Nggak, kita aja yang pergi."

"Kenapa? Kok ayah gak ikut?"

Tyana tidak menjawab dan langsung memeluk putranya. "Pokoknya Mahesa ikut mama aja."

"Jeno gimana?"

"Jeno sama Ayah, kamu sama Mama."

Mahesa yang waktu itu masih berusia tiga tahun hanya menurut tanpa mengerti apa pun. Setelah sebulan berpisah, Mahesa selalu mempertanyakan perihal ayah dan adiknya. Setiap hari dia menanyakan itu pada ibunya sampai akhirnya Tyana marah.

"Kenapa kita gak tinggal sama Ayah dan Jeno?"

"Ma, aku kangen Ayah."

"Aku mau ketemu Jeno."

"Cukup, Mahesa! Mama capek dengarnya! Kita gak akan ketemu mereka lagi!" bentak Tyana.

"T-Tapi kenapa ...?" Mata Mahesa mulai berkaca-kaca.

"Ayahmu gak mencintai Mama lagi, kita gak bisa bersama! Sudahlah, kamu gak akan paham karena kamu masih kecil. Sekarang masuk kamar!"

Mahesa menangis dan langsung berlari ke kamarnya. Tyana menarik nafas panjang lalu menghembuskannya dengan kasar.

"Ya Tuhan, seharusnya aku gak perlu bentak Mahesa, dia masih kecil," gumam Tyana.

***

The Past (Rewrite)Where stories live. Discover now