Bab 14

85.5K 4.3K 78
                                    

Sera yang baru saja habis melahirkan kelihatan tak peduli kepada bayi nya, ia hanya peduli pada dirinya sendiri dan memikirkan keutuhan rumah tangga nya dengan Riko.

"Permisi bu bayi anda laki-laki. Silahkan diberi asi terlebih dahulu, hm... tapi ada yang ingin saya bicarakan. Saya pun turut prihatin pada kondisi putra ibu" Ucap dokter itu menatap Sera dengan tatapan iba, Sera yang tak mengerti maksud dari dokter itu pun menatap sang dokter balik dengan tatapan bertanya.

"Jadi begini bu, putra ibu mengalami kekurangan fisik. Kaki nya pincang, dan panjang nya tak sama serta tulang nya juga sangat rapuh jadi harus sering dibawa pengobatan. Sepertinya ketika ia masih di dalam kandungan kurang diberi asupan dan gizi yang cukup" Jelas dokter itu setelah melihat tatapan bertanya Sera.

Jantung Sera serasa ada yang menusuk nya keras, ia menjambak rambut nya frustasi.

"Enggak mungkin! Jika begini sia-sia saja aku mengandung dan melahirkan nya selama 9 bulan! Anak sialan, dasar anak tak berguna! " Teriak Sera keras, ia ingin meraih bayi mungil yang berada di dalam gendongan dokter tersebut dan membantingnya. Tapi dengan cepat dokter itu menghindari Sera. Dokter itu sangat tak percaya pada sikap Sera yang tak terima dengan kekurangan anak nya. Sedangkan bayi mungil itu menangis kencang mendengar teriakan ibu nya karena terkejut.

Dari luar Riko mendengar semua keributan yang dibuat oleh Sera, dengan cepat lelaki itu menghampiri ruangan tempat Sera ditempati dan terkejut melihat keadaan ruangan itu yang sudah seperti kapal pecah.

"Ada apa ini? Mana anak mu hah? " Tanya Riko heran sambil mengguncang bahu Sera.

Sera hanya menggeleng lemah dan menunjuk bayi kecil yang masih dalam gendongan dokter. Riko menggendong bayi kecil itu, tapi saat menggendong nya Riko merasa ada yang tidak beres.

"Ada apa dengan anak ini kenapa aku merasa kaki nya aneh? " Tanya Riko heran.

"Dia cacat Riko" Jawab Sera pelan takut dengan Riko.

Riko melotot mendengar jawaban Sera.

"Sia-sia jika begini, anak ini tidak bisa diandalkan hanya merepotkan ku seperti ibunya" Batin Riko menjadi tak sudi menyentuh bayi tak berdosa itu. Ia memberikan bayi itu kepada dokter lagi lalu keluar dari rumah sakit secepat mungkin.

"Jika begini aku menyesal meninggalkan Ran, aku harus bisa merebut Ran kembali. Ya satu-satunya cara besok aku harus ke rumah Ran" Lanjut Riko merencanakan rencana jahat nya.

Sedangkan di tempat Ran, keluarga kecil itu sangatlah damai. Dari tadi Ran dan Aldero begitu senang menoel pipi gembul bayi tampan mereka.

"Mas Alder, Nuel ganteng yah hihi. Bagaimana yah wajah nya nanti besar? Pasti sangat tampan" Ucap Ran gemas. Ia membayangkan bagaimana wajah anak nya serta sifat nya dimasa depan.

Aldero tersenyum bahagia, sekarang giliran dia yang menggoda Ran. Ia menatap istrinya dengan tatapan mesum.

"Tentu saja dia tampan, dia kan terbentuk dari ***** ku. Dan juga apa kamu tau kenapa wajah nya teduh begitu? Karena saat kita membuat nya perasaan kita sama-sama bahagia" Bisik Aldero pelan masih dengan tatapan mesum nya.

Blush.

Pipi Ran seketika merona mendengar bisikan Aldero barusan, masih saja malu-malu walau mereka sudah sering melakukan. Ran jadi teringat malam-malam panas yang mereka lalui.

"Kenapa sayangku? Kok pipi nya merah? " Goda Aldero sekali lagi, rupanya pria itu masih belum puas menggoda istrinya yang wajah nya sudah sangat merah.

Ran melototi Aldero, ia memukul perut suaminya dengan agak kencang.

"Dasar om-om mesum! " Ucap Ran dengan kesal dan lebih tepatnya pura-pura kesal.

Menikah Dengan Calon Mertua ✔Where stories live. Discover now