11. blunder

2.1K 544 89
                                    

"Gimana? Bisa kamu lacak?"

"Enggak," yang ditanya menggelengkan kepala, kemudian menunduk. Dengan mata terpejam, ia menghela napas berat, "Maaf."

Orang yang pertama berbicara turut menghela napas, "Ya udah, gak apa-apa, kita yang ngalah aja. Toh nanti pasti akan terbongkar dengan sendirinya."

"Tapi ini bukan salah Bapak?!" yang lebih muda berseru berang, "Orang selicik dia gak seharusnya ada di sekolah, apalagi jadi pemimpinnya."

Pagi hari berikutnya, surat tugas secara resmi hinggap di tengah-tengah meja markas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi hari berikutnya, surat tugas secara resmi hinggap di tengah-tengah meja markas. Dibuat secara khusus oleh sang kepala sekolah, surat tugas tersebut bahkan diantarkan secara langsung ke rumah kelima remaja tersebut. Tepat beberapa menit sebelum mereka berangkat ke sekolah, surat dengan amplop resmi berlogo sekolah itu diantarkan oleh petugas pos. Biasanya, The Lost perlu mengurus sendiri surat tugas mereka, tidak benar-benar "dibuatkan" oleh pihak sekolah seperti ini.

Pukul tujuh tepat, bel masuk tak lagi berbunyi, seperti hari kemarin. Markas mereka hari ini kedatangan tamu, yakni Pak Siwon dan Pak Brian. Kedua petinggi sekolah tersebut meletakkan beberapa barang di atas meja tamu―meja yang terletak di depan sofa; buku catatan kas sekolah, laporan keuangan, buku tabungan, lembar-lembar kuitansi lusuh, bahkan ponsel pribadi sang kepala sekolah.

"Kabarnya yayasan akan menyewa detektif swasta untuk mengusut masalah ini. Yayasan sepakat memberi sekolah waktu selama satu hari. Lewat dari itu, ada kemungkinan kami akan dipolisikan," ujar Pak Siwon dengan nada begitu pasrah. "Saya benar-benar bingung, sepertinya juga sudah tidak ada lagi yang percaya dengan saya di sekolah ini, apalagi komite dan yayasan."

Kelima remaja itu hanya membalas ucapan kepala sekolah mereka dengan senyuman getir. Tidak bisa dipungkiri, pengarang tulisan-tulisan aneh di kasus kedua barangkali ada benarnya. Buktinya sudah ada di depan mata, Pak Siwon yang terlalu pasrah akan apa yang terjadi. Sebagai seorang remaja dengan intensitas julid dan salty paling tinggi, Jinyoung sangat menyayangkan cara beliau bersikap yang ia nilai kurang "nendang" untuk ukuran seorang pemimpin. 

"Maaf, Pak, tapi Bapak sudah dengar kan, berita apa aja yang beredar di sekolah?" tanya Jinyoung hati-hati. 

Pak Siwon mengangguk lemah. "Yah, saya sudah dengar semuanya. Mau dibantah pun susah, kan?" 

Astaga. Tahan, Jinyoung, jangan walk out dari markas. Ingat, kau bukan anggota dewan perwakilan.

"Jadi, apa berita itu benar, Pak?" tanya Nakyung. 

"Tidak, tentu saja. Buat apa saya mengorupsi uang sekolah? Toh kas sekolah juga gak sebanyak yang diberitakan. Kalian cek saja, uang kas sekolah tidak pernah mencapai angka tiga digit," jawab beliau.

Tidak banyak petunjuk yang The Lost miliki, cenderung hampir "tidak ada" untuk kasus sebesar ini. Antara akan ada sebuah plot twist yang tidak terduga, atau malah justru bibit masalah itu sudah ada sejak lama di depan batang hidung mereka, tetapi tidak disadari. Namun, melihat bagaimana perangai Pak Siwon, rasanya tidak mungkin sekali jika beliaulah dalang dari semua kerusuhan ini.

ALEGORI: The LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang