13. tonjok-menonjok

1.7K 507 101
                                    

"Gimana? Udah bilang??"

Yang ditanya menggelengkan kepalanya, "Belom."

"Kok belom sih?? Dari tadi ngapain aja, anjir??"

"Gue gak tega—dan lo pikir mereka bakal percaya gitu aja kalo gue bilang? Ini masalah sensitif, lo tau sendiri," ucapnya cepat sebelum orang itu sempat membantah kalimatnya. "Belom lagi kalo gue dianggep halu."

"Goblok, kalo dia tau, abis lo digoblok-goblokin,"

Selepas rapat pagi tadi, Jeno membebaskan keempat temannya sampai jam istirahat kedua berakhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selepas rapat pagi tadi, Jeno membebaskan keempat temannya sampai jam istirahat kedua berakhir. Meskipun The Lost sudah hampir menemukan pola si pelaku, tetapi masih banyak hal yang perlu digali lagi. Yah, kelima remaja itu mungkin begitu dongkol dengan kedua guru mereka, tetapi namanya profesionalitas, Jeno tidak bisa serta-merta membiarkan The Lost melepaskan diri dari kasus yang kurang ajar ini. 

Hari ini masih sama dengan hari kemarin, situasi sekolah tidak sekondusif itu untuk melaksanakan kegiatan pelajaran. Entah bisa disebut merugikan atau tidak karena kasus ini membawa berkah khususnya bagi Ibu kantin yang kebanjiran pelanggan. Mencari kursi kosong di kantin tetap sama susahnya seperti di hari-hari biasa. 

Pagi menjelang siang, Jinyoung menghabiskan waktunya untuk bermain kartu di kelas bersama kuartet ganteng 12 IPA 1; Jeyu, Minkyu, dan Renjun. Untuk posisi empat temannya yang lain, Jinyoung tidak tahu-menahu karena toh nanti akan berkumpul lagi. Biarkan waktu yang singkat ini ia habiskan bersama teman-teman seperjuangannya.

"Hahai, bener-bener ye, Kim Jeyu raja ludo," ujar Jeyu, bertinggi hati sembari memasukkan bidak hijau terakhirnya ke dalam tujuan akhir. "Karpet merah buat gue, jangan lupa."

Empat putaran ludo didominasi oleh Jeyu dengan dua kali kemenangan, kemudian masing-masing satu untuk Renjun dan Minkyu. Jangan tanya mengapa Aa' kalah, karena ia terlalu baik hati membiarkan ketiga temannya untuk "memakan" bidaknya. 

"Gak inget dia, dulu ngambek berat gara-gara gak bisa main gaple," sindir Renjun. 

"Namanya juga Kim Jeyu," timpal Minkyu. 

"Definisi digibahin di depan mata," gerutu Jeyu. "Lu gak balik, Cil? 

"Hah??" 

Jantung Jinyoung mendadak berdebar kencang karena pertanyaan Jeyu. Pemuda itu lantas melirikkan netranya pada jam dinding di atas papan tulis—sebentar lagi bel pergantian jam akan berbunyi. 

"Anjir, mana gue belom ke kantin," gerutu sang Aa'. Saking asyiknya bermain ludo, ia sampai tidak ingat untuk mengisi perutnya. 

"Nih," Renjun melemparkan sekotak teh galon pada Jinyoung, "minum lo aja."

"Makasih, ye?" ucap Jinyoung. Pemuda itu lantas menegakkan tubuhnya dengan tergesa-gesa, "Gue ke markas dulu, kalo ada apa-apa, telpon aja."

Berlalulah sang Aa', berjalan dengan langkah panjangnya—meskipun langkah Guanlin masih lebih panjang—menuju markas. Nasib baik jarak antara kelasnya dan markas tidak terlalu jauh. Masalah isi bahan bakar perut, ia bisa melesat sendiri ke kantin nanti, toh masih ada teh galon kotak dari Renjun. Yang terpenting, ia tidak terlambat menyetor wajahnya di markas.

ALEGORI: The LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang