7. jamkos telah tiba

2K 595 26
                                    

"Denger-denger yang nerusin si Minkyu anak IPA 1 juga. Gak tau dah udah final apa belom," bisik Renjun pada Jinyoung yang tengah sibuk mencatat, mencuri-curi kesempatan selagi Pak Minhyun menulis sesuatu di papan tulis.

Jinyoung, yang diajak bicara, hanya tersenyum simpul tanpa mengalihkan perhatian dari buku catatannya, "Siapa tau emang dia kandidat terbaik."

Sepasang teman sebangku itu membicarakan calon pemimpin KIR, sebuah ekstrakurikuler yang kebetulan diikuti oleh Jinyoung, Renjun, dan juga Minkyu. Satu tahun belakangan lebih banyak Jinyoung habiskan bersama The Lost, tentu saja, tetapi mengingat "orang-orang tinggi" di KIR adalah teman-temannya sendiri, reputasi Jinyoung lumayan terselamatkan di sana. Serahkan saja pada Minkyu, dia ketuanya, atau pada Renjun, sekretarisnya.

"Tadinya si Minkyu udah kayak ngotot biar pembina milih anak IPA 2 kalo enggak IPA 4 aja," tambah Renjun. "Jujur gue takut disangka nepotisme."

Renjun tiba-tiba berhenti berbicara setelah mengucapkan kalimat terakhir dengan tempo yang begitu cepat. Yang diajak berbicara lantas berhenti menulis dan menolehkan kepala pada Renjun sekaligus Pak Minhyun, ternyata guru mereka telah kembali duduk di meja guru. Renjun mungkin baru saja tertangkap basah sedang mengobrol oleh Pak Minhyun.

"Kalian pelajari materinya, ya? Seperti biasa, kalau ada yang bingung, diskusikan dengan teman atau catat pertanyaannya, di pertemuan depan kita bahas," ucap Pak Minhyun tiba-tiba.

Beliau tiba-tiba menyimpan kembali laptop beliau ke dalam tas dan melepas kacamata, sebuah petunjuk valid bahwa beliau mengakhiri kelas hari ini. Jinyoung lantas menoleh pada jam dinding di atas papan tulis; masih pukul setengah sepuluh pagi, masih terlalu awal untuk mengakhiri kelas yang seharusnya selesai pukul sepuluh tepat. Apalagi, Pak Minhyun bukan tipikal guru yang suka membonuskan jam istirahat.

Setelah mengepak barang bawaan beliau, berlalulah Pak Minhyun dari ruang kelas 12 IPA 1 dengan langkah cepat. Ponsel di tangan kiri beliau digenggam erat, sedangkan tangan satunya menenteng tas laptop beserta buku-buku pelajaran. Baiklah, jika sudah jam kosong seperti ini, apa yang harus ia lakukan?

"Bau-baunya ada yang bakal disuruh rodi nih," celetuk Jeyu dari meja belakang.

Seraya terkekeh, Jinyoung menutup buku catatannya dan membalik tubuh menghadap meja Jeyu dan Minkyu. "Lo aja kali, rodi ngecor jalan," kekeh Jinyoung.

"Daendels paved the way," Jeyu kembali menceletuk, "tapi serius, ada setan apa Pak Minhyun tau-tau ngasih jamkos??"

"Mana gue tau, kan harusnya lo yang tau duluan, gimana sih," gerutu Jinyoung.

"Tobat lah gue. Udah kelas 12, antena gosipnya dicopot dulu," balas Jeyu.

"Seimbang banget, ya, Kim Jeyu. Belajar jalan, julid juga jalan," Jinyoung bangkit dari kursinya dan mengantungi ponselnya, "Gue mau ke depan lah, nyari angin, mumpung jamkos."

"Nyari angin mah nyari angin aja, Young, gak perlu sekalian ngambis," celetuk Minkyu, mengerling pada buku paket Kimia di tangan sang Aa'.

"Apaan, orang mau gue masukin tas," kilah Jinyoung, tetap menyimpan buku paketnya di bagian tas yang paling dalam, "gosip sendirian sana, gue mau berpetualang."

Jinyoung pun melangkahkan kaki keluar dari ruang kelasnya, menatap sekeliling lantai dua gedung D seorang diri. Bulu kuduknya sedikit meremang ketika pandangannya jatuh pada ruang musik yang terletak tak jauh di perpotongan gedung A, D, dan F-hanya terpisah oleh tangga dengan kelasnya.

Di saat yang bersamaan, terdengar hentakan langkah kaki dari tangga. Jinyoung menolehkan kepalanya, hendak melihat siapa yang berjalan terburu-buru sepagi ini karena suara langkah kakinya terdengar begitu menggema di sepanjang lorong.

ALEGORI: The LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang