3. si vespa hijau

2.6K 651 41
                                    

note. kalo lupa bentukan sekolahnya the lost, cek chapter preludio, udah aku tambahin denah. tata letak ruangannya tetep sama, cuma penjelasannya aja aku edit lagi :D 

enjoy this chapter~

Setelah bel pulang berbunyi, Haechan segera merangkul tasnya dan berjalan keluar dari kelasnya dengan langkah ringan, sesekali bersenandung seorang diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah bel pulang berbunyi, Haechan segera merangkul tasnya dan berjalan keluar dari kelasnya dengan langkah ringan, sesekali bersenandung seorang diri. Tentu saja, kelasnya kini berada di lantai dua gedung E, satu lorong dengan markas The Lost. Hal itu juga yang membuat Haechan lebih suka berpetualang keliling sekolah, khususnya saat jam pulang sekolah seperti ini. Alih-alih langsung mengambil tangga turun di sebelah kelasnya, pemuda itu memilih untuk berkeliling sampai ke gedung C, melewati barisan laboratorium, baru mengambil tangga turun.

Begitu menginjakkan kaki di lantai satu, deru keras mesin motor terdengar begitu jelas di telinganya. Suara mesin tersebut terdengar begitu gahar, seakan tak mau kalah dengan berisiknya suara siswa-siswi yang saling berbincang. Haechan mengerutkan dahi. Rasanya janggal sekali ada siswa yang memacu gas motornya sampai sekencang itu, meskipun secara teknis tidak ada salahnya karena toh sudah jam pulang sekolah.

Haechan pun lantas berbelok ke arah parkiran motor, satu arah dengan asal suara tersebut. Ternyata, suara gahar tersebut berasal dari motor vespa klasik milik salah seorang siswa. Dalam keadaan distandar, vespa berwarna hijau terang itu tampak meraung-raung. Yunseong, sang pemilik, berdiri tepat di sebelah motornya dengan raut muka penuh kebingungan.

"Wadaw, ada Yunseong," sapa Haechan. "Motor lo kenape, mbar-mber gitu, serem bener."

"Gak tau dah, gue nyalain langsung kayak gini," jawab Yunseong. "Lo ngerti gak, Chan?"

Yang ditanya menggaruk puncak kepalanya, bingung juga mengapa vespa Yunseong bisa meraung seperti itu. "Gue matiin dulu ya, Seong," Haechan lantas mematikan kembali mesin motor Yunseong, "asli, ini motor kenapa dah."

Yunseong mengangkat bahu, "Untungnya tadi gue belom lepas standarnya sih, coba kalo udah."

Haechan memperhatikan vespa Yunseong sambil memijat dagu. Vespa itu bermodel klasik dengan transmisi manual, seperti motornya. Maka, seharusnya ia bisa "melihat" masalah motor tersebut. Setidaknya, bisa sedikit mengakali vespanya sampai dibawa ke bengkel.

Pemuda itu lantas melepaskan tasnya dan ia sampirkan begitu saja di atas jok motor di sebelahnya. Kunci motor Yunseong masih tergantung di stop kontaknya. Haechan hendak menyalakan mesinnya lagi, tetapi matanya menangkap posisi gigi motor Yunseong yang masuk di gigi 1.

"Ck, lo lupa netralin giginya, Seong," ucap Haechan.

"A–ah? Iyakah?" Yunseong tersenyum canggung, "gue buru-buru sih tadi pagi, mungkin emang kelupaan."

"Hahaha, untung kagak jalan sendiri ini motor," Haechan terkekeh, lantas memutar kunci vespa tersebut, menyalakan mesinnya, "Harusnya habis ini sih gak apa-apa."

ALEGORI: The LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang