15

1.5K 193 45
                                    

Usai kelas, Kai segera pulang—bahkan menolak ajakan Taehyun untuk ke studio. Ia menekan gas motor kencang dan melaju membelah jalanan kota. Setangkai anyelir kuning yang tadi pagi ia temui di dalam loker masih ada di dalam tasnya, mungkin berhimpitan dengan beberapa buku.

Di dalam perjalanan, Kai memikirkan ulang tentang hubungannya dengan Soobin. Ya, dia tau dengan pasti bahwa orang lain pasti menganggao hubungan mereka toxic dan sama sekali tidak sehat. Soobin kerap kali melakukan kekerasan fisik saat mereka bercinta, walau diakhiri dengan maaf dari bibir Soobin.

Kendati Kai selalu memaafkannya, selalu ada tanda tanya besar di sudut pikiran yang tak berani ia suarakan. Masih tentang bekas luka di pergelangan tangan, perubahan sifat dan perlakuan Soobin, dan tatapan benci yang ia arahkan saat mencekik Kai.

Semuanya menjadi misteri yang berada di dalam kotak pandora. Dan Kai terbelenggu oleh rasa cintanya pada Soobin hingga ia takut untuk membuka kotak pandora yang terkutuk itu.

Haruskah dibiarkan saja?

Atau... perlukan Kai membicarakannya? Ia benar-benar tak tahu.

___

Pintu apartemen terbuka dan seperti biasa, keadaan gelap karena Soobin menutup semua jendela dengan tirai tebal dan tidak menghidupkan lampu. Kai menoleh sekali lagi ke rak sepatu dan tidak menemukan sepatu Soobin di sana.

Kak Soobin lagi di kampus ya? Pikirnya sembari melangkah masuk ke dalam kamar.

Ia hempaskan tubuh di ranjang, menatap langit-langit dengan tatapan kosong. Baru saja hendak memejamkan mata, suara pintu terbuka terdengar oleh telinganya, berikut panggilan nama Kai dari bibir Soobin.

Sontak ia bangkit, mengulas senyum lebar di bibir dan melangkah keluar kamar.

"Soobin!"

Kekasihnya ada di sana, membungkuk sedang meletakkan sepatu di rak dan mengangkat alis tinggi-tinggi begitu Kai menghampiri dengan setangkai bunga anyelir di tangan. Ia goyang-goyangkan tangkai bunga itu di depan wajah Soobin dengan mata berbinar senang.

"Soobin, kau memasukkan lagi bunga anyelir ke dalam lokerku ya?"

Ada jeda sesaat sebelum Soobin menggeleng pelan. "Jangan malu-malu, Soobin. Aku senang kok."

Tapi melihat raut wajah Soobin yang tak berubah, senyum Kai perlahan memudar. "Bukan kamu yang masukin ini?"

Sekali lagi, Soobin menggeleng. Lalu dengan cepat menyambar tangkai bunga yang Kai sodorkan, menjatuhkannya ke lantai dan menginjaknya dengan kasar.

"Siapa..." suara Soobin terdengar berat, dan ada kengerian yang bersembunyi di sana. "Siapa yang berani-beraninya memasuki teritorialku?"

Soobin seolah berbicara seorang diri, masih dengan kaki yang dibalut kaus kaki menginjak bunga yang udah tak berbentuk indah. Ia kemudian mengangkat kepala, bersepandang dengan mata Kai yang memancarkan ketakutan.

"Kamu bermain di belakangku, Kai?"

Kai menggeleng dengan cepat, dan tanpa sadar memundurkan tubuh saat Soobin mendekat. "T-tidak, Soobin. Sungguh. Aku menemukan bunga itu di dalam lokerku yang terkunci dan aku pikir kamu yang meletakkannya."

Soobin menggeram, "Tapi aku hanya mengirimkan bunga berwarna merah, Kai. Seharusnya kau ingat aku tak pernah mengirimimu anyelir kuning."

Masih dengan tatapan tajam yang sama, Soobin kembali berujar, "Apa kau tahu makna anyelir kuning, Kai?"

Kai menggeleng, benar-benar tak tahu makna di balik setiap warna bunga anyelir.

"Kebencian."

Kedua tangan Soobin mengepal di sisi tubuhnya, dengan tatapan kian menajam dan aura membunuh yang tak ia sembunyikan.

"Ada seseorang yang sedang menantangku, rupanya."

___

Kai masih tidak mengerti kalimat terakhir yang Soobin ucapkan dengan begitu banyak kebencian yang tertanam di sana.

Ada seseorang yang sedang menantangku, rupanya.

Di luar sifat lain yang hanya ia tunjukkan di depan Kai, Soobin adalah laki-laki ramah yang mempunyai banyak teman dan kenalan. Ingat? Dia adalah mahasiswa populer yang disenang dosen, teman seangkatan, kakak tingkat dan adik tingkat.

Jadi, siapa yang menaruh dendam pada orang baik yang ramah itu?

"Hoi. Melamun mulu."

Kai mengerjap, menoleh ke samping dan menemukan Taehyun baru saja menghempaskan tubuhnya di sofa ruang studio. Ada dua botol cola seukuran telapak tangan yang satunya ia sodorkan pada Kai.

"Thanks."

"Beomgyu benar-benar pergi, ya."

Kai menangkap nada sedih di sana, namun tertutup dengan nada kesal dan tidak percaya. Bagaimana mungkin mereka berempat yang selalu manggung bersama-sama, pada akhirnya berhenti seperti sekarang ini? Oh, mungkin Yeonjun akan mencari pengganti Beomgyu dan mereka tetap akan bisa tampil dengan nama "Tomorrow". Namun sudah pasti semuanya tidak sama lagi.

Kadang kalau ia memikirkan Beomgyu, Kai juga masih tidak percaya temannya yang satu itu lebih memilih uang dari pada mereka. Meninggalkan begitu saja bahkan tanpa pemberitahuan jauh-jauh hari. Kalau saja Beomgyu mau bersabar lebih lama, mungkin mereka semua bisa menembus label perekaman walau itu hanya untuk satu dua lagu.

"Kamu tahu gak kenapa dia lebih milih uang?"

Kai mengangkat sebelah alisnya mendengar pertanyaan Taehyun yang menggelitik. "Beomgyu 'kan temanmu. Aku tidak terlalu dekat dengan dia, jadi aku engga tahu."

Bibir Taehyun membuka, berucap "ah, benar juga" tanpa suara diiringi dengan anggukan samar. Taehyunlah yang mengajak Kai bergabung dengan Tomorrow, jadi secara harfiah, ia tidak kenal Yeonjun dan Beomgyu sebelumnya.

"Kalau begitu... kira-kira kenapa ya?"

Taehyun memainkan botol cola yang belum ia buka di tangannya, memutar-mutar sambil berpikir keras alasan Beomgyu lebih memilih untuk debut tanpa mereka. Padahal kalo dipikir-pikir lagi, sebutuh apapun Beomgyu pada uang, ia 'kan bisa meminjamnya lebih dulu pada Taehyun. Dan Taehyun—yang kebetulan punya terlalu banyak uang—pasti tidak akan keberatan sama sekali dari pada Beomgyu harus pergi seperti ini.

Selagi Taehyun tenggelam dalam lamunannya, Kai teringat tempo hari saat ia mengunjungi bibi Jung di rumah sakit. Saat ia keluar dari ruang rawat inap itu, Kai ingat melihat seseorang yang berlalu dari meja resepsionist, berjalan dengan begitu terburu-buru dengan jeket hoodie yang ia kenakan.

Kai masih tidak yakin apa tebakannya itu benar, tapi pada akhirnya ia membuka mulut, "Beberapa hari yang lalu aku seperti melihat Beomgyu di rumah sakit."

Taehyun menoleh cepat.

"Aku tidak yakin karena dia memakai hoodie. Tapi dari cara jalan dan juga postur tubuh dari belakang, entah kenapa aku langsung teringat Beomgyu."

Taehyun tampak ikut berpikir keras. "Apa Beomgyu sakit sehingga dia butuh uang? Ah, atau keluarganya yang sakit?"

Sore hari di ruang studio, Hueningkai dan Taehyun menghabiskan waktu menebak-nebak apakah laki-laki yang dilihat Kai benar Beomgyu, atau bukan.

.

.

.

A/n:

Berbulan-bulan tidak apdet, setidaknya di penghujung tahun ada muncul satu part, hehe. Apa kabar? Lama tidak jumpa (yang main twt pasti tau sora selalu aktif di sana)

Semoga 2021 Carnis bisa kelar dengan cepat. Ayo aminkan~

CARNIS | SooKaiWhere stories live. Discover now