11

2.2K 282 57
                                    

Tepukan di bahu mengaburkan lamunan Kai. Ia mendongak, menatap Taehyun yang menggantungkan ransel di sebelah bahunya. Untuk sesaat, Kai memproses ingatannya tentang dimana ia sekarang dan apa yang sedang ia lakukan. Indranya kembali bekerja. Ruang hampa di kepalanya kembali dipenuhi suara orang berbincang-bincang.

Ah, ia sedang di kelas pak Namjoon yang telah usai. Sepanjang kuliah berlangsung, Kai hanya melamun menatap ke papan tulis—namun suara dan penjelasan Pak Namjoon sama seperti bola kasti yang memantul di lantai, tak dapat ia tangkap.

"Ayo ke studio."

Kai tergagap, dengan cepat meraih tas dan menyampirkannya di bahu, mengikuti langkah Taehyun ke parkiran. Sebelum menaiki motornya, Kai lebih dulu memandangi pantulannya di spion—menyedihkan, ada lingkar hitam yang mulai terlihat di bawah mata. Ia paksakan sebuah senyum, lalu cepat-cepat menyusul Taehyun yang sudah pergi lebih dulu.

Sesampainya di studio, mereka berdua menemukan Yeonjun dan Beomgyu sedang berdiskusi serius, bahkan tidak ada senyum di wajah mereka ketika Taehyun dan Kai masuk ke dalam.

Mendapati hawa yang tidak mengenakkan, Kai menutup pintu dengan perlahan, menerka-nerka apakah sedang terjadi sesuatu yang tidak ia ketahui. Taehyun sudah lebih dulu duduk di sebelah Yeonjun, dan Kai mengambil tempat di samping Beomgyu. Dua berhadapan dua, Yeonjun mulai membuka suara.

"Besok adalah penampilan terakhir kita dengan formasi lengkap."

Taehyun menghela napas, Yeonjun mengusap wajah, Beomgyu semakin menunduk, dan Kai masih tidak mengerti apa yang sedang terjadi di sini.

"Tunggu—kenapa? Apa yang sedang terjadi disini?"

Kai melirik Taehyun yang tampak tidak terlalu terkejut. "Apa cuma aku yang tidak tahu apapun?" tanyanya menunjuk diri sendiri. Beomgyu dan Yeonjun tak menyahut, dan Kai baru sadar mereka berdua saling membuang pandang padahal mereka duduk berhadapan.

"Aku lupa memberitahukannya padamu, Kai. Karena kamu selalu datang terlambat dan pulang dengan terburu-buru, kami berdiskusi masalah ini setelah kamu pulang."

Menelan ludah, Kai bertanya dengan hati-hati, "Jadi apa maksud Yeonjun-hyung dengan formasi lengkap?" Taehyun urung menjawab, malah melirik Beomgyu yang duduk di samping Kai.

"Maafkan aku," lirih Beomgyu. Kai menoleh pada teman se-band-nya itu, menatap dengan sebelah alis terangkat tinggi.

"Seseorang dari agensi menghubungku. Mereka bilang ingin merekrutku menjadi anggota tetap band agensi yang akan debut akhir tahun ini."

Yeonjun menghempaskan punggung di sandaran sofa, mendongak menatap langit-langit studio—wajahnya terlihat sangat kecewa. Taehyun juga terlihat sama, namun ia lebih bisa mengontrol emosi di wajahnya. Tegangan canggung semakin terasa, terlebih Kai tidak menyahut ucapan Beomgyu barusan—ia masih terlalu terkejut.

"Tapi... Maksudku, bukankah kita yang sekarang baik-baik saja? Bukankah kita punya mimpi yang sama untuk bisa mendapatkan panggung yang lebih besar bersama-sama?"

Kai tidak sampai hati untuk mengatakan kalimat, "Kamu akan meninggalkan kami dan debut seorang diri?" karena kalimat itu kedengarannya terlalu kejam dan mungkin akan menambah rasa bersalah di hati Beomgyu.

Sejak awal Tomorrow dibentuk, mereka memang tidak melakukan kesepakatan di atas kertas, karena semuanya berawal dari senang-senang dan ternyata kesenangan itu berbuah baik. Mereka mulai dikenal banyak orang, mendapatkan perhatian sedikit demi sedikit hingga fans membentuk fanclub sendiri.

Meski selama ini mereka hanya membawakan cover lagu-lagu yang sudah lebih dulu beredaran di pasar, tapi alunan melodi yang mereka bawakan tentu saja membuat lagu tersebut mempunyai 'warna'nya sendiri di atas panggung.

CARNIS | SooKaiWhere stories live. Discover now