Kenapa Selalu Dia?

12 1 0
                                    

Setelah kejadian di toko buku itu,aku memutuskan untuk tak menyapa Awan.
Di sekolah,aku berbicara jika dirasa penting saja.
Selebihnya,diam menjadi teman dekatku sekarang.

Pagi itu,hari pertama ujian akhir semester satu dikelas sepuluh.
Aku dan teman-teman ku duduk terpisah,sendiri-sendiri.
Rasanya lega.
Bagiku,ini waktu yang tepat untuk aku jauh dari lelaki yang satu itu.
Ya,siapa lagi kalau bukan Awan.

Saat ujian,kebetulan aku kebagian di ruangan 29.
Senang,karena di papan nama aku tak melihat nama Awan Prayuda Nugraha tertulis disana.

Akhirnya aku masuk,dan duduk di bangku ke dua dari depan.

Hari pertama ujian aku harus semangat nih!”
Batinku.

Tak lama,bel pun berbunyi.
Pengawas ujian hari itu sudah memasuki ruangan dan duduk di meja guru.

“Hari ini ujian pertama kalian di kelas sepuluh,ibu harap hasilnya memuaskan ya..”
Ucapnya.

“Iya bu..”
Jawab kami serentak.
Dan ujian pun dimulai.

Selesainya ujian hari pertama pulang sekolah aku memutuskan untuk pergi ke perpustakaan,karena besok ujian bahasa jepang aku memilih untuk meminjam buku disana.

“Besok mata ujian nya bahasa jepang ya,hmm pinjem buku katakana sama kosakata aja kali ya?”

Batinku,sembari menuju ke
perpustakaan.

Sesampainya disana,aku langsung mengambil buku yang ku maksud dan langsung mengisi daftar pinjaman.

“Pak Agus,biasa ya aku minjem buku ini tapi lupa bawa kartu perpus nya,gapapa yaa hehe..”
Ucapku pada pak Agus,penjaga perpustakaan yang sudah aku anggap seperti ayah sendiri.

“Tumben lupa neng,biasanya mah bawa terus..”
Ucapnya sambil mencatat namaku di buku tamu.

“Iya nih,abis ganti tempat pensil pak..”

“Haduh,si eneng mah.Sok silakan udah bapak tulis namanya mangga diambil bukunya.”
Ucap pak Agus sembari memberikan buku paket padaku.

“Asikk,makasih ya pak”
Kata ku,sambil berjalan keluar perpustakaan.

Saat baru saja aku keluar dari gerbang sekolah,tiba-tiba ada yang menarik tanganku dari belakang.

Dan ternyata itu Awan.
Ia sedang berdiri di hadapanku sekarang.

“Ann,udah seminggu kamu gak mau ngomong sama aku.Kenapa?aku salah apa ann?”.
Ucapnya sambil terus melihat mataku..

“Dia lagi,dia lagi.Hah?seminggu?buset lama amatt aku diemin dia..”
Batinku.

“Masih gak mau ngomong juga?Udah berapa kali ann aku minta maaf.Segitu marahnya kamu sama aku?”
Ucap Awan sembari meninggalkan ku yang masih diam tak menggubris pertanyaannya.

“Siapa bilang aku masih marah?”.
Kata ku sambil teriak ke arahnya.

Awan pun berhenti,dan berbalik.
Ia menghampiriku lagi.

“Aku cuma lagi mau sendiri wann,bisa?bisa kasih waktu buat aku sendiri?”
Kata ku sambil menatap tajam matanya.

Iya,aku tau kamu butuh waktu buat sendiri.Tapi aku gak bisa ann,diem-diem an kaya gini aku gak bisa.”
Ucapnya.

“Hah?aneh kamu!”
Kata ku sambil berjalan pergi.

“Kamu licik ann!”
Teriaknya.

“Setelah susah payah aku berusaha untuk bisa deket sama kamu,bisa ngobrol berdua sama kamu,ketika aku udah terbiasa dengan adanya kamu di hidup aku,kamu mau diemin aku lagi?mau jauhin aku lagi?”.
Sambungnya,dengan masih berteriak.

“Duh,apaan lagi sih ini tuhann..”
Ucapku geram dalam hati.

“Terus mau kamu apa?”.
Aku berbalik dan bertanya padanya.

“Kamu udah buat aku nyaman ann.Jadi kasih aku waktu untuk bisa buat kamu nyaman kalo sama aku.”
Teriaknya.

Degh..
Tak menyangka Awan akan mengucapkan hal itu.
Hal yang tak pernah ada di kepalaku.
Aku hanya diam membisu,tak tau perasaan apa ini,rasanya sama seperti sejak terakhir kali aku menyukai seorang lelaki.


SayounaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang