Lekas Pulih Awan

27 4 0
                                    

Setelah kejadian kemarin,
aku masih teringat dengan Awan.
Pagi-pagi sekali,aku sudah pergi ke sekolah dan seperti biasa duduk di paling belakang.

Teman-teman ku pun sudah mulai berdatangan,dan mulai bercerita ria tentang makanan,minuman baru depan sekolahan,bahkan tentang satu dari diantara nya yang baru jadian.

Hanya aku yang terdiam di bangku belakang.
Tak lama,ada seorang teman yang menyapa dengan riangnya.

“Ann,kok diem terus sihh,ayo gabung sini sama kita..”
Ucap Andin,sambil  duduk di sebelahku.

“Hmm,iya nanti aku gabung deh,sebentar lagi  kan masuk,jadi aku di sini aja.”
Kata ku,sambil tersenyum ke arahnya.

“Oke deh,jangan sungkan gabung sama kita yaa,kan kita sekelas.Yaudah aku ke sana dulu ya Ann.”

Dia pun kembali ke bangku depan dan berbincang-bincang lagi dengan teman lainnya.

Setelanya,bel masuk pun berbunyi.
Tapi terlihat meja di depan ku masih kosong,dan hanya ada Fajar teman sebangku Awan disana.

“Apa Awan sakit?”.
Ucapku dalam hati.
Entah kenapa,tak seperti biasanya,hari ini Awan tak datang pagi.

Pelajaran pun sudah dimulai,bu guru sudah menjelaskan materi sekitar sepuluh menit lamanya.
Dan kami pun,sedang serius memperhatikan.

“Pagi bu,maaf saya terlambat”.

Tiba-tiba kulihat Awan sedang berdiri di luar pintu.

“Pagi,silakan masuk dan duduk ya,ibu sedang menjelaskan”.

Lalu,Awan pun bergegas menuju tempat duduk di bangku nya.
Bukannya langsung duduk dan menyimpan tas nya,Ku lihat Awan malah berhenti di sisi tempat duduk ku.

Aku melihatnya.
Dan ia pun melihatku,sayu.
Matanya pagi itu terlihat lelah.
Sepertinya ia sakit karena kemarin bajunya basah.

“Aku mau bicara,bisa?”.

Tanya nya,dengan nada bicara yang begitu dingin.
Aku hanya mengangguk,mengiyakan.
Lalu,ia duduk di bangkunya dan diam tak banyak bicara.

“Kenapa sih dia,sakit kali yaa”.

Ucapku dalam hati.

Setelah pelajaran selesai,itu berarti waktu istirahat pun dimulai.
Teman sekelas pun mulai berhamburan keluar,dan hanya tersisa aku dengan Awan.
Tak biasanya ia diam di kelas,aku pun membereskan mejaku dengan lekas agar bisa langsung keluar kelas.
Tak mau ada yang salah mengartikan,aku akhirnya memilih keluar dari ruangan.

Belum sampai aku keluar pintu
...

“Tunggu..”
Ucap Awan seraya menghampiri ku.

“Ada apa?”
Tanya ku padanya yang saat ini sedang berada di hadapan ku.

“Ann,aku..aku..”
Ucap nya tesengal dengan nada yang parau.

“Kamu sakit?”.
Kata ku sambil memegang tangan nya.
Dan benar,tangan nya begitu dingin,dan muka nya pun mulai terlihat pucat pasi.

“Engga Ann,itu aku mau bilang  kalau..”

“Awan,kamu sakit loh ini,muka kamu pucet banget,aku anter ke UKS ya,ayo”.

Potong ku,saat ia sedang bicara.
Tak tega melihatnya begitu pucat,aku pun menuntunnya ke UKS sekolah.

Sesampainya di UKS,aku membantunya untuk duduk di sisi ranjang.

“Bentar ya,aku cari petugasnya dulu”.

Kata ku sambil berjalan keluar,tapi tangan Awan memegang tangan ku,dan menarik ku agar tak pergi kemana-mana.

“Gak usah Ann,aku gak apa-apa..”

Ucapnya sambil tersenyum.

“Tadi aku cuman mau bilang,kamu mau gak minggu besok anter aku ke toko buku?”.

Sambungnya sambil masih terus menggenggam tangan ku.
Malu.
Seketika rasanya ingin lari saja dari ruangan itu.

“Bisa nanti aja ga nanya nya?,sekarang kamu lagi sakit Awan.Tuh,badan kamu pasti panas..”

Ucap ku,sambil melepaskan tangan ku dari genggaman nya.
Tak mau berlama-lama berdua dengan Awan,aku pun segera mencari obat demam di kotak P3K yang ada rak UKS.
Menyiapkan segelas air putih hangat dan langsung saja aku meminta Awan untuk meminumnya.

“Udah minum obat kan,sekarang diem di situ jangan kemana-mana.”

Dan Awan pun menurutinya,ia sekarang sudah berbaring di ranjang UKS.

“Aku ke kelas dulu ya,udah bel soalnya.Awas aja kalo bandel dan masih keluyuran.Jangan masuk kelas kalau belum sembuh!”.
Ucap ku padanya dengan nada sedikit membentak.

Tapi Awan hanya tersenyum dan berkata
...
“Makasih Ann,udah sana ke kelas jangan liatin aku terus,entar kalau suka gimana?”.

Ucap nya sambil tertawa.

Ingin sekali rasanya menjewer kuping Awan saat itu.
Masih bisa-bisanya ia berkata seperti itu saat
sedang sakit sekali pun.

Aku pun tak memperdulikan perkataanya dan cepat-cepat ku meninggalkannya untuk kembali ke kelas.

“Lekas pulih,Awan..”
Ucap ku dalam hati.
Omong kosong kalau aku harus bohongi perasaanku sendiri.

SayounaraWhere stories live. Discover now