Perasaan Waktu Itu Terulang Lagi

5 2 3
                                    

Selama ujian bahasa jepang berlangsung,aku tak fokus membaca soal.
Pikiran ku mulai tak karuan karena tadi Awan pergi dengan tiba-tiba dan penuh emosi.

Tapi aku berusaha untuk tidak terlalu memikirkan hal itu.
Hingga jam ujian pun selesai.
Aku berniat menemui Awan,tapi karena tak tahu ia berada di ruangan berapa aku memutuskan untuk bertanya ke salah satu teman yang biasa selalu bersama dengan Awan,Andre.

“Dre,aku mau nanya.Kamu tau ga ruangan Awan dimana?”.
Tanya ku ketika Andre hendak keluar dari ruangan untuk pulang.

“Eh,tumben lo nanyain si Awan,Ade ape ni?”.
Ucap nya dengan nada khas betawi nya.Ya,bisa dibilang Andre ini murid pindahan dari Jakarta.

“Aku ada perlu sama dia..”
Kata ku.

“Kalo gak salah ye,dia di ruangan 25 deh.Coba lo cek aja ye sendiri..”
Ucap Andre lalu pergi.

Ruangan 25.
Aku langsung saja menuju ke sana.
Kebetulan letaknya tak jauh dari ruangan ku.Dengan keadaan lutut yang luka,pelan-pelan aku menyusuri tiap tiap koridor kelas.

Sampailah aku di ruangan 25.
Tapi keadaannya sudah kosong.
Sudah tidak ada satupun murid disana.

“Kosong,udah pulang kali ya..”
Ucapku sambil pergi menjauh dari situ.

Tapi,saat aku melewati taman belakang sekolah,aku melihat Awan dengan kak Tama seperti sedang berdebat.

“Itu kan Awan,ngapain sama kak Tama di situ?”.
Tanya ku dalam hati.

Aku memutuskan untuk menguping pembicaraan mereka diam-diam.Dengan bersembunyi di balik pohon besar yang tak jauh dari tempat mereka berdua.

“Maksud lo apa sih Tam?,pake ngomong seakan-akan gue gak bisa jaga perempuan di depan Ann tadi!”.

Ku dengar,Awan berbicara dengan nada tinggi di hadapan Tama.Yang sudah jelas ia adalah kakak kelasnya.

“Gue gak maksud apa-apa kok,emang bener kan lo ninggalin dia di parkiran!”.
Ucap Tama tak kalah emosinya.

“Mending lo gak usah deket-deket lagi sama dia!”.
Ucap Awan sembari perlahan pergi dari hadapan Tama.

“Lo yang harusnya jauhin dia wann.Lo lupa,salsa adik gue itu pacar lo!.Gimana kalo dia tau pacarnya deketin cewek lain di belakangnya!”
Ucap Tama dengan nada berteriak.

Awan pun berbalik dan berjalan ke hadapan Tama.

“Diem lo!”.
Ucap Awan sambil melayangkan satu pukulan tepat di pipi kiri Tama.
Tama pun meringis menahan sakit di pipi nya.

Tapi kenapa,saat aku mendengar bahwa Awan sudah mempunyai seorang kekasih,dada ini terasa sesak.Terasa di cekik tanpa diberi ruang untuk bernapas.
Kaki yang menjadi tumpuan ku serasa lemas.Entah perasaan apa lagi ini.
Yang jelas,air mata itu mulai mengalir di pipi.

“Uhuk..uhuk..”.

Semakin lama,dadaku semakin sesak.
Seperti tak ada udara yang masuk ke pernapasan.
Aku terus memukul-mukuk dadaku agar tak terasa terlalu sesak..
Aku terduduk di balik pohon besar itu.
Berharap Awan ataupun Tama tak mendengar suara batuk ku tadi..

Tapi nyatanya,sesak ini malah semakin menjadi-jadi..

“Hei,siapa disitu?”.
Terdengar suara Awan yang berteriak.

Aku mengintip lagi,memastikan bahwa mereka tak menghampiriku.
Tapi aku salah.
Kak Tama malah mendekat.
Pasrah,aku memilih tetap duduk disitu sambil tak henti-hentinya memukul dadaku.

“Annn?!”.
Teriak Tama sambil menghampiriku dan berlutut didepan ku.

Tiba-tiba
Ia tarik aku ke dalam pelukannya.
Sambil berkata..

“Hei,tenang..lihat saya,coba atur napas kamu ann..pelan-pelan..”
Ucapnya sambil terus mengelus punggungku..

Aku mencoba tenang,kembali mengatur napas ku..
Ku lihat samar-samar Awan mendekat..
Dan setelah itu,pengelihatan ku kabur.
Semuanya gelap seketika.

...

SayounaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang