Lapangan Bola Dan Awan

17 3 0
                                    

Hari ini,kelas kami ada jam olahraga pagi.
Sedarinya sampai di sekolah,aku sudah mengenakan seragam olahraga dan sepatu untuk lari.

Kalau boleh jujur,pelajaran olahraga adalah hal yang paling aku tak suka.
Karena jika terlalu lelah,aku bisa langsung sakit kepala.

Hari itu,kami pemanasan terlebih dahulu seperti biasa.
Lalu pak guru meminta kami agar bermain basket dengan regu putra yang main pertama.

Para perempuan pun duduk di sisi lapangan.
Ada yang bertugas sebagai wasit,ada juga yang menghitung point.

Tapi aku malah duduk dan asyik melamun.

“Regu putra siap?”.
Tanya pak guru.

“Siap pak!”.
Jawab mereka dengan kompaknya.

“Oke,mulai!”.
Teriak pak guru memulai permainan.

Ku lihat regu putra sama-sama kuat,belum ada yang berhasil mencetak point saat menit ke lima.
Dan tiba-tiba saja mataku melihat Awan.
Dia begitu sangat bersemangat.
Dengan keringat yang sudah mulai mengucur di dahi nya.

“Awan..Awan..”.
Kata ku dalam hati.

“Awan,one point”.
Wasit berteriak bahwa Awan yang nerhasil mencetak point.

Kami pun berteriak,menyemangati mereka agar tak kalah.
Tapi,tiba-tiba Awan keluar lapangan.
Mendekatiku sambil menutupi sebelah matanya dengan tangan.

“Ann,bisa tolong aku sebentar?”.

“Ini mata aku kelilipan kayanya,perih..”.
Sambungnya,sambil terus mengucek matanya.

“Kelilipan?yah gimana dong?aku harus gimana?air,aku ambilin air ya bentar..”.

Kata ku panik dan terburu-buru.
Tapi Awan malah menenangkan ku dan berkata..

“Hey,hey,tenang.Ini cuman kelilipan pasir Ann..”.
Ucap nya.

“Ya terus aku harus gimana?ini mau ambil air malah ga boleh..”
Kata ku sambil berdiri di hadapannya.

“Tolong tiup in mata aku yang ini Ann,tiup in aja beberapa kali..”

Kata Awan sambil menunjuk mata sebelah kanan nya.
Melihat matanya yang mulai berair,aku pun selangkah mendekat dan berjinjit dengan meniup mata nya beberapa kali.
Dan awan membungkukan sedikit badan nya.
Jujur ia sangat tinggi di hadapan ku.

“Huftt,hufft,hufft.Gimana?udah ga perih?”.
Tanya ku pada Awan sambil terus menatap matanya.

Awan pun perlahan membuka sebelah matanya,lalu ikut menatap ku dengan dalam.
Dan ku lihat matanya memang sedikit memerah.

“Udah,udah lumayan ko ini..”

“Makasih Ann,kalo gak sama kamu mungkin masih berair sekarang..”.
Ucap Awan sembari mengedipkan beberapa kali matanya yang baru saja kelilipan.

“Padahal disini banyak orang wan,kenapa harus sama si Ann coba?”
Tanya teman sebangku nya yang bernama Fajar yang kini sedang berada di sampingnya.

“Dia paling deket soalnya,tuh liat orang-orang kan pada di sana..”
Jawab Awan sambil menunjuk teman-teman kelas kami yang lainnya.
Memang,teman-teman yang lain ada di sisi lapangan yang berbeda.

“Tapi gue bisa bantu wan,gausah keluar lapangan juga kali.Atau lu mau modus ya,ngaku lu..”
Kata Fajar dengan nada yang sedikit menggoda Awan.Tapi Awan hanya diam dan tersenyum tipis.
Aku berniat pergi dari situ,karena merasa tak enak dengan Fajar.
Mungkin,mereka sudah melihat pipiku yang mulai memerah.

“Udah gapapa kan,yaudah aku ke sana dulu..”
Kata ku sambil pergi dari hadapan mereka.

Setelah kejadian itu,aku menjadi senyum-senyum sendiri.
Gila memang,kenapa lagi-lagi harus aku yang menatap matanya di dalam keramaian.

Aku pun hanya diam selama pelajaran olahraga.
Melihat mereka bermain basket dengan keringat yang sudah mulai bercucuran.

Awan,
sejak saat itu kita bertemu,aku selalu bertanya.

“Ini perasaan apa?”.
Ucapku dalam hati.

SayounaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang