Sepeduli Itu

7 1 0
                                    

“Tolong ann,kasih aku kesempatan buat buktiin sama kamu kalo gak semua
laki-laki itu sama.”

Ucapnya,yang sekarang masih berada di depan ku.
Saking lamanya aku berbicara dengan Awan di situ,aku tak sadar kalau hari sudah semakin larut.
Dengan perasaan yang dibuat campur aduk.

“Kamu ini kenapa sih?kita..,kita cuma temen biasa kan?jadi gak usah
kaya gini..”

Ucapku dengan berusaha tenang,setenang mungkin.
Awan hanya menatapku,diam.

“Aku duluan.”
Sembari meninggalkannya.
Yang masih diam tak bicara.

“Huftt..udah ann,cukup.Jangan dipikirin,udah kaya drama korea aja kalo sama dia..”
Batin ku bicara.

Sudah ku duga,karena aku pulang terlanjur sore,di halte dekat sekolah aku tak menjumpai angkutan umum sama sekali.
Hingga lama menunggu aku duduk disitu,tak ada satu pun yang melintas.

“Tuh kan,nyebelin.Jadi kesorean aku pulangnya,mana angkotnya gaada yang lewat dari tadi.”
Ucapku kesal dengan memutuskan untuk berjalan menuju arah pulang.

Aku berjalan dipinggir jalan sendiri.
Dengan ramainya motor yang lalu lalang sore itu.

“Kira-kira,aku kelewatan ga ya tadi sama Awan..”
Ucapku dalam hati.

Tak sadar,sedari tadi aku terus memikirkan Awan.Sepanjang jalan.
Hingga di belokan,ada motor yang menyenggolku dari belakang yang membuatku terjatuh.

Bugh..

“Aduh..,shh..sakit.”
Ucapku yang masih terduduk di tanah.

“Eh..yaampun maaf,maaf,saya gak sengaja.Sini saya bantu..”
Ucap pengendara motor itu dan menjulurkan tangannya kepadaku.

“Gapapa,ini salah aku ngelamun pas lagi jalan..”
Kata ku,sembari melepaskan tangannya.

“Duh,saya jadi gak enak gini.Hmm gimana kalo kamu saya anterin pulang ya?”.
Ucapnya sambil membuka kaca helm yang ia kenakan.
Ku lihat wajahnya tak asing di mataku.
Seperti hampir setiap hari aku melihatnya.

“Tunggu,kakak osis bukan si?”
Tanyaku.

“Oh iya,kenalkan,saya Tama Anggara Putra.Saya anggota osis kelas sebelas..”
Ucapnya sambil menjulurkan tangan ke arah ku.

“Ann..”
Balasku.

“Kamu kelas sepuluh?”.
Tanya nya.

“Iya kak..”

“Kak,aku duluan ya udah sore takut di tungguin ibu dirumah.”
Ucapku sambil berusaha berjalan.

“Saya anter,kaki kamu lecet susah kan jalan juga?”.
Kata nya sambil menaiki motornya.
Aku hanya menggangguk mengiyakan.

Di sepanjang jalan,kami saling bertukar cerita.Kak Tama menceritakan bagaimana pengalamannya sebagai osis yang aktif di sekolahku.Tentang perlombaan-perlombaan dan acara yang akan di adakan sekolah bulan depan.

Ketika kami sedang berbincang-bincang di perjalanan...

“Ann,kayanya ada yang ngikutin kita..”
Ucap kak Tama sambil terus melihat ke arah spion.

“Iya kak,tenang aja aku kenal orang yang ngikutin kita dibelakang kakak gausah takut..”
Ucapku.

Dan setelahnya aku sampai di rumah.

“Makasih kak udah nganterin aku sampe rumah..”
Kata ku setelah turun dari atas motornya.

“Sama-sama,sekali lagi saya minta maaf ya..”
Ucapnya.

“Iya gapapa.”
Balas ku.

Setelah itu Kak Tama pun pulang.
Dan motornya pun perlahan menjauh dari hadapanku.

“Perih banget ini luka dari tadi..”
Kata ku sambil berjalan tertatuh-tatih ke arah rumah.

“Sini aku bantu.”
Ucap Awan tiba-tiba dengan sambil mengalungkan sebelah tangan ku ke pundaknya.

Sudah ku duga.
Yang tadi terus mengikuti aku dan kak Tama itu Awan.
Aku mengenali vespa putihnya yang terus mengikuti motor kak Tama dari belakang.

Aku hanya diam.
Awan menuntun ku untuk duduk di bangku taman depan rumahku.

“Duduk,biar aku obatin.”
Ucapnya dengan nada begitu dingin.

Ia pun mengambil plester luka,kapas,dan alkohol dari kotak P3K di dalam tas nya.

“Kenapa Awan bisa tau kalau aku luka?”.
Tanya ku dalam hati.

Tapi seperti bisa mendengarkan kata hati ku,Awan malah berkata..

“Aku tau tadi kamu jatoh ann,keserempet motor kan?,siapa tadi orangnya?”.
Kata nya,sambil membersihkan luka di lututku dan menutup nya dengan plester.

“Tama..”
Ucap ku sambil meniup-niup lutut ku yang masih terasa perih.

“Masih perih?”.
Tanya Awan seraya duduk di sebelah ku.

“Dari kapan kamu tadi ngikutin aku?”.
Tanya ku tiba-tiba
memecah keheningan.

“Dari pas kamu ninggalin aku di depan gerbang sekolah,ann.Aku diem-diem ikutin kamu,nungguin kamu sampe dapet angkot di halte.Tapi kamu tiba-tiba pergi gitu aja jalan kaki.Tadinya aku mau nolongin kamu pas jatoh tadi,tapi aku rasa kamu gak mau kalo sama aku.”
Ucap Awan dengan panjang lebar.

Tak biasanya,ia bicara tak menatap langsung mata ku.Ku lihat ia hanya memandang lurus kedepan.

“Apa memang sepeduli itu kamu sama aku,wan..”
Aku membatin.

“Makasih.”
Ucap ku sambil berusaha bangkit dari duduk lalu berjalan perlahan ke arah pintu rumah.

“Aku pulang..”
Ucap Awan lalu bergi dengan motor vespa nya.

SayounaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang