11

362 65 12
                                    

Shindong menggedor pintu rumah Nyonya Eum. Tidak menahan diri. Kyuhyun telah buta karena dirinya. Dia pantas disalahkan. Dengan segala pemikiran dia kembali ke tempat ini. Dia melakukan semuanya atas bantuan Nyonya Eum, jadi pasti wanita ini juga bisa membantunya menyembuhkan anaknya dari kebutaan.

30 menit telah berlalu dan pintu rumah ini sama sekali tidak terbuka. Bahkan tidak terlihat jika ada kehidupan di dalam rumah.

Merasa frustasi Shindong mundur ke halaman. "Aku yakin kau di dalam!! Sekali lagi!! Kumohon!!" Shindong mengatupkan tangan dan memukulkannya di kening. "Aku tidak akan pergi sampai kau keluar!! Kau harus membantuku!!"

Siwon telah membawa Kyuhyun ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan. Tapi Dokter juga tidak yakin apa sebab Kyuhyun menjadi buta. Tidak ada cidera atau kerusakan syaraf. Mungkin karena debu atau alergi pada sesuatu. Semua hanya kemungkinan. Tapi tidak ada yang meyakinkan mereka jika putranya akan sembuh.

Bagaimana jika selama sisa usianya dia akan mengalami kegelapan seperti itu? Menjadi cacat dan berkekurangan?

Shindong tidak menumpulkan pikiran. Kesimpulan terbesar dari kebutaan Kyuhyun adalah aksinya malam itu. Ini adalah hal di luar akal sehat maka harus diselesaikan dengan cara itu juga. Jadi dia pergi ke tempat ini dan bertekad bulat untuk menunggu Nyonya Eum muncul.

#

Kyuhyun menggeleng, menutup telinga pada bujukan Siwon. Sejak dari rumah sakit dia menolak makan dan minum. Bersembunyi di dalam kamar dan membungkus dirinya dengan selimut. Siwon cemas dan prihatin melihatnya seperti ini.

"Hyung,"

"Heum?" Siwon menjawab dengan sedikit semangat. Dia pikir Kyuhyun akhirnya merasa lapar dan bersedia untuk makan.

"Aku akan bisa melihat lagi, kan?"

Cahaya mata Siwon sedikit meredup kembali. Tapi dia tetap berusaha meyakinkan Kyuhyun. "Pasti."

"Kapan?"

"Kita akan mencari Dokter lain. Pasti ada cara untuk membuatmu kembali melihat. Tapi harus sabar, ya."

Kyuhyun menurunkan dagunya dalam. Ini belum 24 jam sejak dia bangun dengan seluruh penglihatan menggelap, tapi dia sudah tidak tahan. Dia masih takut. "Aku ingin melihat lagi. Aku ingin melihat Hye dan Hwan lagi."

Siwon menatap adiknya. Sudah beberapa kali Kyuhyun menyebut nama ini. Siwon tidak yakin siapa, tapi dia merasa bahwa ini bukan hal yang bisa dia pahami dengan kalimat sederhana.

"Apa aku sudah tidak bisa bertemu mereka lagi?"

Ditanya seperti ini Siwon pun bingung harus menjawab apa. Ya dan tidak, keduanya sama-sama tidak meyakinkan.

Kyuhyun semakin menenggelamkan kepalanya, sebenarnya dia tidak mengharapkan jawaban Siwon. Dia tahu kesulitan sang kakak. Tidak ingin membebaninya lagi, dia beringsut untuk pergi tidur. Siwon melihat pergerakannya segera pergi membantu.

"Kau harus makan dulu."

"Aku hanya ingin tidur."

"Baiklah." Siwon mengalah, membantu adiknya berbaring dan menata selimut di tubuh Kyuhyun. Memastikan itu bisa melindungi sang adik dari dingin. Dia juga tidak langsung pergi, tinggal beberapa saat untuk menemani Kyuhyun hingga tertidur. Memandanginya dengan hati berat dan miris.

Kyuhyun sudah melalui banyak hal sejak kecil. Masih harus melalui hal tidak menyenangkan seperti ini. Dia sekrang kakak tapi tidak bisa membantu apapun. Merasa tidak berguna. Siwon mengerjapkan matanya yang berair. Dia tidak boleh menangis. Dia tidak akan lemah. Dan tidak boleh! Sebagai anak tertua dia harus mengambil tanggung jawabnya.

On The LimitWhere stories live. Discover now