4

662 96 30
                                    

Dulu saat Haejung mengandung Kibum tidak ada hal yang aneh pada dirinya juga pada kandungannya. Itu tidak jauh berbeda saat dia mengandung Siwon, kecuali dia menjadi lebih sering mual dan menginginkan banyak hal. Dia yakin kandungannya baik-baik saja. Sampai suatu saat, ketika dia berjalan di suatu sore di jalan biasa, dia bertemu seseorang. Seroang wanita.

Wanita yang tidak pernah dia lihat sebelumnya. Namun terasa familiar. Wanita ini pendek, rambutnya panjang bergelombang dan bertubuh kecil. Berdiri di tepi jalan, menggunakan mantel jubah panjang yang menutupi sampai mata kaki.

Haejung pikir itu hanya orang dari luar daerah yang kebetulan lewat. Tidak memiliki pikiran apapun, dia hanya berjalan dan melewatinya. Namun wanita itu memanggi namanya.

"Haejung," begitu dia memanggil dengan sangat jelas dan pasti.

Saat itu entah kenapa, padahal dia sama sekali tidak mengenal wanita itu, seharusnya dia tidak berbalik dan menghampiri wanita itu. Tapi itu yang dilakukan Haejung.

Haejung menghampirinya dan berdiri di depan wanita itu. Wanita tidak tahu namanya siapa itu mengusap perutnya yang sudah membuncit. Mengelusnya dengan pelan. Tangannya yang pucat dengan kuku pendek dan berwarna abu. Haejung merasa aneh namun tidak mengatakan apapun.

Saat itu dia sendiri heran kenapa dia membiarkan wanita itu mengusap perutnya begitu saja. Tapi sekali lagi itu lah yang terjadi.

"Anak yang sehat. Kau menjaganya dengan baik."

Haejung masih ingat bagaimana wanita itu mengatakan hal-hal baik masih dengan mengusap perutnya. Bahkan tersenyum dengan matanya yang coklat. Sampai beberapa saat dan dia bisa pergi.

Tidak ada hal buruk sore itu. Seperti pertemuan biasa dan perpisahan biasa. Haejung sama sekali tidak merasakan hal negatif. Lalu malam berikutnya dia merasakan sakit luar biasa di perutnya. Dia sampai menjerit dan mengganggu Shindong yang sedang tidur di sebelahnya.

Sakitnya melebihi persalinan. Perutnya seolah terbakar dan disayat-sayat dari dalam. Dia takut terjadi sesuatu dengan bayinya. Haejung menangis memikirkan itu ditambah rasa sakitnya. Shindong dengan panik berusaha membantu. Tengah malam dia memapah istrinya keluar rumah dan menuju rumah sakit.

Rasa sakit itu mereda di perjalanan, namun karena cemas mereka tetap pergi ke rumah sakit. Memeriksakan kandungannya. Wajahnya yang pias karena menahan rasa sakit masih terlihat. Dia diperiksa dan hasilnya selain kelelahan tidak ada hal aneh pada kandungannya. Semuanya baik dan normal.

"Keduanya baik-baik saja, Bu, Pak."

Dokter kandungan itu mengatakannya dengan jelas. Itu dua bukan satu. Saat itu Haejung merasa hal ganjil telah terjadi pada dirinya. Bagaimana mungkin bayi yang tadinya satu menjadi dua.

"Mungkin Dokter salah periksa, sayang. Jangan dipikirkan. Minggu depan ada jadwal kontrol, kan. Kau bisa tanyakan pada Bidannya nanti. Satu atau dua itu tetap anak kita."

"Kau melamun?"

Haejung terkejut mendapati kepala suaminya muncul dari samping lehernya. Mengecup pipinya singkat dan berjalan memutar sofa untuk duduk di sebelahnya.

"Tidak. Aku sedang menonton TV." Haejung menunjuk benda elektronik di depan. Layarnya menyala menampilkan serial drama yang biasa Haejung tonton.

Tuan Kim menjulurkan lengan di belakang bahu Haejung. "Tapi aku memperhatikanmu sedari tadi. Aku melihat kau tidak fokus pada TV."

Haejung mendengus kecil. "Aku menunggu Kibum. Dia belum pulang."

"Dia tidak memberi kabar?"

"Kabar apa?"

On The LimitWhere stories live. Discover now