8

404 74 18
                                    

"Kau baru mengeluhkan itu sekarang?" Sinis Haejung. Dia merasa kesal setelah sekian lama Shindong baru merasa bahwa Kyuhyun perlu diobati. Perlu waktu selama inikah untuk Shindong sadar bahwa Kyuhyun memang tidak normal?

"Yeah, terserah. Itu bukan urusanku." Haejung memutuskan untuk tidak peduli. Apapun mengenai Kyuhyun jika itu tidak membahayakan Kibum, Haejung tidak ingin ikur campur. Dia akan memilih menghindar.

"Apa kau seorang Ibu?" Namun ucapan Shindong menahannya yang hendak pergi. "Apa ini alasanmu membuang Kyuhyun?"

"Aku tidak membuangnya!"

"Kau tahu hak asuh mereka ada di tanganmu. Tapi kau hanya mengambil Kibum! Kau mengabaikan Kyuhyun selama ini. Kau bahkan tidak bertindak seperti seorang Ibu baginya. Katakan, kau Ibu sejenis apa?" Shindong hanya meminta bertemu untuk bertukar pikiran masalah Kyuhyun. Karena bagaimanapun Haejung adalah Ibunya. Shindong tidak ingin mengambil keputusan tanpa memberi tahu mantan istrinya. Sebagai seorang Ibu, dia ingin Haejung juga berperan untuk masalah Kyuhyun.

Tapi apa yang dia dapatkan? Haejung sama sekali tidak peduli! Dia bilang 'terserah'! Apa itu kalimat yang harus keluar dari Ibu yang melahirkan putranya? Ini hal yang penting! Tidak bisakah Haejung sedikit saja memberikan perhatiannya?

"Aku tidak merasa pernah mengandungnya! Aku juga tidak melahirkannya!"

Shindong tidak percaya dengan kalimat yang diucapkan wanita itu dengan mudahnya. "Apa kau gila? Kau," Shindong kehilangan kata hanya karena tingkah wanita ini. "Jelas-jelas hari itu kau melahirkannya! Dia bersama Kibum!! Jika kau tidak melahirkannya, kau juga tidak melahirkan Kibum!!!" Shindong berbicara sekeras-kerasnya tidak peduli mereka sedang di tempat umum.

Penyangkalan Haejung sudah benar-benar tidak masuk akal. Bagaimana dia bisa bilang tidak melahirkan Kyuhyun?!

Haejung tidak terpengaruh oleh kemarahan Shindong. Dia masih bisa duduk dengan tenang meski hampir semua mata pengunjung cafe sudah mengarah pada mereka. "Kau tidak akan mengerti. Bagaimana pun aku jelaskan kau tidak akan bisa memahaminya. Tidak. Kau menolak untuk percaya!"

Shindong mengusap wajahnya yang sudah berantakan. Untuk menenangkan diri, dia menyambar segelas air dingin milik Haejung yang belum sempat disentuhnya. Meneguk air itu dengan rakus.

"Ini pasti kutukan dari keluargamu."

Shindong berhenti minum. Menurunkan gelasnya dengan kasar. "Tidak ada yang seperti itu," desisnya tidak terima.

"Oke. Tapi pasti dari keluargamu. Ibumu,"

"Jangan libatkan Ibuku!" Tukas Shindong cepat. "Kau bahkan tidak pernah bertemu dengannya. Ibuku sudah mati ketika aku kecil."

"Tapi cerita itu tidak mati bersamanya!" Balas Haejung dengan mendesis juga. "Ibumu, mempelajari Ilmu hitam! Dia penyihir! Dan dia turunkan itu pada anakmu!! Kau menolak menerima kenyataan itu! Keluargamu bahkan tutup mulut! Tapi lihat bagaimana itu bekerja! Itu Kyuhyun! Itu telah diturunkan pada anak itu!!" Haejung berbicara dengan cepat dan penuh emosi. Shindong harus membuka mata pada permasalahan ini. Itu nyata-nyata karena keluarganya. Dan dia harus terlibat. Kibumnya juga.....

"Kau harus menyelesaikannya. Jika perlu kau harus menyingkirkannya."

Mata Shindong melebar, dia bangkit. Mulutnya siap untuk memaki, namun itu terhenti oleh tatapan sedih Haejung. "Aku tidak ingin kehilangan Kibum. Kibum tidak boleh mati."

"Apa maksudmu?"

"Dia adalah kematian untuk Kibum. Dia bencana."

###

Bruk!

"Hahaha!"

Siswa yang jatuh itu melirik kesal pada Kyuhyun yang tertawa terang-terangan. Sudah pasti sedang menertawakannya.

On The LimitWhere stories live. Discover now