5

385 77 22
                                    

"Kibum!!"

Sekalipun Kibum tidak acuh, Ibunya keras kepala mengejarnya. Dengan gigih dia menangkap lengan putranya dan membuatnya berhenti menghindar. Dibaliknya badan Kibum hingga menghadapnya.

"Kau harus mendengarkanku! Aku ini Ibumu, kan? Aku tahu apa yang baik dan terbaik untukmu!"

"Baik dari sisi mana, Eomma?" Kibum sampai mengangkat dagu saat bicara, merasa apa yang dikatakan sang ibu sangat tidak masuk akal. Dianggap baik bagaimana jika dia harus menghindari Kyuhyun? Kyuhyun saudaranya. Adik kandungnya. Saudara kembarnya. Tapi si Ibu terus-terusan menegaskan padanya agar tidak bicara, menghindar, menjauhi dan bersikap tidak peduli. "Kau meminta aku menjauhi adikku sendiri! Tidak masuk akal! Lebih tidak masuk akal lagi itu keluar dari mulut Eomma!!"

"Ini demi dirimu! Dengarkan aku! Kyuhyun tidak bagus untuk hidupmu! Dia hanya akan membawamu dalam masalah."

Kibum semakin menggeleng kehabisan kata. Ibunya sendiri yang mengatakan ini! Demi apapun, Kibum sedang berpikir apa yang salah dengan Ibunya selama ini. Begitu tidak sukanya dengan Kyuhyun.

"Sudah Eomma! Cukup! Aku bosan terus berdebat masalah yang sama. Kita memiliki pemikiran yang berbeda. Aku tidak ingin bertengkar lagi. Jadi mari masing-masing jangan mencampuri urusan satu sama lain!"

Sang Ibu justru tidak terima. Dia merasa ini sudah tanggung jawabnya untuk merawat dan mengarahkan Kibum. "Kau mengatakan itu padaku?! Aku Eommamu, Kibum!"

"Ya! Tapi kita akan terus di kondisi ini jika Eomma masih ikut campur apa-apa yang kulakukan dengan Kyuhyun!! Karena aku tidak akan pernah memahami Eomma begitu juga Eomma tidak akan pernah paham perasaanku!"

"Kibum!! Kibum, tunggu!! Kita belum selesai!!"

Kibum tidak peduli, langkahnya begitu lebar ingin segera terhindar dari seruan Ibunya. Mereka berdebat sejak Kibum membuka mata hingga sekarang. Hanya karena dia semalam bersama Kyuhyun. Entah bagaimana Ibunya tahu dan mengomelinya tentang menghindari Kyuhyun dan menjauhi anak itu.

Berlalu begitu saja, Kibum sampai tidak menyadari Tuan Kim tengah berdiri di sana. Pria itu terusik oleh suara mereka yang terdengar rusuh. Dia keluar dari kamarnya, setelah bersiap, bermaksud menengahi perdebatan mereka dan meminta sarapan bersama. Tapi melihat wajah Kibum, dia urung mengganggu.

Tuan Kim tidak menyapa Kibum, membiarkan putra tirinya itu berlalu pergi. Dari arah tangga suara tapak kaki terdengar begitu jelas. Itu istrinya masih memburu Kibum.

Tuan Kim menahan lengan Ibu Kibum untuk menghentikannya. "Sudah. Kalian akan terus berdebat dan bertengkar. Itu hanya akan membuat dia tidak ingin mendengarkanmu."

Ibu Kibum diam, menenangkan diri. Barulah Tuan Kim melepaskan genggamannya. Seraya berlalu dia pergi ke meja makan. Ibu Kibum mengikuti.

"Kenapa tidak kau keluarkan saja Kyuhyun dari Sekolahmu?"

"Aku tidak bisa. Itu permintaan Kibum."

"Jangan semua yang diminta Kibum kau kabulkan! Kyuhyun itu masalah! Dia nasib buruk untuk Kibum!"

Tuan Kim menatap lurus Haejung. "Duduk dan dinginkan kepalamu. Kita sarapan."

Ibu Kibum menghela napas kasar namun melakukan apa yang diperintahkan Tuan Kim. "Aku serius Heechul, Kyuhyun hanya akan jadi masalah untuk Kibum. Itu firasat seorang Ibu."

"Dan mereka adalah saudara," tekan Kim Heechul menatap mata Haejung. "Aku tidak membela Kibum. Tapi memang aneh kalau kau membenci anakmu sendiri. Dan menginginkan saudaranya menjauhinya." Heechul menatap mata istrinya penuh makna, katanya "hanya diucapkan seperti ini saja, apa kau tidak merasa tersinggung? Ini mulutku, besok-besok orang lain yang akan berkomentar. Mungkin hanya hal-hal buruk yang bisa didengar."

On The LimitWhere stories live. Discover now