9

363 66 14
                                    

Kibum merasa Kyuhyun menjadi sangat jauh darinya. Entah bagaimana itu bermula. Dia merasa Kyuhyun tidak ingin bergaul dengannya lagi. Anak itu menghilang dengan cepat saat istirahat maupun pulang sekolah. Alhasil uang sakunya utuh.

Kibum uring-uringan semenjak Kyuhyun jadi begitu. Donghae yang berada di sebelahnya pun jadi serba salah. Karena Kibum emosian, sebisa mungkin Donghae tidak membuat masalah.

Memasuki jam pulang, mata Kibum sudah mulai waspada pada pergerakan Kyuhyun. Duduknya bahkan sudah hampir menyamping karena niatnya yang kuat mengawasi sang adik. Dan Donghae hampir membungkuk hanya agar tidak menutupi pandangan Kibum.

Teeeet!

Grek!

Pergerakan Kibum secepat bunyi bel itu mengaung. Dia pergi menghadang jalan Kyuhyun. "Mau ke mana? Aku ikut!" Ujarnya cepat.

Bibir Kyuhyun berkerut enggan. Dia hendak menolak ide Kibum ketika Donghae mendekat, memberikan tas Kibum yang tidak sempat diambil pemiliknya. "Kyuhyun, kau lebih baik menjadi anak baik hari ini. Ya. Pai-pai." Donghae menepuk bahu Kibum sebelum pergi dengan cepat.

Kyuhyun mendengus. "Jangan cerewet kalau mau ikut."

"Oke."

Kyuhyun mengedik bahu, lantas melangkah keluar. Tentu saja bersama Kibum juga.

Kyuhyun menaiki Bus dari halte depan, membayar sendiri. Kibum melihatnya dengan aneh, Kyuhyun bahkan tidak merengek minta dibayari. Dia menyusul duduk di sebelah Kyuhyun dan memperhatikan sang adik yang melihat ke luar.

"Kau marah padaku?" Tanya Kibum pada akhirnya. Dia tidak tahan dengan Kyuhyun yang diam seperti ini. Tidak cerewet seperti biasanya. Rasanya sangat tidak menyenangkan.

"Tidak."

"Yakin?"

Kyuhyun mendecih seraya menoleh memberikan pelototan kesal.

"Kalau begitu bilang, ada apa? Atau kau sungguh berniat membuangku?!"

"Konyol!"

"Lalu begitu katakan. Bicara yang jelas! Jangan diam saja!" Kibum jadi sewot.

Kyuhyun mendengus. Dia ingin mengatakannya. Jika Ibu mereka mendatanginya secara khusus dan memintanya untuk menjauhi Kibum. Demi apapun Kyuhyun sudah biasa menghadapi sikap Ibunya. Tapi tidak hari itu. Saat Ibunya datang dan memohon dengan sungguh-sungguh. Mengatakan jika dia hanya akan membawa Kibum celaka. Padahal apa yang dia lakukan sampai Kibum akan celaka. Selama ini mereka hanya bermain. Tingkahnya masih digolongkan wajar.

"Tidak penting!"

"Jangan bilang tidak penting! Ini penting untukku!"

"Jangan berteriak padaku!!" Kyuhyun membalas lebih keras. Melihat itu Kibum pun menarik kembali emosinya. Menghela banyak-banyak sebelum kembali berkata dengan lebih tenang.

"Oke. Tidak ada teriakan. Aku hanya perlu pencerahan dari sikapmu belakangan ini."

Adiknya masih melipat bibir.  Enggan memberikan apa yang diminta Kibum. Walau menurut Kibum itu mudah, tapi sulit untuk Kyuhyun. Mengatakan sebenarnya hanya akan membuat Kibum dan sang Ibu bertengkar. Dia akan dianggap pengadu dan pengadu domba. Tidak! Dia tidak ingin seperti itu.

"Kau masih ingin diam?"

Kibum tidak akan berhenti mengusiknya. Kyuhyun memutar otak untuk menemukan cara mengusir Kibum dengan cara halus. Buat Kibum menjauh.

Kyuhyun tersenyum miring. Dia menemukan ide. Menempelkan bahu mereka, Kyuhyun berbisik; "Kibum kau beli beberapa makanan saat kita turun nanti, ya. Karena kau yang sudah ngotot ingin ikut, hari ini akan jadi urusanmu juga. Deal?"

On The LimitWhere stories live. Discover now